Ada Apa di Balik Frasa Agama Absen dari Peta Jalan Pendidikan?


Oleh Verawati S.Pd
Guru dan Pemerhati Sosial

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim pada tanggal 3 Maret 2021 mengeluarkan draf Peta Jalan Pendidikan untuk tahun 2020-2035. Namun, draf tersebut mendapatkan sorotan dari berbagai pihak. Lantaran pada peta jalan pendidikan tahun 2020-2035 tidak terdapat frasa agama. Pada peta jalan pendidikan hanya dimuat nilai-nilai budaya dan juga nilai-nilai Pancasila. 

Draf peta jalan pendidikan tersebut berbunyi: “Visi Pendidikan Indonesia 2035. Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila”.

Di antaranya sorotan datang dari ormas Islam, Komisi Pendidikan di Parlemen Pusat, hingga politikus parpol. Dari PP Muhamadiyyah, Haedar Nashir. Beliau mempertanyakan kenapa frasa agama ini hilang dari draf peta jalan pendidikan tersebut. Apakah memang sengaja ataukah alpa? Dan mempertanyakan kenapa malah memuat nilai-nilai budaya. Kalau nilai-nilai Pancasila ok saja. (detiknews, Wa9/03/2021).

Pihak Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga menyoroti masalah yang sama. Visi pendidikan hanya memuat frasa ‘nilai-nilai budaya Indonesia’ dan ‘nilai-nilai Pancasila’. Tidak ada ‘nilai-nilai agama’ di situ. Artinya, faktor agama tidak disebutkan. Padahal itu hal esensial. Kenapa? Bahwa yang namanya akhlak itu adalah bagian dari tuntutan agama. Pengajaran agama, di dalam ada akhlak, kewajiban, itu bagian dan menjiwai sila pertama Pancasila (ketuhanan),” kata Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi, KH Abdullah Jaidi, saat dihubungi, Minggu (7/3) (detiknews, 9/03/2021).

Adapun jawaban dari Kemendikbud disampaikan oleh Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Menengah (PAUD Dikdasmen) Kemendikbud, Jumeri, “bahwa peta jalan pendidikan ini masih belum final, masih menampung berbagai masukan, saran dan kritik yang membangun dari berbagai pihak dengan semangat yang sama untuk membangun pendidikan penerus bangsa”(detiknews, 9/03/2021).


Sengaja atau tidak, draf peta jalan pendidikan faktanya tidak memuat frasa agama. Artinya liberalisme dan sekularisme menjadi landasan dalam menetapkan peta jalan pendidikan. Agama tidak lagi dijadikan pijakan dan patokan. Padahal berbagai kerusakan moral baik di kalangan pelajar maupun masyarakat umum disebabkan abainya peran negara dalam menancapkan agama pada masyarakat. Di sekolah pelajaran agama hanya diberikan dua jam pelajaran dalam satu minggu. Lalu bagaimana membangun moral atau karakter yang baik pada generasi dan bangsa jika agama dihilangkan dari visi pendidikan?

Ada apa di balik penghapusan frasa agama ini? Sesungguhnya hari ini, barat dengan ide kapitalismenya terus mencengkeramkan penjajahannya melalui berbagai sisi. Salah satunya adalah melemahkan dan menjauhkan ajaran Islam yang asli dari umat muslim. Indonesia yang merupakan negara terbesar umat muslimnya, adalah negara yang diperhitungkan oleh barat.  Barat takut jika umat Islam berpegang teguh pada ajaran Islamnya, umat Islam akan bangkit dan memutuskan berbagai kenikmatan yang selama ini mereka rampas dan ambil. 

Bagaimana tidak? Siapa yang menguasai sumber daya alam negeri ini saat ini? Siapa yang memiliki Freeport? Perkebunan kelapa sawit? Listrik? Indosat? Ternyata semuanya sudah dikuasai barat. Supaya umat Islam ini tidak menyadari, bahwa ini adalah bentuk penjajahan maka mereka membius dan meracuni umat Islam dengan pemikiran sekular dan liberal. Sebab dengan pemikiran tersebut, umat Islam tidak marah jika kekayaannya diambil. Bahkan agamanya sekalipun dihina tidak akan peduli. Sebab sudah dicekoki bahwa semua agama sama, hidup di dunia hanya untuk kesenangan semata.

Pemikiran sekular dan liberal kini dibalut dengan ide moderasi agama atau moderasi Islam. Moderasi agama adalah suatu paham yang menerima pemikiran-pemikiran barat. Seperti HAM, Pluralisme, liberalisme dan lain sebagainya. Intinya pemahaman yang mengajak umat Islam untuk menerima nilai-nilai barat sekalipun bertentangan dengan ajaran Islam.

Sejatinya moderasi agama adalah alat barat yang menggunakan ulama dan cendekia muslim untuk memerangi Islam. Yang moderat akan diberikan fasilitas sedangkan yang fundamentalis atau ekstremis akan disingkirkan dan dimusuhi. Demikianlah sesungguhnya barat tengah dan terus memerangi umat Islam dengan penjajahan pemikiran. Oleh karenanya, patut bagi umat Islam untuk sadar dan bangkit. Melawan mereka dengan memiliki pemikiran Islam yang lurus.  

Wallahua’lam bis-showab

Post a Comment

Previous Post Next Post