Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa terus berulang. Bukan hanya dari kalangan mahasiswa bahkan seorang pelajar sekolah menengah atas ditemukan tewas di bawah jembatan Sungai Cangkir, Gianyar, Bali. Pelajar yang tewas diduga bunuh diri itu sempat membuat status di media sosial, 'jumping off the bridge'. (Dilansir dari Detikbali 01/11/2023) . Seorang siswi SMK berinisial NAN (16) tewas diduga bunuh diri dengan menabrakkan diri ke KA Gajayana di Desa Kendalrejo, Kecamatan Talun, Blitar. (Dilansir dari Detiksumut19/10/2023). Dan kasus terakhir terjadi pada mahasiswa fakultas kedokteran hewan universitas airlangga, surabaya yang ditemukan dalam tubuhnya tertempel gas helium dan sebuah selang yang diduga akibat bunuh diri. (Dilansir dari Sidoarjo.kompas 08/11/2023)
Menurut seorang psikolog klinis Kasandra Putranto, masa remaja adalah masa yang sangat berat dan rentan terhadapa depresi karena merupakan fase penuh perubahan, baik itu anatomis, emosional, fisik, intelegensi, juga hubangan sosial. Terlebih lagi kebanyakan orang menjadi mahasiswa adalah periode pertama dalam hidupnya karena mereka harus jauh dari orangtua dan lingkungan dekatnya. Sehingga hidup mereka terasa lebih berat. Belum lagi mereka menghadapi berbagai masalah diantaranya keuangan, akademis, kesehatan, masalah dengan dosen, teman , juga masalah percintaan. Mereka beranggapan bahwa dengan bunuh diri permasalahan-permasalahan mereka akan selesai. (Dilansir Republika 04/10/2023)
Tanpa kita sadari banyaknya kasus bunuh diri yang menimpa pemuda sampai saat ini menggambarkan rapuhnya mental generasi, generasi saat ini cenderung mengambil jalan yang instan dalam menyelesaikan persoalan kehidupannya yaitu dengan bunuh diri. Tidak bisa dipungkiri bahwa generasi saat ini sedang dihadapkan pada serangan pemikiran barat yang akhirnya membentuk mereka memiliki cara pandang hidup kapitalisme.
Kapitalisme telah meletakkan standar kebahagiaan hidup tertinggi pada segala hal yang bersifat materi seperti harta, kedudukan, ketenaran, seks, dan sejenisnya. Pada akhirnya generasi berlomba-lomba untuk mengejar semua itu dengan berbagai cara, namun saat mereka gagal mendapatkannya, depresi tidak dapat terhindarkan. Selain itu mereka kehilangan jati dirinya sebagai hamba Allah, mereka menjalani hidup dengan sesuka hati mengikuti hawa nafsunya. Standar halal dan haram pun tidak ada lagi dalam kamus hidup mereka.
Sangat tidak heran, ketika mereka dihadapkan pada persoalan hidup mereka mempertimbangkannya tanpa dikaitkan dengan pemahaman hidup yang benar. Padahal solusi persoalan hidup manusia hanya ada pada aturan islam yang berasal dari pencipta manusia yaitu Allah SWT. Dengan demikian pendidikan ala kapitalisme telah gagal menjaga mental para generasi bahkan akan memperpanjang persoalan kasus bunuh diri.
Solusi tuntas atas persoalan ini hanyalah dengan menerapkan sistem islam, karena hanya dengan islam manusia akan sadar bahwa diri nya adalah hamba Allah, sehingga dia akan selalu berusaha untuk taat dan menjauhi maksiat . Dalam sistem islam juga akan menjadikan masyarakat hidup dalan suasana islami, dimana mereka akan berlomba-lomba dalam mengerjakan amal sholih bukan berlomba-lomba mengejar materi dan kesenangan dunia.