Film SIN, Alat Propaganda Liberalisme

Oleh : Ummu Qonita, S. Pd.I

Satu lagi film kontroversial yang akan membuat kita cemas setelah film "Dua Garis Biru" dan "The Santri" adalah film " SIN". Film ini akan diputar pada tanggal 10 Oktober 2019 di seluruh bioskop di Indonesia. Film dengan genre drama-romantis ini diadaptasi dari novel best-seller karya Faradita di tahun 2017. Dengan judul yang sama, film besutan karya Hanung Bramantyo ini bercerita tentang kakak beradik yang saling jatuh cinta tanpa memperhatikan status keduanya yang merupakan saudara kandung. 

Ironis memang, kakak beradik yang sejatinya adalah hubungan saudara yang diliputi rasa kasih sayang berganti hanya sebatas hubungan laki-laki dan perempuan yang mengarah kepada hubungan seksual semata. 

Film adalah salah satu cara untuk mempropagandakan ide liberalisme kepada kaum muslimin. Liberalisme adalah turunan dari sekularisme yang menjadi asas bagi sistem Kapitalis Liberal. Liberalisme adalah paham serba bebas/serba boleh dalam berperilaku tak mempertimbangkan aturan agama dan kesopanan.  Nampak jelas dalam film ini ide liberalisme begitu kentara. Propaganda ini digunakan untuk mempengaruhi umat dalam menyikapi hubungan percintaan antara kakak beradik sekandung (incest) sebagai hubungan yang wajar dan bukanlah sebuah dosa. Kasus incest di Indonesia begitu marak, jumlahnya mencapai 2979 kasus. Ini seperti fenomena gunung es. Masih teringat dalam memori kita, seorang pria berinisial AN di Bulukumba menikahi adiknya sendiri, sehingga dari keduanya lahir 2 orang anak. Betapa perilaku ini sungguh menghancurkan nasab keluarga.

Sayangnya, negeri yang kita cintai ini masih bermesraan dengan Kapitalis Liberal, sehingga film-film yang yang didalamnya mempropagandakan ide-ide liberal yang notabene berasal dari Barat dapat dengan mudah lulus sensor dan tayang di bioskop seluruh Indonesia. Tengoklah film "Dua Garis Biru", "The Santri" dan yang terbaru adalah film "SIN". Muatan ketiga film tersebut tak jauh dari percintaan dua lawan jenis yang diwujudkan dengan pacaran/gaul bebas yang kebablasan. Pemuda-pemudi kita tengah dibidik agar terlena dengan romansa percintaan dan melupakan peran mereka sebagai motor penggerak perubahan. Pemuda kita dihujani dengan film-film rusak yang didalamnya berisi propaganda kemaksiatan sebagai lifestyle/gaya hidup dalam sistem kapitalis liberal ini.

Maka saat ini kita butuh sistem yang dapat menjaga mereka dari pergaulan bebas, sistem yang mengatur kehidupan sesuai dengan fitrahnya sebagai manusia. Sistem ini berasal dari agama mereka sendiri. Islam bukan hanya sebuah agama ritual belaka, namun Islam adalah dien Kamil wa syamil, agama yang sempurna dan komprehensif. Islam adalah agama dan sistem kehidupan (ideologi). Tidak ada satu pun perkara dalam kehidupan yang dibiarkan oleh Islam tanpa dijelaskan status hukumnya. Allah SWT menjelaskan dalam firmanNya : 

" Diharamkan atas kamu(menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudara ayahmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudara mu yang laki-laki, anak-anak perempuan dari saudaramu yang perempuan ibu-ibumu yang menyusui kamu, saudara-saudara perempuan mu yang sepersusuan, ibu-ibu istrimu (mertua), anak-anak perempuan dari istrimu(anak tiri) uang dalam pemeliharaanmu, dari istri uang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan) maka tidak berdosa kamu (menikahinya), (dan diharamkan bagimu)istri-istri anak kandungku (menantu) dan diharamkan mengumpulkan( dalam pernikahan) dua perempuan yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi di masa lampau. Sungguh, Allah itu Maha Pengampun, Maha Penyayang."
TQS :. An Nisa:23

Islam menjamin penjagaan akhlaq generasi dengan penegakan 3 pilar :
1. Ketaqwaan individu, individu yang bertaqwa menjadikan halal dan haram sebagai tolak ukur dalam berbuat. Dia akan selalu memahami bahwa Allah SWT akan meminta pertanggungjawaban atas seluruh amal perbuatannya, tidak akan ada yang terlewat satupun. Maka ia akan berusaha untuk taat kepada Allah dan RosulNya dalam seluruh aktivitasnya. Pacaran/gaul bebas dengan lawan jenis adalah aktivitas yang diharamkan oleh Allah, apalagi pacaran dengan saudara kandung (incest), sungguh muslim yang bertaqwa akan menjauhkan diri dari aktivitas yang unfaedah ini. Begitupun dengan membuat sebuah karya, salah satunya adalah membuat film, maka seorang muslim akan membuat film yang bermanfaat/menginspirasi untuk orang banyak, bukan film yang mempertontonkan aurat, mengandung unsur pornografi/pornoaksi dan sarat dengan ide liberal

2. Kontrol masyarakat, setiap anggota masyarakat bersikap peduli dengan anggota masyarakat yang lain. Tidak ada egoisme dan rasa individualisme. Mereka saling mengingatkan anggota masyarakat yang lain ketika mendapati diantara mereka bermaksiat. Masyarakat saling menjaga satu sama lain agar terikat hanya dengan hukum syara. Masyarakat akan mengingatkan pemuda-pemudi yang ketahuan melakukan aktivitas pacaran, tidak membiarkan mereka berdua-duaan (khalwat), dan mengingatkan siapapun untuk membuat konten film yang bermanfaat.

3. Peran negara, negara turut andil besar dalam menciptakan masyarakat yang berakhlak. Negara dapat membuat satu perangkat hukum yang akan menjaga masyarakat dari ide liberalisme yang menyesatkan pemuda. Tidak akan ada lagi film-film yang bermuatan ide-ide liberal yang dapat merusak pemuda/remaja seperti film-film liberal, tayangan pornografi-pornoaksi, dll sbg.

Oleh karena itu, tidak ada solusi lain selain solusi Islam yang akan mengatur kehidupan sesuai dengan fitrahnya, menjaga kelestarian keturunan,  menenteramkan jiwa dan membawa Rahmat bagi seluruh alam. Islam yang diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan dalam bingkai negara. Wallahu'alam bisshowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post