Indonesia Peringkat Kedua TBC, Lemahnya Daya Tahan Tubuh Negara Dalam Kapitalisme


Oleh: Ummu Syuhada
Aktivis muslimah ngaji

Penyakit yang banyak diderita rakyat Indonesia dan bahkan banyak ditemukan meninggal, salah satunya adalah TB. Pembahasan ini tentunya diluar pembahasan mengenai ajal. Karena ajal sudah menjadi ketetapan.  demikian juga ada hal yang dimana manusia masih bisa untuk berusaha menjaga kesehatan, sehingga penyakit tidak dengan mudah menghampiri tubuhnya.

Tuberkulosis adalah salah satu penyakit menular akibat infeksi bakteri. TBC umumnya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal, tulang belakang, dan otak.

Setelah temuan lonjakan kasus ginjal akut dan pneumonia beberapa waktu lalu. Kini Indonesia dihinggapi kembali kabar tak sedap bukan level regional namun dunia. Betapa mengejutkan Indonesia yang memiliki populasi penduduk 270 juta jiwa ini justru memnempati peringkat kedua di dunia akibat jumlah penderita TBC terbanyak.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan terjadi kenaikan sangat signifikan atas temuan kasus tuberkulosis (TBC) pada anak di Indonesia. Kenaikan itu bahkan melebihi 200 persen. Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular (P2PM) Kemenkes Imran Pambudi menilai kenaikan ini terjadi lantaran banyak orang tua yang tidak menyadari gejala TBC atau tidak segera mengobati penyakitnya sehingga berimbas penularan pada kelompok rentan seperti anak-anak.
Dalam pernyataannya Imran mengatakan kasus TBC anak mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Dari 2021 ada 42.187, kemudian 2022 ketemu 100.726, jadi ini naik lebih dari 200 persen," kata Imran dalam acara daring 'Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia 2023' (Cnnindonesia.com, 18/3/2023).

Peringkat dunia ini jelas sesuatu yang amat memalukan khususnya dalam pengurusan kesehatan di negeri ini. Di mana kita tahu bersama betapa besarnya biaya iuran asuransi kesehatan namun sering tidak sebanding dengan tingkat kesehatan rakyatnya. Jika sudah seperti ini siapa yang mau disalahkan?

Lemahnya “Daya Tahan Tubuh” Negara dalam Kapitalisme

Rentannya penduduk Indonesia akan penyakit menular memberikan gambaran kepada kita akan kualitas sistem pelayanan kesehatan juga rendahnya tingkat pendidikan sebagai bentuk pencegahan melalui edukasi dari pihak berwenang.

Kondisi ini juga mencermikan rentannya daya tahan tubuh rakyat Indonesia hari ini. Tingginya kemiskinan dan stunting juga terbatasnya sarana kesehataan jelas memberikan kontribusi yang cukup besar.

Seperti data yang diungkap jumlah yang menderita penyakit TB ini mayoritas mereka dari kalangan buruh dan petani. Melengkapi dari kalangan wiraswasta dan dan PNS dengan usia produktif, yang menandakan kalangan buruh pada tingkat pertama karena menghirup udara yang tidak sehat menagndung bakteri, selebihnya petani dan pekrja lainnya diusia produkstif harus berusaha mencurahkan seluruh tenaga mencari nafkah sehingga imunpun ikut drop.

Gaya hidup masyarakat yang hidup dalam budaya hedon sinkronitas dengan aturan yang mengatur yaitu tata aturan kapitalis yang memang menuntut masyarakat untuk bekrja keras memenuhi kebutuhan mereka dan tidak jarang mereka dituntut hanya sebagai konsumtif mengabaikan hal-hal yang membuat mereka bisa menjaga kesehatan mereka. Sehingga dengan tuntutan ekonomi yang maksimal harus juga diimbangi kerja keras yang maksimal pula.

Selain dari itu, lingkungan yang tidak sehat serta gizi yang tidak terpenuhi berimbas pada kesehatan yang menurun, sehingga pengobatanpun terabaikan karena kekurangan dana. Hal inipun bisa menjadi penunjang meningkatnya jumlah yang menderita penyakit TB.

Tuntas Masalah
Setelah memndalami akar masalah yang menyebabkan, harus ditindaklanjuti sgera dengan membahas bagaiman menuntaskan masalah tersebut. Masalah akan tuntas jika diawali dengan perganti tata aturan yang salah menuju tata aturan yang benar. Beralihnya sistem kapitalis ke sistem Islam.

Keberhasilan itu dapat kita lihat, yang pertama untuk mengaitkan antara kebersihan lingkungan dan upaya pemeliharaan kesehatan sudah menjadi perhatian utama para ilmuwan serta dokter Muslim abad pertengahan. Aspek lingkungan tidak bisa dilepaskan dari bidang kesehatan masyarakat.

Salim T al Hasan menjelaskan lewat tulisannya, Environment Tradition in Muslim Heritage, bahwa dokter Muslim menyadari menjaga kesehatan lebih utama daripada mengobati penyakit. Karena benar mencegah lebih baik dari mengobati. Tapi, kesehatan lingkungan turut menentukan. Mereka menginginkan tumbuh kesadaran di masyarakat sehingga tercipta kualitas kehidupan yang lebih baik. Polusi udara, kebersihan lingkungan di kota-kota besar di dunia Islam, pencegahan polusi udara dan air, pemeriksaan kesehatan, dan dampak cuaca bagi kesehatan.

Selain itu pemenuhan ekonomi masyarakat yang mumpuni, ada aspek-aspek terntentu yang wajib dipenuhi Negara langsung dalam aspek kesehatan dan pendidikan. Sehingga tidak harus berusaha maksimal dalam memenuhinya. Islam menetapkan negara adalah pengurus rakyat, termasuk dalam penanggulangan penyakit menular ini.  Negara berkewajiban melaksanakan berbagai upaya dan langkah yang komprehensif untuk menanggulangi akar masalah secara tuntas, melalui sistem kesehatan yang handal yang ditopang oleh sistem politik dan ekonomi berdasarkan Islam.

Dalam pandangan Islam, kesehatan adalah kebutuhan asasi bagi rakyat. Ibadah yang kuat didukung dengan kondisi fisik yang sehat. Sehingga sudah menjadu tanggung jawab negara terhadap pemenuhan kebutuhan kesehatan rakyatnya.

Pemberian jaminan kesehatan yang gratis dan berkualitas tentu membutuhkan sumber dana yang besar. Pembiayaannya bisa dipenuhi dari sumber-sumber pemasukan negara yang telah ditentukan oleh syariah. Di antaranya dari hasil pengelolaan harta kekayaan umum termasuk hutan, berbagai macam tambang, minyak dan gas, dan sebagainya.

Juga dari sumber-sumber lain seperti kharaj, jizyah, ghanîmah, fa’i, ‘usyur, pengelolaan harta milik negara dan sebagainya. Semua itu bahkan lebih dari cukup untuk bisa memberikan pelayanan kesehatan secara memadai dan gratis untuk seluruh rakyat, secara berkualitas. Wallahu a'lam bishshawab. []

Post a Comment

Previous Post Next Post