Sungguh sangat miris sekali nasib puluhan jamaah haji indonesia yang harus menghadapi tantangan dan ujian selama menjalankan ibadah ditanah suci, Makkah. Mulai dari terlantar di Musdalifah dan kekurangan makanan hingga tidup didepan toilet. Pasalnya terdapat Maktab yang dilaporkan tidak mampu menampung jammah haji seluruhnya sehingga para jamaah haji terlantar diluar tenda. Mirisnya, para jamaah haji tersebut merupakan jamaah khusus yang membayar dua sampai tiga kali lebih mahal dari pada jamaah haji regular. Selain harus beradaptasi dengan cuaca ekstrem di Arab Saudi, para Jemaah haji pun harus menahan kepayahan lainnya yang membuat ibadah haji mereka terganggu. Hal ini tentu menjadi sangat penting untuk kemudian menjadi evaluasi bagi pemerintah yang menjadi penyedia konsumsi, akomodasi dan transportasi bagi jamaah. Seorang jamaah haji asal Batam, Dhea Arizoma, 34 tahun menceritakan kepada BBC News Indonesia tentang bagaimana menu makanan yang di berikan untuk para jamaah selama di Armina yang sangat seadanya dan tak jarang terlambat didistribusikan. Pemerintah tak memberikan pelayanan sesuai janji yang disampaikan, semuanya jauh dari harapan. Jatah makan di berikan sangat terlambat dari jam makan yang seharusnya.
Beberapa masalah penyelenggaraan haji 2023 disampaikan oleh angggota Ombudsman Indraza Marzuki Rais, beliau mengungkapkan pelayanan jamaah haji Indonesia sangat kacau dan sangat beratakan. Mulai dari pendaftaran keberangkatan hingga pelaksanaan haji di tanah suci.
“ kalau masih ingat hacker yang menyerang Bank Syariah Indonesia, itu mempengaruhi kloter jamaah, banyak dana haji disana yang ketika mendata pelunasan datanya kacau sehingga agak terlambat penentuannya.” Ungkap Indra kepada Media Indonesia, jumat 30 juni 2023. Belum lagi masalah fasilitas di asrama haji dan makan yang dikonsumsi .Beliau mengatakan makanannya tidak higenis dan dapat menyebabkan masalah Kesehatan bagi jamaah haji. Kemudian masalah penerbangan untuk keberangkatan yang sempat tertunda akibat pesawat yang kapasitasnya kurang dari semestinya. Banyak kloter yang terpecah.
Mengapa hal hal seperti ini dapat terjadi? Mengapa para jamaah haji mendapatkan pelayanan yang buruk sementara mereka sudah membayar dengan biaya yang cukup tinggi dan berharap bisa focus dan khusuk dalam beribadah di baitullah? Dimana peran penyelenggara haji yang sudah di percaya dan di amanahkan untuk mengurus berbagai urusan? Tentu saja semua persoalan dan permasalahan yang terjadi dikarenakan pemerintah yang sangat sepele dan abai terhadap pelaksanaan ibadah haji di tanah suci. Mereka tidak menganggap pelaksanaan ibadah haji sebagai ibadah wajib yang merupakan bagian dari rukun islam. Sehingga Dana yang sudah di bayar oleh calon jamaah haji di alokasikan untuk kepentingan segelintir orang.
Tentu hal ini sangat berbeda dengat islam. Islam sangat menghormati para jamaah haji dan memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh jamaah. Mereka adalah tamu Allah yang datang ke Baitullah untuk menyambut seruan haji. Pengeloaan dana haji harus dijaga agar sesuai peruntukannya dan aman dari tindak salah gunaan. Sebab penyelenggaraan ibadah inipun akan di mintai pertanggungjawaban di hadapan allah kelak. Ibadah haji adalah bentuk mewujudkan ketaatan kepada allah. Sepanjang pelaksanaan ibadah haji jutaan kaum muslim terus mengagungkan nama Allah subhanahu waa'aala, Zat yang Maha Agung. Mereka pun tidak hentinya berdoa dan melantunkan kalimat Talbiyah. Mereka menjawab panggilan Allah dengan penuh kekhusukan untuk benar benar menghadirkan ketaatan kepada-Nya. Merekalah Dhuyuufullah, tamu Allah yang berhak untuk mendapatkan pelayanan da kedudukan yang mulia.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw : “jamaah haji dan umrah adalah tamu Allah. Allah telah memanggil mereka, merekapun memenuhi panggilan-Nya. Mereka memohon kepada Allah, dan Allah pun mengabulkan permohonan mereka. (HR. Ibnu majah).
Demikianlah seharusnya pelayanan yang di berikan kepada para jamaah haji. Mereka harus mendapatkan pelayanan yang terbaik sehingga bisaa melaksanakan ibadah dengan khusuk dan dalam kondisi aman dan nyaman. Namun pelaksanaan haji saat ini sangat jauh berbeda dengan yang di gambarkan dalam islam. Ibadah haji hanya dipandang sebagai pelaksanaan ibdah ritual semata tanpa adanya bimbingan dari para pemimpin islam. Padahal Sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah melayani dan mengurusi urusan umat dalama segala hal dengan sebaik baik nya, bukan malah mengabaikan atau membuat rakyat merasa menderita dan kesulitan. Seharusnya dana yang sudah di keluarkan para jamaah haji di alokasikan sesuai kebutuhan jamaah haji seperti makanan, akomodasi dan kendaraan yang layak. Inilah buah dari system kapitalisme, penguasa di system kapitalisme hanya melahirkan kebijakan bervisi kapitalistik. Negara yang menganut system ini pasti gagal dalam mengurusi setiap permasalahan. Selain itu negara berasaskan kapitalisme ini hanya mementingkan keuntungan ketimbang memberikan kemudahan pada para jamaah untuk melaksanakan ibadah haji. Rakyat hanya dipandang sebagai objek yang dapat menghasilkan keuntungan sebesar besarnya dari pengurusan ibadah haji ini. Padahal ibadah haji adalah pokok ajaran islam bukanlah hal yang remeh behkan menjadi ajang mencari keuntungan. Di masa kejayaan islam ibadah haji sangat bermakna dan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan mereka. Hal ini hanya akan terwujud Ketika umat islam di satukan Kembali dalam naungan khilafah islamiyyah.