Oleh Ratih Fitriandani
Pendidik
Generasi
Negeri ini kembali dikejutkan dengan
berita yang sungguh ironis terjadi di Provinsi Papua. Kelaparan yang melanda
akibat dari kekeringan yang terjadi dari akhir Juni kemarin menyebabkan adanya
korban yang kelaparan sehingga meninggal.
Dilansir dari sebuah media online, sebanyak
7.000 warga dari Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi di Kabupaten Puncak,
Papua Tengah memilih mengungsi akibat kemarau panjang. Kemarau yang terjadi
sejak Mei hingga saat ini membuat warga terancam kelaparan.
Bupati Puncak Willem Wandik mengatakan
kemarau panjang di wilayah tersebut membuat lahan pertanian milik warga rusak
dan tidak bisa ditanami. Bahkan sayur-sayuran yang telah ditanam rusak dan
busuk.
"Kalau mereka bertahan di situ bisa
kelaparan, bisa penyakitan karena dampak dari itu (kemarau)," ujar Willem
Wandik di Kota Jayapura, Papua, Senin (24/7/2023).
Kekeringan yang telah melanda Papua Tengah
ini seharusnya tidak terjadi di Indonesia khususnya Papua. Hal yang demikian
dikarenakan Papua adalah Provinsi yang wilayahnya kaya akan Sumber Daya Alam.
PT. Freeport yang ada di Papua saja sudah
56th kurang lebih beroperasi sejak tahun 1967. Bahkan Papua adalah wilayah
terbesar yang memiliki tambang emas di Indonesia yakni 52%. Wilayah Papua
memiliki tambang emas dengan luas mencapai 229.893,75 ha.
Ini membuktikan bahwa Papua sejatinya kaya
raya akan Sumber Daya Alam. Selain memiliki wilayah tambang emas terbesar di
Indonesia. Papua juga memiliki cadangan perak sebanyak 1.76 ton biji dan 1.875
juta ton biji. Data tersebut diambil berdasarkan data Booklet Perak yang
dirilis oleh ESDM 2020. Belum lagi kekayaan alam lainnya, seperti cadangan
berupa batu bara, besi, batu kapur, pasir kaolin, minyak bumi dan gas alam.
Kekeringan yang menyebabkan kelaparan dan
berujung hilangnya nyawa. Hal ini menggambarkan adanya ketimpangan pembangunan.
Meskipun adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah daerah dengan adanya
penyaluran bantuan, tapi hal ini mengalami kendala faktor keamanan dan aksesnya.
Dua wilayah Papua yang terdampak bencana yaitu Distrik Lambewi dan Distrik
Agandume hanya bisa diakses dengan jalan kaki melalui Distrik Sinak.
Menurut Kabid Humas Polda Papua Penyaluran
bantuan pun sempat dilakukan oleh Bupati Puncak Willem Wandik dengan
menggunakan pesawat terbang sewaan ke Distrik Agandugume.
Tetapi jalan lain yang bisa ditempuh
dengan pesawat terbang ini berisiko mendapatakan ancaman dari KKB. Karena
wilayah tersebut masuk ke dalam wilayah kawasan perlintasan KKB atau Kelompok
Kriminal Bersenjata.
Kekeringan dan kelaparan yang terjadi di
wilayah Papua ini sesungguhnya faktor utamanya bukanlah faktor cuaca seperti
yang disebutkan oleh pemerintah. Bencana sepeti ini disebabkan lalai dan kurang
bertanggung jawabnya penguasa selama ini untuk berupaya maksimal mencukupi
kebutuhan rakyatnya. Pemerintah seharusnya bertindak dengan cepat,
mengantisipasi kalaupun adanya perubahan cuaca atau terjadinya bencana alam
tertentu.
Tentunya hal ini akan berbeda dengan
konsep Islam. Karena Islam adalah agama universal, yang mengatur seluruh aspek
kehidupan sehingga menjadi rahmatan lil’aalamiin. Sistem Islam dan para
pemimpinnya tidak akan pernah lalai dalam menjamin semua kebutuhan rakyatnya
agar bisa makan dengan porsi cukup tanpa ancaman kelaparan.
Sistem Islam akan menyiapkan ketahanan
pangan. Hal ini agar jika terjadi bencana kekeringan sehingga menyebabkan
paceklik atau kendala dalam penyaluran bahan makanan pokok karena bencana alam.
Pemimpin dalam Islam adalah pengurus
rakyat yang kelak akan Allah mintai pertanggungjawaban. Seperti yang disebutkan
dalam hadis Rasulullah :
"Setiap dari kalian adalah pemimpin
dan tiap-tiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban."
Begitulah sosok pemimpin dalam Islam. Rasa
takutnya yang tinggi terhadap Allah Swt. senantiasa menancap kuat dalam dada.
Karena ia tahu, kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat
kelak.
Wallahualam bissawab