Mengutip laman Kemensetneg, peringatan HUT Ke-78 Kemerdekaan Republik Indonesia Tahun 2023 kali ini mengangkat tema "Terus Melaju Untuk Indonesia Maju". Tema ini merefleksikan semangat Bangsa Indonesia untuk terus melanjutkan perjuangan dan pembangunan, berkolaborasi bersama memanfaatkan momentum ini untuk mewujudkan Indonesia Maju, (detiksulsel,07/08/2023).
Benarkah Indonesia bisa terus melaju untuk maju? Tampak ini baru sebatas angan-angan saja, di usianya yang ke 78 tahun negara ini masih kesulitan mewujudkan cita-cita kemerdekaan. Bahkan, mewujudkan kesejahteraan bagi raknyatnya pun masih sulit, apa lagi untuk terus melaju menuju Indonesia maju.
Secara fisik dan militeris negeri ini telah terbebas dari penjajahan sebagaimana yang dinyatakan dalam proklamasi kemerdekaan 1945, namun tidak demikian dengan penjajahan pemikiran, politik dan ekonomi. Tidak bisa dipungkiri, ditengah berbagai proyek pembangunan prestisius dan jor-joran, nyatanya masih banyak rakyat yang hidup dibawah garis kemiskinan. BPS mencatat, hingga Maret 2023, penduduk miskin di negeri ini jumlahnya lebih dari 26,36 juta orang.
Bahkan dalam catatan FAO, tahun 2022 Indonesia memiliki prevalence of undernourishment 5,9% dari total populasi Indonesia (sekitar 16,2 juta orang) diperkirakan mengalami kelaparan, diantaranya dalam tataran akut. Hari-hari terakhir ini pun saudara kita di Papua bahkan menghadapi krisis pangan. Beberapa dari mereka sudah meregang nyawa akibat kelaparan, padahal tanah papua dikenal super kaya. Sayangnya, kekayaanya tidak bisa mereka nikmati secara “merdeka” bagi mereka, melainkan hanya sebatas kata-kata.
Pertumbuhan ekonomi yang dibangga-banggakan ternyata tidak mencermikan realitas sebenarnya. Global Wealth Report 2018 yang dirilis Credit Suisse bahkan menyebutkan bahwa 1% orang terkaya di Indonesia menguasai 46,6 total kekayaan penduduk diwasa di tanah air. Sementara itu, 10 % orang terkaya menguasai 75,3% total kekayaan penduduk. (databoks.katadata).
Kondisi seperti ini terjadi akibat dominasi sistem sekuler kapitalisme di tengah masyarakat. Sistem ini memberikan ruang besar kepada oligarki untuk mengatur semuanya, termasuk dalam menentukan kebijakan negara yang menyebabkan rakyat menderita. Sistem inilah yang membuat peran negara menjadi lumpuh dalam mengurus rakyatnya. Penguasa tidak lebih dari pelayan kepentingan pengusaha, sementara itu rakyat secara swadaya dipaksa mengurus diri sendiri.
Arti merdeka dalam KBBI, merdeka/mer·de·ka/ /merdéka/ a 1 bebas (dari perhambaan, penjajahan, dan sebagainya); 2 tidak terkena atau lepas dari tuntutan: 3 tidak terikat, tidak bergantung kepada orang atau pihak tertentu. Rupanya dari makna merdeka dalam KBBI, negara ini belum layak disebut merdeka, mengingat banyaknya persoalan yang sedang membelit negeri ini, merdeka sejara fisik namun tidak secara politik dan ekonomi yang mana masih disetir oleh kekuasaan global. Begitu pun dengan sistem-sistem lainya, seperti sistem social, budaya, endidikan dan hokum semuanya masih mengadopsi standar-standar yang lahir dari paham sekuler kapitalis neoliberal.
Anehnya sebagian besar masyarakat masih belum menyadari jika negeri ini sejatinya masih terjajah. Mereka merasa sudah merdeka hanya karena tentara asing sudah angkat kaki dari Indonesia, padahal saat ini kedaulatan negara sedang terancam dan tergadai karena jeratan utang yang jumlahnya sangat fantastis, belum lagi dominasi budaya barat yang kian mengkhawatirkan keselamatan moral generasi.
Penjajahan fisik maupun non fisik sesungguhnya merupakan manifestasi dari perbudakan, yaitu menjadikan manusia sebagai budak manusia lainya, karena itu Islam telah mengharamkan penjajahan, Allah SWT berfirman yang artinya : Sungguh aku adalah Allah. Tidak ada tuhan yang lain, selain aku, karena itu sembahlah aku (QS:Thaha:14).
Inilah kalimat tauhid. Kalimat tauhid ini pada dasarnya telah terpatri di dalam hati setiap muslim. Jika tauhid mereka murni dan jernih, maka tauhid ini akan membangkitkan semangat penghambaan hanya kepada Allah. Spirit tauhid ini pun sekaligus akan membangkitkan perlawanan terhadap segala bentuk perbudakan/ penghambaan atas sesame manusia, termasuk penjajahan atas segala bangsa.
Atas dasar itu menjadi kewajiban kaum muslim secara bersama, untuk bertafakur menyertai rasa syukur, dengan melihat realitas yang ada di negeri kita di segala bidang, sudahkah sistem yang mengatur segala urusan umat ditegakkan diatas prinsip tauhid? Jika belum, maka menjadi tugas kita bersama untuk mewujudkan kemerdekaan hakiki itu. Jika dulu perjuangan untuk membebaskan dari penjajahan fisik, kini diperlukan perjuangan baru untuk membebaskan umat dari penjajahan idiologi kapitalisme sekuler, hokum jahiliah, ekonomi kapitalis, budaya dan segenap tatanan yang tidak islami.
Dengan demikian, kemerdekaan hakiki terwujud saat manusia terbebas dari segala bentuk penghambaan dan perbudakan oleh sesama manusia. Dengan kata lain Islam menghendaki agar manusia benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman, perbudakan dan penghambaan oleh manusia lainnya. Sebab dengan begitu akan mewujudkan negara yang tangguh bukanlah hal yang sulit jika dibarengi dengan penerapan syariat Islam dalam seluruh aspek kehidupan. Wallahu a’lam bi ash-shawab.