Edaran Selamat Natal Arus Moderasi Berbaju Toleransi



Oleh: Marsitin Rusdi
 ( Praktisi Klinis )

Kembali pada realitas sejarah yang menunjukkan bahwa Barat berada dalam banyak manuver politik yang merugikan umat. Negara-negara Barat seperti Inggris, Rusia, Prancis dan Italia telah memainkan peran politik begitu kuat dalam mereduksi kemunculan Islam ideologis. Ini salah satu bukti ketakutan barat terhadap kebangkitan Islam ideologis tak jua surut. Malah semakin menjadi hanya aktornya saja yang berganti-ganti. 

Penjajahan militer plus kekejaman yang mereka lakukan pasca Perang Dunia I di negeri-negeri kaum Muslim seperti Aljazair, Sudan, Libya, dan saat ini Indonesia adalah bukti bahwa pedang terhunus telah diacungkan ke mata umat sejak lama. Hanya orang pengidap ‘katarak politik’ kronis yang tak melihat realitas politik ini.

Seperti yang saat ini berkembang, arus moderasi yang sekarang lagi tranding beberapa pekan belakangan ini. Hal ini menimbulkan pro dan kontra bagi umat mayoritas negeri ini. Bagaimana pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang memaksa seluruh umat untuk mengucapkan selamat hari natal sebagai wujud toleransi beragama. Ini salah satu manuver yang mereka rancang agar umat tidak akan membantah edaran yang disampaikan lengkap dengan nomor dan hal pentingnya yaitu, imbauan memasang spanduk selamat natal dan tahun baru. (Republika, 21/12/21)
 
Bahkan Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKS Bukhori Yusuf merespons polemik perihal boleh atau tidaknya umat Islam menyampaikan ucapan Selamat Natal kepada umat Kristiani. Bukhori menilai tidak boleh ada paksaan bagi pihak yang mau mengucapkan atau pun tidak mengucapkan. Dengan demikian, tidak ada kaitannya jika mengucapkannya disebut moderat sementara jika tidak mengucapkannya disebut radikal atau intoleran,” jelasnya. Ini adalah bentuk pernyataan yang mlintir dan abu-abu dalam memberi penjelasan kepada umat. Jadi standarnya hanya radikal dan intoleran saja, tidak mengangkat standar yang memberi solusi hakiki dalam perkembangan peradaban.

Ini adalah bentuk kebijakan masif yang terstruktur atas nama moderasi beragama yang pro dengan penguasa dan membuktikan bahwa program moderasi itu nyata mendorong Muslim akan meremehkan urusan prinsip agamanya. Bahkan yang berkaitan dengan akidah agar umat Islam tergiring untuk mengikuti milah mereka.

Seorang tokoh agama sudah seharusnya membawa umat untuk kembali kepada prinsip pemahaman agamanya secara benar. Sehingga umat bisa membedakan mana akidah yang harus bersih dan mana muamalah yang dikatakan toleransi, tidak campur aduk seperti saat ini. Karena tidak sedikit ulama yang tidak bisa memahamkan syariat secara benar. Seharusnya ulama mampu menjadi contoh umat meski itu berat dalam menjalankannya.
 
Dalam pandangan Islam peringatan Natal adalah sebuah kebatilan atau kebohongan. Sebab peringatan Natal adalah peringatan kelahiran atas Isa as yang dijadikan sebagai salah satu Tuhan dalam konsep trinitas. Sebab seharusnya segala tindakan seorang Muslim harus sesuai dengan Al-Qur'an dan hadis. "Bagi kita seorang seorang Muslim, ya segala tindak-tanduk seseorang itu harus kita kembalikan kepada Al-Qur'an dan hadis. Dan kalau kita timbang dengan Al-Qur'an dan pesan Rasulullah, ini adalah suatu tindakan yang tidak sesuai, dengan fitrah diciptaknnya manusia. Imam Ibnu Hajar Al Haitsami di dalam kitab Al Fatawa Al fiqh Al kubra, "Beliau mengatakan bahwa di antara bid'ah (mengada-ada) yang paling buruk itu adalah bahwa kaum Muslim bahwa bidah yang paling besar yang dilakukan kaum Muslim adalah ketika mereka mengikuti kaum Nasrani dalam hari-hari raya mereka. Meniru-niru mereka dalam memakan makanan mereka, pakaian mereka, memberi hadiah kepada mereka dan menerima hadiah dari mereka."

Untuk itu haram hukumnya mengucapkan Selamat Natal kepada kaum Kristiani karena mengandung makna yakni harapan kesejahteraan dan keberuntungan untuk kaum Kristiani dengan kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Ikut bergembira dan senang atas kelahiran Tuhan Yesus Kristus, juga pengakuan dan keridhaan terhadap kelahiran Tuhan Yesus Kristus. 

Sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَٰنُ وَلَدًا . لَّقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا
Mereka berkata, "Tuhan Yang Maha Pemurah mempunyai anak." Sungguh kalian telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar (QS Maryam [19]: 88-89). 

Karena itu Allah Swt. menegaskan kekafiran kaum Nasrani:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ 
Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sungguh Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam." (QS al-Maidah [5]: 72).

لَّقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ ۘ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۚ وَإِن لَّمْ يَنتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ . أَفَلَا يَتُوبُونَ إِلَى اللَّهِ وَيَسْتَغْفِرُونَهُ ۚ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Sungguh kafirlah orang-orang yang mengatakan bahwa Allah adalah salah seorang dari yang tiga. Padahal sekali-kali tidak ada Tuhan selain dari Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. Lalu mengapa mereka tidak bertobat kepada Allah dan memohon ampunan kepada-Nya? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS al-Maidah [5]: 73-74).

Memberi ucapan Selamat Natal jelas bertentangan dengan ayat-ayat di atas. Yang seharusnya diserukan kepada mereka, sebagaimana dalam QS al-Maidah ayat 73-74 di atas, adalah agar mereka bertobat dan memohon ampunan kepada Allah Swt. Tentu saja hal itu dengan meninggalkan kekufuran mereka dan masuk Islam. Bukan malah memberikan ucapan selamat yang di dalamnya terkandung makna ikut bergembira serta pengakuan dan keridhaan terhadap kekufuran mereka.

Wallahu a'lam bissawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post