Harga Pangan Naik Menjelang Ramadan, Sudah Tradisi?

 


Oleh Siti Fatima (Aktivis Dakwah)


Saat ini sudah memasuki bulan Ramadan, bulan yang penuh keberkahan. Kaum muslimin seharusnya menyambut bulan mulia ini dengan penuh sukacita. Namun sayang, suka cita dalam menyambut bulan Ramadan ini terpaksa dibarengi dengan kenaikan harga pangan.


Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan, harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan. Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M, Habibullah mengatakan kenaikan harga pangan karena pemintaan yang meningkat di bulan Ramadan. (cnbcindonesia.com, 1/3/2024)


Adapun komoditas yang mengalami kenaikan, di antaranya; minyak goreng, gula pasir, daging ayam, telur ayam, bawang, selain komoditas pangan lainnya seperti beras juga naik. Kenaikan tersebut terjadi 20 hari menjelang Ramadan.


Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) secara bulanan, inflasi Februari 2024 sebesar 2,75 persen. Sementara secara tahunan, inflasi Februari 2024 ini sebesar 0,41 persen dibanding Februari 2023. (kumparan.com, 1/3/2024)


Namun menurut Bidang Kordinasi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian, Feri Irawan menyampaikan beberapa upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk dapat terpenuhnya kebutuhan pangan di seluruh masyarakat, terutama menghadapi Ramadan. Dia menyebutkan, pihaknya terus melakukan pemantawan harga kebutuhan bahan pokok secara terus-menerus, dan juga akan memastikan ketersediaan pasokan bahan pangan di seluruh wilayah.


Kenaikan harga pangan seolah sudah tradisi,  menjelang Ramadan. Hal ini mengganggu kekhusuan untuk beribadah dan mengakibatkan rakyat kesusahan dalam mendapatkan bahan kebutuhan pokok. Kalaupun barangnya tersedia, namun rakyat harus mengeluarkan uang lebih banyak untuk membelinya. Maka, rakyat harus memperoleh penghasilan lebih banyak, agar menjamin terpenuhi semua kebutuhan keluarganya. Jadi, ini membuat masalah besar yang penyelesaiannya dilakukan oleh negara. Seharusnya, negara bisa menyediakan kebutuhan pokok rakyatnya termasuk pangan. 


Sementara, negara saat ini hanya berupaya menyediakan pasokan pangan sesuai permintaan, meski kadang tidak tercukupi. Negara tidak membuat harga pangan menurun setiap bulan Ramadan, negara hanya menyediakan pasokan bahan pangan, sementara tidak memastikan apakah komoditas pangan terjangkau setiap individu rakyatnya atau tidak. Alhasil, masyarakat saat ini mengalami kesusahan dalam mendapatkan bahan pokok yang bisa terjangkau harganya.


Akar Masalah


Kenaikan sejumlah barang kebutuhan pokok di negeri ini sudah menjadi fenomena yang terus terjadi. Hal ini amat wajar dalam kapitalisme yang diterapkan di negeri ini, Kapitalisme menganggap bahwa permasalahan ekonomi disebabkan adanya supply and demand. Alhasil, bukannya mencari penyebab utama terjadinya kelangkaan barang dan mengoptimalkan pontesi yang dimiliki negeri ini, justru penguasa menjadikan operasi pasar hingga kebijakan membuka keran impor untuk memenuhi tingginya permintaan masyarakat akan suatu barang. 


Padahal sejatinya, hingga kini solusi tersebut tidak membawa hasil, karena tidak menyentuh akar permasalahan. Hal ini dapat dilihat dengan terus berulangnya kenaikan harga sejumlah kebutuhan pokok. Bahkan, kebijakan membuka keran impor justru sangat berbahaya. Hali ini disebabkan impor hanya menguntungkan salah satu pihak saja, terutama dikalangan korporasi. 


Ditambah lagi sistem saat ini, pemimpin hanya bertindak sebagai regulator atau pembuat aturan, dan juga menghasilkan orang-orang yang hanya memikirkan keuntungan materi sebanyak-banyaknya, tanpa memikirkan kondisi rakyat. Negara tidak mampu menjamin terpenuhnya kebutuhan pokok rakyat. Meski saat ini negara sudah melakukan antisipasi, nyatanya hal itu tidak membuat kondisi menjadi stabil pada saat permintaan sedang naik.


Di sisi lain, ada pihak yang bermain curang, dengan menimbun atau monopoli perdagangan barang tertentu, dan juga operasi pasar yang dilakukan negara pun hingga saat ini tidak bisa mengurangi masalah kenaikan harga. Alhasil, masyarakat saat ini mengalami kesusahan dalam mendapatkan bahan pokok yang terjangkau. Hal ini menunjukan kegagalan negara dalam menjaga stabilitas harga dan menyediakan pasokan yang cukup sesuai kebutuhan rakyat. Inilah gambaran pemimpin dalam kapitalisme. 


Sistem Islam Mampu Menjaga Kestabilan Harga


Berbeda halnya dengan sistem Islam. Islam memiliki mekanisme yang mampu menjaga harga pangan agar tetap stabil, sehingga rakyatpun mampu mendapatkannya. Mengenai perdagangan, Islam memandang bahwa kelangkaan bahan pangan di pasar dipengaruhi dua faktor. 


Pertama, apabila terjadi kelangkaan bahan pangan karena adanya pelanggaran hukum syarak, seperti adanya penimbunan barang, permainan harga, monopoli sehingga mendapatkan keuntungan besar, maka negara akan memberi sanksi yang tegas kepada para pelaku. Tidak hanya itu, agar bahan pangan terdistribusi merata di setiap daerah atau wilayah, negara akan menyediakan infrastruktur berupa jalan, pasar, hingga sarana transportasi yang memadai.


Kedua, untuk menjaga stabilitas harga, negara akan menjaga ketersediaan stok pangan supaya supply and demand menjadi stabil. Kebijakan ini diwujudkan dengan menjamin produksi pertanian dalam negeri berjalan dengan maksimal. Negara akan memastikan lahan-lahan pertanian berproduksi dengan menegakan hukum tanah yang sesuai syariat, juga akan memberi dukungan kepada petani berupa modal. Dengan penguasaan stok pangan di tangan negara akan mudah menjalankan distribusi pangan. Melarang penimbunan, monopoli, komoditas untuk mendapatkan keuntungan besar, melarang tengkulak, kartel dan sebagainya. Kemudian disertai penegakan hukum yang tegas dan berefek jera sesuai aturan Islam.


Negara pun akan memberikan bantuan kepada para petani atau para peternak berupa pemberian benih, pupuk, dan pakan ternak, sehingga biaya produksi bisa diminimalisir dan harga pangan pun tetap stabil. Selain itu, negara juga bertanggung jawab dalam pengaturan urusan rakyatnya, seperti membuat rakyat hidup sejahtera dan tenang serta nyaman. Kemudian, negara adalah pelindung rakyat, dan negara juga tidak akan membiarkan korporasi menguasai rantai penyediaan pangan rakyat untuk mencari keuntungan sepihak. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam keberadaan korporasi bisa dihindari.


Sungguh dengan penerapan aturan Islam dalam institusi khilafah membuat hidup rakyat sejahtera.


Wallahualam bissawab



Post a Comment

Previous Post Next Post