Derita Uighur, Momentum Kembali Kepada Islam


Oleh: Silpianah, S.Ak
Aktivis Pergerakan Muslimah dan Member Akademi Menulis Kreatif

Kekerasan, kezaliman, pemerkosaan, pembantaian, serta berbagai macam penyiksaan terus terjadi menimpa muslim Uighur di Xinjian. Pemerintah Cina mengirim jutaan muslim Uighur dan Kazakh ke kamp-kamp konsentrasi ilegal. Mereka dipaksa untuk mengutuk agama sendiri, memakan makanan haram, mengadopsi ateisme dan berjanji untuk setia pada negara China.

Tak hanya itu, pemerintah Cina juga melarang adanya kegiatan-kegiatan peribadahan, menyebut nama Tuhan, memberi nama islami, berpuasa, dan segala jenis bentuk keagamaan lainnya.

Dilansir ANTARA, (28/11/2019), ketua Majelis Nasional Turkistan Timur Seyit Tumturk memperkirakan sekitar lima juta umat muslim Uighur masih berada di kamp penampungan Xinjian, China. Ia mengatakan, “Data ini jauh lebih banyak dari yang diperkirakan PBB dan Parlemen Eropa yaitu sekitar satu juta Muslim di kamp penampungan.” 

Selama tiga tahun program kamp penampungan tersebut berjalan, maka selama itu pula pemerintah China mengingkari dan tidak mengakui adanya kamp tersebut. Namun setelah adanya berita dan investigasi yang dilakukan  PBB menggunakan satelit bergambar barulah pemerintah China mengakui sebagai kamp rehabilitasi dan pendidikan.

Pada kenyataannya, kamp yang diakui sebagai kamp pendidikan adalah kamp yang berisi penyiksaan terhadap muslim Uighur. Sebagaimana dilansir oleh BBC News, (19/12/2018), sejumlah mantan tahanan mengatakan kepada kami tentang penyiksaan fisik maupun psikologis yang mereka alami di kamp-kamp penahanan. Seluruh keluarga mereka lenyap dan mereka mengatakan bahwa para tahanan disiksa secara fisik dan mental. Kami juga melihat bukti dari berlangsungnya pengawasan nyaris total terhadap warga muslim di Xinjiang.

Sementara itu dunia masih saja diam atas issue kemanusiaan tersebut. Pasalnya keterlibatan di bidang ekonomi dengan pemerintah China membuat dunia bungkam sekalipun kejahatan terjadi di depan mata. Hanya karena mereka (etnis Uighur) muslim, dunia diam seribu bahasa. Padahal tidak harus menjadi muslim untuk peduli terhadap mereka.

Muslim Uighur membutuhkan perlindungan yang melindungi hak-hak mereka salah satunya hak dalam memilih keyakinan. Namun untuk mempertahankan keyakinan dan akidah mereka harus membayar dengan sangat mahal, yaitu dengan harta, darah serta nyawa.
Mengharapkan keamanan kepada negara yang menganut sistem komunis hanya sia-sia belaka. Sebab negara yang seharusnya melindungi masyarakatnya justru menjadi pelaku kejahatan. Muslim Uighur dianggap sebagai separatis dan ekstermis yang membahayakan. Sejatinya muslim Uighur hanya ingin menjalani kehidupan sesuai keyakinannya, yaitu dengan Islam. Lalu kepada siapa muslim Uighur harus berlindung?

Tentu hanya Islam yang mampu melindungi hak-hak muslim Uighur juga muslim-muslim lain di seluruh dunia. Islam pernah berjaya dan menjadi agama yang diakui di negeri tirai bambu tersebut.

Menurut Mi Shoujiang dan You Jia dalam bukunya Islam In China, menyatakan bahwa, setelah China baru didirikan pada tahun 1949, Dewan Negara mengeluarkan pernyataan 'Catatan Perhatian tentang Nama Islam' pada tahun 1956, yang berisi: "Islam adalah agama internasional, dan istilah 'Islam' adalah nama umum internasional yang digunakan untuk agama ini."

Diantara 56 kelompok etnis di China, ada 10 etnis yang menjadikan Islam sebagai agama nasional mereka, yaitu etnis Hui, etnis Uighur, etnis Tajik, etnis Uzbek, etnis Bao'an, klan etnis Tatar. Ada juga sejumlah kecil muslim di antara etnis Mongol, etnis Tibet, etnis Sais dan juga etnis Dais.
Islam memiliki pengaruh besar pada kehidupan sosial China, terutama pada pembangunan sosial dan tradisi etnis dari 10 kelompok etnis yang menjadikan Islam sebagai agama nasional mereka. Kaum muslim di China telah mempunyai pengaruh dan memberikan kontribusi besar bagi perkembangan politik, ekonomi dan budaya China.

Adanya Islam di China menjadikan China dikenal oleh dunia. Pada masa Dinasti Ming, Laksaman Cheng Ho yang beragama Islam melakukan perjalanan ke Asia Afrika serta berbagai tempat lain. Perjalanan tersebut tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan hubungan niaga ataupun hubungan diplomatik dengan negara-negara yang dikunjungi, tetapi juga sebagai jalan mengenalkan Islam.

Banyak jasa dan pengaruh positif  yang dilakukan Laksamana Cheng Ho dalam perjalanan tersebut, diantaranya membantu pengamanan wilayah laut dari perompak di perairan yang dikunjunginya, ikut serta pembangunan sarana kelautan dan pelabuhan, salah satunya adalah pembangunan mercusuar di Cirebon.

Namun fakta hebat Laksamana Cheng Ho tersebut berhasil ditutup oleh barat dengan mengangkat kisah perjalanan Christoper Columbus ke Amerika dan Vasco Da Gama ke India. Padahal armada kapal yang digunakan oleh Laksamana Cheng Ho adalah armada raksasa yang menakjubkan. Bahkan satu geladaknya saja cukup untuk menampung armada kapal Columbus dan armada kapal Vasco Da Gama.

Kehadiran Columbus dan Vasco Da Gama berdampak lahirnya keputusan Paus Alexander VI dalam Perjanjian Tordesilas (1494 M) yang merumuskan bangsa-bangsa di luar negara  gereja dinilai sebagai bangsa yang biadab. Dampaknya terjadilah mission sacre atau misi suci dengan gerakan genoside  (pemusnahan bangsa-bangsa) di Meksiko dan pemusnahan bangsa indian di benua Amerika.

Perjanjian Tordesilas adalah sumber munculnya imperialisme Barat yang melanda negara-negara Asia Afrika. Dalam perjanjian tersebut, kerajaan Katolik Spanyol diberikan kewenangan untuk menguasai dunia bagian Barat dan kerajaan Katolik Portugis diwenangkan untuk menguasai dunia bagian Timur.

Tentu saja hal itu sangat berbeda dengan ekspedisi yang dilakukan oleh para penjelajah muslim. Hal ini menjadi bukti bahwa ketika Islam menjadi sandaran dan sumber hukum dalam segala aktivitas baik perniagaan, urusan kenegaraan ataupun urusan lainnya, keamanan dan kedamaian bukanlah hal yang langka.

Sebelum masa Dinasti Ming yaitu pada masa Dinasti Kubilai Khan atau lebih dikenal dengan sebutan Dinasti Yuan, meskipun Kubilai Khan juga dinobatkan sebagai Kaisar Mongol, keberadaan Islam menjadi perhatian besar. Terbukti dengan diangkatnya Abdurahman pada tahun 1244 M sebagai menteri keuangan dan perpajakan dan Umar Syamsudin dikenal sebagai Sayid Ajall, kelahiran Bukhara, pada tahun 1259 M diangkat sebagai menteri sekaligus merangkap sebagai Gubernur Yunan.

Pada masa dinasti Yuan ataupun dinasti Ming, umat Islam mendominasi di pemerintahan negara. Hal ini menjawab bahwa Islam diterima dengan tangan terbuka. Kemudian muncul pertanyaan besar, pada masa Dinasti Yuan apakah Kaisar Kubilai Khan hanya semata-mata menaruh perhatian besar terhadap Islam ataukah memang ia sudah berislam? Mengingat banyak diantara keturunan Genghis Khan yang memeluk Islam. Pada masa Dinasti Ming, apakah kaisar Ying Lo pun hanya semata-mata menaruh perhatian besar terhadap Islam ataukah ia sudah berislam? Mengingat ialah yang menugaskan Laksamana Laut Cheng Ho melakukan perjalanan dengan membawa pasukan muslim China dengan jumlah yang besar. Tentu saja hal ini perlu dikaji lebih dalam lagi, apalagi banyak sekali distorsi sejarah oleh Barat yang menghilangkan peranan Islam dalam penulisan sejarah China.

Hubungan diplomatik China dengan negara-negara Islam sudah terjadi sejak lama. Pada masa Khulafaur Rasyidin tepatnya pada masa kholifah Utsman hubungan diplomatik terjalin dengan dinasti Tang. Hal ini menjadi awal masuknya agama Islam di China.
Hubungan diplomatik terus berlanjut, pada masa kekholifahan Bani Umayah terjadi hubungan dipomatik yaitu dimasa  khalifah Al-Walid I  dan khalifah Hisyam. Selanjutnya pada masa kekholifahan Abbasiyah, terjalin hubungan diplomatik pertahanan antara khalifah Abu Ja'far Al-Mansur dengan Kaisar Su Tsung.

Dari fakta-fakta yang disebutkan di atas, menandakan bahwa  Islam diterima dengan damai tanpa ada pihak yang dipaksa. Islam menjadikan negara-negra yang mengikuti aturannya, menjadi negara yang penuh dengan cahaya kedamaian. Namun ketika Islam ditinggalkan yang terjadi adalah kekacauan dan kesengsaraan.

Derita muslim Uighur saat ini seharusnya menjadi momentum bagi kita umat Islam untuk bersatu dan kembali kepada Islam. Islam rakhmatan lil alamin. Hanya Islam yang mampu menjadi pelindung atas harta, jiwa, kehormatan serta darah setiap individu.

Wallahu a'lam bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post