Potret Buram Kematian Ibu Tertinggi di Zamrud Khatulistiwa



Oleh: Ummu 'Alsiyah 

(Aktivis Muslimah)


Potret buram kematian ibu di negeri khatulistiwa ini masih teramat tinggi. Angka kematian ibu (AKI) mengalami peningkatan beberapa tahun terakhir. Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) mencatat angka kematian ibu pada tahun 2022 berkisar 183 per 100 ribu kelahiran. Pada tahun 2020, tercatat 97,6 per 100 ribu kelahiran dan di tahun 2021 tercatat 166,5 per 100 ribu kelahiran. Kondisi ini jauh berbeda dibandingkan Malaysia dengan AKI 20 per 100 ribu kelahiran, Singapura di 25 per 100 ribu dengan menargetkan hingga tercapai zero kematian. Selain berada di bawah Malaysia dan Singapura, Indonesia juga berada di bawah Vietnam.


Menurut Sekjen Pokja Penurunan AKI dan Stunting dari Perhimpunan Obstetri dan Ginekologi Indonesia (POGI) dr Dwiana Octavianty, SpOG(K) kematian ibu terjadi bukan hanya karena terlambat datang pemeriksaan atau terlambat mendapat penanganan. Tingginya angka kematian ibu di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari fase sebelum hamil, yaitu kondisi wanita subur yang mengalami anemia, kurang kalori, obesitas, dan mempunyai penyakit penyerta. (detik.com, 2/3/2023)


AKI termasuk salah satu indikator kesejahteraan masyarakat suatu bangsa. Terbukti, negara lain yang lebih sejahtera mempunyai nilai AKI yang lebih rendah. Negara khatulistiwa ini seharusnya mampu mencegah faktor-faktor yang menyebabkan tingginya AKI secara sistemik. Tidak bisa hanya menyalahkan atau fokus kepada penyebab individual semata, misalnya kelalaian ibu. Atau sekedar menyalahkan kinerja petugas lapangan baik dokter atau bidan yang bertugas langsung menangani masyarakat. Namun, penyebab AKI tentu tak bisa dilepaskan dari tingkat kesejahteraan dan juga pendidikan yang diterima masyarakat. Apabila dua faktor itu maju, tentu AKI akan semakin bisa ditekan.


Negara ini memang sedang dihantam badai krisis ekonomi dimana penurunan pedapatan sebagian besar masyarakat bisa berakibat menurunnya kadar gizi yang mereka konsumsi, termasuk bagi calon ibu alias ibu hamil. Tak heran bila kondisi ini sangat berpengaruh terhadap kondisi kehamilan dan janin dalam kandungan.


Berbicara nutrisi tentu tak bisa lepas dari kebutuhan protein hewan yang merupakan sumber asam amino lengkap yang dibutuhkan untuk masa pertumbuhan maupun mencegah terhambatnya pertumbuhan dan kecerdasan anak bangsa. Namun realitanya, tingkat konsumsi protein hewani khususnya daging sapi di Indonesia masih jauh tertinggal di bawah rata-rata dunia bahkan negara-negara ASEAN. Mengutip dari Organisation of Economic Cooperation and Development (OECD), konsumsi daging di Indonesia masih di bawah rata-rata dunia pada tahun 2021 yang meliputi konsumsi daging ayam, sapi, babi, dan domba. (goodstatcs.id, 8/4/2022).


Itu baru dari sisi pemenuhan nutrisi, belum dari pencegahan dari sisi pemeriksaan rutin kehamilan dan kemampuan berobat pada penyakit ibu hamil. Semakin baik tingkat Pendidikan masyarakat akan semakin sadar dalam memperhatikan dan mengatasi berbagai macam gangguan kesehatan selama kehamilan.


Selain itu yang terpenting juga adalah tercukupinya akses, sarana dan fasilitas kesehatan yang mudah dijangkau seluruh masyarakat. Ketersediaan faskes di daerah pelosok dan terpencil juga perlu dipastikan sehingga seluruh masyarakat bisa menikmati akses kesehatan. Selama ini sebagian masyarakat menengah ke bawah merasakan bila menggunakan pelayanan BPJS mereka harus mengantri panjang di pusat-pusat layanan kesehatan.


Dari sisi pendidikan, tentu saja masyarakat yang memiliki pedidikan yang baik akan lebih sadar diri terhadap potensi gangguan selama kehamilan. Maka meningkatkan kualitas ketiga faktor tersebut yaitu ekonomi, pendidikan dan ketersediaan faskes bisa menjadi jalan mengurangi tingginya AKI.


Namun bagaimanakah realitanya? Tentu tidak semudah itu mengingat saat ini peningkatan ekonomi masih dalam proses digenjot oleh Pemerintah. Tingkat kemiskinan dan pengangguran yang meningkat butuh untuk dicarikan jalan keluarnya. Bila jalan keluar itu dihasilkan tetap dalam koridor sistem kapitalisme tentu saja akan sia-sia. Tingginya AKI adalah dampak dari penerapan sistem kapitalisme yang hanya berpihak pada segelintir elit penguasa dan juga kesejahteraannya dirasakan oleh sebagian yang lebih kecil dari masyarakat saja. Ketidak-merataan ini memang ciri khas penerapan sistem ekonomi kapitalisme apalagi pada negara berkembang yang posisinya kerap dijadikan bulan-bulanan dan juga daerah hisapan sumber daya alam oleh negara-negara besar.


Sedangkan dalam sistem Islam, nyawa satu manusia saja dihargai sedemikian rupa sehingga faktor-faktor untuk peningkatan kualitas hidup baik itu menyangkut kesehatan sudah pasti diperhatikan. Syariat Islam juga mendukung adanya pemerataan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi seluruh masyarakatnya karena mempunyai aturan-aturan yang rahmatan lil ‘alamin, memberikan rahmat bagi semua. Wallahu'alam bi shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post