Harga Komoditas Naik Rutin, Pemerintah Gagal Sejahterakan Rakyat

Oleh Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member AMK

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Siapa yang tidak kenal dengan lirik lagu di atas? Kata-kata di dalamnya  menggambarkan kondisi negeri ini sebagai "Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur." Tetapi slogan yang indah ini, hanyalah tinggal pepesan kosong tak bermakna. Faktanya, harapan hidup sejahtera penuh keberkahan hingga kini belum terwujud. Berbagai persoalan terus mengemuka, salah satunya dengan harga komoditas yang naik rutin menjelang akhir tahun dan awal tahun. Bukan hanya itu, menjelang bulan suci Ramadan dan Idul fitri, kebutuhan pokok sering kali meroket tak terkendali. 

Seperti diketahui masyarakat, harga minyak goreng, cabai hingga telur terus mengalami peningkatan menjelang akhir tahun dan diperkirakan ketiga komoditas bahan pokok ini akan terus merangkak naik hingga januari 2022. Harga cabai di tingkat konsumen telah tembus Rp100.000 per kilogram. Harga minyak goreng curah lebih dari Rp18.000 per kilogram dan harga telur mencapai Rp30.000 per kilogram. Beras juga ikut naik, padahal beras termasuk dalam kelompok komoditas politis dan strategis. (Liputan6.com, 29/12/2021)

Naiknya harga beberapa komoditas yang melewati batas psikologis membuat masyarakat semakin terbebani. Kondisi ini sangat memberatkan rakyat secara keseluruhan. Karena dipastikan kenaikan beberapa komoditas ini, akan memicu melambungnya harga-harga lainnya. Apalagi pandemi yang tak kunjung berakhir, telah membuat perekonomian dan daya beli masyarakat makin menurun. Sekarang ditambah dengan biaya hidup yang makin  melangit, rakyat semakin menjerit.

Lagi-lagi pemerintah beralasan naiknya beberapa komoditas pada momen-momen itu adalah masih dalam taraf wajar. Ketika masyarakat bergembira menyambut momen-momen itu pasti  jumlah permintaan akan barang akan meningkat. Selain itu, faktor kelangkaan barang di pasaran, baik karena sedikitnya tingkat produksi akibat cuaca ekstrem, maupun adanya problem rantai pasok akibat penimbunan oleh kartel atau mafia perdagangan, dijadikan dalih adanya lonjakan harga.

Kasusnya yang terus berulang, semestinya menjadikan pemerintah mengambil pelajaran dari apa yang terjadi. Misalnya, negara menyediakan stok bahan pokok maksimal dan stabilisasi harga di pasaran. Bisa juga dengan membangun sentra-sentra produksi, memperbaiki distribusi, dan lain-lain. Sehingga meroketnya harga beberapa komoditas tidak akan terjadi lagi.

Semua yang terjadi saat ini, akibat diterapkan sistem ekonomi kapitalisme yang rusak. Negara bukan lagi sebagai pengurus rakyat yang wajib memenuhi seluruh kebutuhannya, tetapi penguasa bertindak bak pengusaha dengan pertimbangan untung rugi. Butuh bukti apa lagi? Negara hari ini telah gagal menyejahterakan rakyat. Penguasa tidak punya pegangan pasti dalam menjalankan roda pemerintahannya. Alih-alih mengurusi kepentingan rakyat sebagai hal yang utama, arah pandang sekuler kapitalistik yang menjadi dasar penyelenggara pemerintah membuat fungsi kepemimpinan bergeser dari fungsi yang seharusnya.

Berbeda dengan arah pandang dalam Islam. Pemimpin sejatinya adalah pelayan sekaligus pelindung umat, bukan pebisnis dan pengusaha. Mereka wajib memastikan kebutuhan rakyatnya termasuk keamanannya terpenuhi dengan baik. Tak ada niat apapun yang ingin didapatkan, kecuali ingin mendapat rida Allah Swt.   Karena dalam Islam, kepemimpinan adalah alat penegak hukum-hukum Allah, yang amanahnya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak.

Ketika hukum-hukum Allah Swt. dilaksanakan secara sempurna, niscaya kesejahteraan dan keadilan di tengah umat akan terwujud. Karena aturan Islam memberi solusi yang komprehensif atas seluruh permasalahan manusia, termasuk masalah jaminan pangan dan jaminan berusaha bagi masyarakatnya, individu per individu. 
Negara dalam Islam akan menyelesaikan semua hal yang menghambat terjaminnya kebutuhan pangan dan jaminan berusaha, seperti proses produksi, rantai pasok, atau distribusi pangan, termasuk munculnya fluktuasi harga yang memberatkan dengan penyelesaian yang mengakar dan menenangkan jiwa.

Oleh karena itu, sudah saatnya umat sadar bahwa hanya penerapan Islam kafah dalam bingkai khilafah yang akan memberikan kesejahteraan hakiki. Aturan Islam juga wajib dipahami sebagai solusi seluruh problematika hidup, bukan semata sebagai agama ruhiyah.

Rasulullah saw. bersama khalifah sesudahnya telah memberikan contoh yang nyata atas keberhasilannya, membangun masyarakat Islam yang gemilang. Selama 13 abad, para pemimpin Islam telah melakukan pengurusan umat berjalan demikian sempurna sehingga umat bisa merasakan hidup sejahtera. "Baldatun Toyyibatun wa Rabbun Ghafur," akan tercipta di bawah naungannya.

" ... "Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha Pengampun." (TQS. Saba' [34]: 15)

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post