Gerakan Nasional Satu Rumah Satu Ayam Bisakah Atasi Stunting?

Oleh : Afika Khairunnisa
(Penulis dan Aktivis Dakwah Kampus)

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak tumbuh terhambat, tubuh lebih pendek dari usianya. Masalah stunting ini merupakan salah satu permasalahan gizi yang tengah dihadapi di Dunia. Khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting menjadi permsalahan karena berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan hingga berujung kematian. Perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh yang memadai.

Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 telah terjadi peningkatan anak stunting dari 36,8%pada tahun 2010 menjadi 37,2% di tahun 2013. Artinya ada 3 balita stunting dari 10 balita yang dilahirkan di Indonesia. (National Institute of Health Research and Development of Ministry of Health of the Republick of Indonesia, 2019). Selama 20 tahun terakhir, penanganan masalah stunting pun sangat lambat. Secara global, persentase anak-anak yang terhambat pertumbuhannya menurun hanya 0,6% per tahun sejak 1990. 

Masalah Stunting ini adalah masalah besar dan sangat serius. Hal ini ditunjukan dengan besarnya stunting di wilayah provinsi salah satunya di Sumatera Barat. Pasalnya hingga kini, terdapat ribuan anak bergizi buruk dan bertubuh pendek tersebar di 19 kabupaten/kota.

Dari data Dinas Kesehatan Sumbar, sepanjang 2018, terdapat 6.793 bayi berusia di bawah 2 tahun bergizi buruk. Dan sebanyak 15.942 bayi bawah 2 tahun bertubuh pendek (stunting). Serta 6.685 bayi berbadan sangat kurus. Tidak saja bayi bawah 2 tahun, kondisi yang sangat memprihatinkan juga terjadi pada anak bawah 5 tahun. Sedikitnya, 28.898 anak terdata kurang gizi. Sebanyak 59.641 balita stunting dan sebanyak 19.667 balita berbadan sangat kurus.

Penyebab yang sangat mendasari problem ini adalah penerapan sistem ekonomi yang tidak mampu memberikan solusi tuntas sehingga kesejahteraan pun tidak dapat di rasakan. Karena sebagian SDA indonesia telah diserahkan kepada swasta dan asing, sementara pemerintah terus menambah hutang negara yang akhirnya menyebabkan masalah baru terus bermunculan hingga sampai pada masalah gizi buruk ini pun tidak mendapatkan perhatian khusus untuk segera di selesaikan dengan tuntas.

Lantas, Bagaimana Upaya Pemerintah Mengatasi Stunting?
Ternyata pemerintah menetapkan wacana baru untuk atasi masalah stunting ini. Seperti yang dinyatakan oleh Mentri Moeldoko bahwa untuk mengatasi masalah ini adalah dengan membuat gerakan nasional memelihara 1 ayam untuk 1 rumah. Ide ini muncul tatkala pemerintah bercermin dengan kebijakan pemerintahan di negara India yang mewajibkan anak makan 5 butir telur dalam seminggu. Lantas benarkah ini sebuah solusi untuk atasi stunting?

Sungguh ironis, melihat Indonesia yang kaya raya akan SDA nya ternyata angka anak-anak yang stunting dan kekurangan gizi kian meningkat. Ditambah lagi dengan program pemerintah yang "setengah hati"  untuk menyelesaikan masalah stunting ini ternyata tidak berpengaruh secara signifikan, dikarenakan kebijakan yang dibuat sama sekali tidak menyentuh akar permsalahan terjadinya stunting. Padahal permasalahan stunting adalah permasalahan yang sistemik dan kompleks sangat berkaitan dengan kemiskinan. Hal inilah yang seharusnya di cari solusinya. Bukan justru memberi solusi yang bersifat sementara atau malah justru memaksa rakyat untuk mandiri menyelesaikan masalah stunting dengan gerakan memelihara 1 ayam untuk 1 keluarga.

Sungguh, inilah buah dari penerapan sistim kapitalis sekuler. Kemiskinan meraja lela. Rakyat Indonesia ibarat ayam mati dilumbung padi. Bahkan karena sulitnya ekonomi akhirnya memaksa wanita untuk keluar rumah hingga keluar dari fitrahnya  sebagai seorang Ibu, pengelola rumah tangga bahkan melalaikan wanita menjadi ummu wa rabbatul bait. Ditambah lagi negara hanya berperan sebagai regulator dan fasilitator saja. Karena faktanya ternyata solusi yang diberikan oleh negara sama sekali tidak menyelesaikan masalah, bahkan solusinya terdengar ngawur. Bukan cepat menanggapi masalah stunting dengan tepat malah mempersulit masyarakat dengan memberi solusi yang berbelit-belit dengan memaksa rakyat memelihara ayam terlebih dahulu.

Melihat hal seperti ini lantas bagaimana Solusi dari Islam?
Berbeda dengan sistim kapitalis, negara dalam Islam terbukti telah memberikan kesejahteraan untuk rakyat dalam segala lini kehidupan. Solusi dalam Islam adalah solusi  yang sangat fundamentalis. Melihat akar dari permasalahan stunting ini adalah akibat faktor ekonomi yang tidak stabil hingga menyebabkan kemiskinan dan pada akhirnya menyebabkan ketidak mampuan memenuhi gizi maka dalam sistim Islam telah menetapkan agar negara memenuhi 3 kebutuhan primer manusia seperti pangan, sndang dan papan. Bahkan didalam Islam SDA yang ada dalam negara haram hukumnya diberikan kepada asing. Semua kekayaan negara sejatinya hanyalah untuk kesejahteraan rakyat. Di dalam Islam rakyat tidak boleh ada yang pengangguran, sebab pengangguran akan menyebabkan kemiskinan yang berujung pada ketidak mampuan memenuhi kebutuhan yang mendasar. Bahkan didalam syari'at Islam negara memiliki kewajiban menyediakan lapangan pekerjaan. Negara bahkan juga harus menjamin terpenuhinya semua sarana kehidupan yang dibutuhkan rakyat, termasuk sanitasi yang baik. Bahkan dalam Islam negara wajib menjamin kesehatan rakyatnya. 

Negara wajib memberikan pelayanan terbaik kepada rakyatnya. Pelayanan yang diberikan gratis tanpa membebani masyarakat dengan  pungutan biaya. Beginilah syari'at Islam menetapkan. Tidak dengan sistim saat ini yang tidak mampu merealisasikan ini semua dikarenakan SDA nya banyak di serahkan ke asing sehingga rakyat menderita hingga berujung pada stunting. Maka sudah seharusnya kita mengoptimalkan perjuangan kita untuk tegaknya kembali hukum yang adil yaitu Hukum Islam sebagai sistim dalam kehidupan.
Wallahu 'alam bis shawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post