> Perundungan Kian Marak Terjadi, Mampukah PPKSP Menjadi Solusi? - NusantaraNews

Latest News

Perundungan Kian Marak Terjadi, Mampukah PPKSP Menjadi Solusi?

 


Oleh Siti Eva Rohana, S. Si.

(Pegiat Literasi Kota Kendari) 



Tingginya kasus perundungan hingga kekerasan dalam lembaga pendidikan, belum dapat dibendung. Beragam upaya pemerintah telah dilakukan, demi menghentikan kasus kekerasan ini. Di antaranya UU 35/2014 tentang Perlindungan Anak dan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud), UU 82/2015 tentang Pencegahan dan Penanggulangan Tindak Kekerasan di Satuan Pendidikan, menetapkan program yang bertujuan melindungi anak dari kekerasan, seperti Sekolah Ramah Anak, Kota Layak Anak, Pendidikan Karakter, dan Revolusi Mental. 


Terbaru, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset  dan Teknologi (Mendikbudristerk), Nadiem Anwar Makarim, secara resmi meluncurkan Merdeka Belajar ke 25 : Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) di Jakarta yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Kemdikbud RI, pada Selasa (8/8/2023) (kompas, 8/8/2023).


Mendikbudristek telah menekankan bahwa Permendikbudristek PPKSP bertujuan untuk melindungi siswa,  pendidikan, dan staf pendidikan dari kekerasan selama kegiatan pendidikan, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Sehingga Peraturan tersebut dapat digunakan oleh lembaga pendidikan dalam menangani kasus kekerasan.


Namun apakah PPKSP mampu menekan dan menghentikan angka kekerasan dalam lembaga pendidikan? 


Perlu dicermati bahwa kasus perundungan dan berbagai macam kekerasan dalam lembaga pendidikan tidak muncul dengan sendirinya. Semua berawal dari penerapan asas kehidupan yang keliru. Sekularisme yang meniadakan domain agama dalam mengatur kehidupan telah mengakibatkan generasi kehilangan jati diri, mereka terbawa arus gaya hidup sekuler liberal. Maka maraknya kasus perundungan hanyalah efek samping dari sistem pendidikan sekuler. 


Sebab pertama, sistem pendidikan sekuler tidak menjadikan kesalehan anak sebagai bekal utama dalam menyiapkan perangkat sistem dan kurikulum pendidikan. 

Bagaimana mungkin dapat menghasilkan anak-anak yang berkarakter saleh dan bertakwa, jika porsi pelajaran agama yang diberikan sangat minim dan dianggap tidak "penting". Pelajaran agama dengan porsi banyak, lebih mudah ditemukan di sekolah Islam yang biasanya berbiaya mahal. Padahal semua anak berhak mendapat pendidikan karakter saleh dan bertaqwa. 


Selain itu adanya moderasi agama yang digencarkan di sekolah- sekolah Islam dipastikan tidak akan mampu membentuk karakter baik, justru sebaliknya akan menghasilkan anak-anak yang jauh dari nilai Islam. Sebab moderasi beragama telah banyak mengikis nilai-nilai Islam. Islam yang digunakan sebatas agama ritual yang mengatur ibadah  mahdhah semata. 


Padahal anak-anak membutuhkan penanaman akidah Islam yang kuat serta pengamalan aturan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Dengan akidah yang dimiliki, anak tidak akan mudah terombang-ambing dengan budaya dan pemikiran asing yang bertentangan dengan Islam yang nyata telah banyak merusak kepribadian mereka. 


Kedua, sistem kehidupan sekuler telah menghasilkan berbagai macam tayangan tanpa filter dan mudah untuk diakses oleh seluruh kalangan termasuk anak-anak yang usianya masih labil. 


Tindakan kekerasan yang dilakukan anak dibawah umur, didapat dari informasi yang mereka tonton terus menerus dan kemudian mereka ikuti. Akan bertambah parah jika orangtua abai dan bermasalah, anak cenderung mudah melampiaskan emosi dan kekesalannya kepada temannya. 


Ketiga, sistem kehidupan sekuler telah menghasilkan lingkungan sekoloh dan masyarakat yang buruk. Padahal lingkungan tersebut adalah lingkungan yang paling mudah mempengaruhi generasi. Kehidupan sosial yang cenderung individualis, egois, dan apatis telah menjadikan anak tidak memiliki kepekaan sosial dan empati terhadap teman. 


Fakta kerusakan yang dihasilkan oleh sistem sekularisme sudah terlalu parah. Jika ingin mengubahnya maka negeri ini perlu merombak total sistem kehidupan demi terwujudnya generasi cemerlang, cerdas ilmu, beriman dan bertakwa. 


Berbeda dengan sistem kehidupan sekuler, sistem Islam menjadikan akidah Islam sebagai landasan dasar paling utama dalam pendidikan. Landasan inilah yang menjadikan Islam di masa kejayaannya berhasil melahirkan generasi yang berkepribadian baik, mulia serta unggul dalam ilmu kehidupan.


Terdapat empat faktor yang menjadi kunci keberhasilan tersebut : 

Pertama, adanya keimanan yang kuat dalam diri setiap individu muslim dan dijadikan landasan dalam setiap perbuatan sehingga dapat membentengi diri dari perilaku jahat. 


Seseorang yang memahmi Islam dengan benar akan menjauhkan dirinya dari perbuatan tercela. Ia menyadari konsekuensi  sebagai hamba Allah adalah menaati seluruh perintah-Nya dan menjauhi setiap larangan-Nya. 


Kedua, penerapan sistem pendidikan Islam akan melahirkan individu yang memiliki kepribadian dan berakhlak mulia secara komunal. Negara akan menerapkan sistem pendidikan Islam ini di semua jenjang dan satuan pendidikan. Sebab sistem pendidikan yang baik akan menghasilkan output generasi yang baik. Selain itu negara juga harus mengatur media dan informasi yang mudah diakses anak-anak. Melarang tersebarnya konten berbau kekerasan dan pornografi di seluruh sosial media. 


Ketiga, akidah Islam yang kuat akan memperbaiki  pola asus orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Suasana keimanan akan terbentuk dalam keluarga. Anak-anak akan mendapatkan perhatian dan kasih sayang penuh dari orangtuanya, sehingga tentu mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang hangat, peduli sesama, dan tidak mudah mencela orang lain. 


Keempat, negara menerapkan sistem pergaulan sosial yang berdasarkan syariat Islam, sehingga terlahir masyarakat Islam yang bertakwa. Terbentuknya budaya amar makruf nahi munkar sehingga melahirkan lingkungan masyarakat yang menjaga generasi dari tindakan apapun yang bertentangan dengan syariat Islam, termasuk perundungan. 


Demikianlah mekanisme Islam dalam menghasilkan generasi terbaik, umat terbaik dengan peradaban terbaik, selama kurang lebih 13 abad lamanya. Sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang menginginkan adanya perubahan, sudah saatnya kita tinggalkan sistem kehidupan sekuler dan kembali kepada sistem kehidupan yang berasal dari Pencipta yang Maha Mengetahui segala kebutuhan manusia. Oleh karena itu dibutuhkan sinergitas dari semua pihak, agar solusi Islam dapat terealisasikan dalam kehidupan.  


Wallahu a'lam bishawab

NusantaraNews Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.