Oleh Siti Aminah, S. Pd.
Kebutuhan hidup manusia seperti makan, minum, tempat tinggal, dan pakaian merupakan sesuatu yang urgent dan harus dipenuhi, jika tidak maka bisa jadi seseorang mengalami kematian. Namun dalam pemenuhan kebutuhan ini tentu membutuhkan edukasi dan literasi.
Karena kita Muslim, maka dalam pemenuhannya membutuhkan edukasi dan literasi yang bersandar pada hukum syariat atau halal haram. Jangan asal makan yang pasti kenyang, akan tetapi harus memikirkan halal dan baik dalam tubuh kita, sehat dan tidaknya dikonsumsi.
Sayangnya masih ada di sekitar kita budaya-budaya yang malah bertentangan dengan fitrah manusia dan menyebabkan kematian, dan tetap saja menjadi tradisi turun-temurun. Seperti budaya brandu yang menyebabkan penularan antraks di Gunung Kidul Yogyakarta.
Sebagaimana yang dilansir oleh cnnindonesia, penularan antraks terhadap puluhan warga Kabupaten Gunung Kidul, di Yogyakarta jadi buah bibir. Tradisi brandu disebut-sebut sebagai biang kerok masifnya penularan (8/7/2023).
Jika ditelisik budaya brandu jelas menunjukkan potret kemiskinan yang parah di tengah masyarakat. Dengan alasan harga daging yang murah, selain itu membantu pemilik ternak yang kena musibah. Seandainya negara hadir untuk memenuhi kebutuhan hidup rakyat, tentu tidak akan terjadi. Misalnya saja penguasa menyediakan suplai makanan yang sehat dan halal, serta membantu para peternak yang mengalami musibah. Jangan sudah ada kejadian barulah diselesaikan. Mencegah lebih baik daripada mengobati. Ini yang harus menjadi prinsip dari pemerintah.
Di sisi lain, juga menggambarkan betapa rendahnya tingkat literasi sehingga biasa mengkonsumsi binatang yang sudah sakit bahkan mati. Budaya ini tentu sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia. Hal itu menggambarkan lalainya penguasa dalam mengurus rakyat, sehingga tradisi yang membahayakan tetap berlangsung secara turun-temurun. Bahkan yang melanggar aturan agama yang mengharamkan memakan bangkai tidak dipedulikan.
Semua ini tidak lepas dari sistem yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat, dari segi ekonomi yang serba materialistis, semua menginginkan keuntungan tanpa melihat halal haram. Belum lagi ketakwaan individu terhadap aturan Tuhan tidak diterapkan dalam kehidupan. Akibatnya manusia berjalan sesuai dengan kehendaknya tanpa memperdulikan baik buruknya pada dirinya.
Sistem ini tidak lain adalah sistem kapitalisme sekular. Sebuah sistem yang dilandasi oleh pemisahan agama dari kehidupan. Sehingga wajar budaya-budaya yang berbahaya malah terpelihara di tengah-tengah masyarakat. Mestinya budaya tidak bisa dijadikan acuan dalam kehidupan, jika bertentangan dengan fitrah manusia dan ajaran agama. Namun kembali lagi bahwa kita hari ini terpisah dan dipisahkan dari aturan agama.
Maka, mustahil kesejahteraan rakyat itu akan didapatkan selagi masih menjadikan sistem kapitalisme sekular sebagai pijakan dalam kehidupan manusia. Itu terbukti karena faktor ekonomi dan ada peluang untuk melestarikan budaya buruk di tengah masyarakat, berakibat pada meninggalnya manusia.
Jadi, harus segera hadir sistem yang mampu memutus dan memusnahkan budaya-budaya yang merusak jiwa dan mental di tengah-tengah masyarakat. Sistem tersebut tidak lain adalah sistem Islam.
Sistem Islam akan menjamin rakyat hidup sejahtera dan terdidik sehingga paham aturan agama maupun aturan terkait dengan kesehatan dirinya. Penguasa sebagai perisai atau penjaga jiwa dari warganya hadir untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Tidak membiarkan mereka kelaparan dan tidak memberikan peluang melakukan jual beli yang haram. Karena penguasa akan dimintai pertanggung jawaban atas dirinya, jika ia lalai melindungi rakyatnya dari hal-hal yang diharamkan dan tidak mensejahterakan mereka.
Karena jelas dalam Islam, memakan bangkai dan memperjual belikannya sesuatu yang haram. Jadi jika memakai kacamata Islam dan diterapkan dalam kehidupan, pasti akan menjaga kelangsungan hidup manusia. Hal ini menunjukkan kepada kita betapa Allah Swt. maha mengetahui dan setiap syariatnya pasti untuk kebaikan manusia. Mestinya kejadian ini bisa menjadi pelajaran untuk kita bahwa jika Allah Swt. sudah mengharamkan sesuatu tidak lain untuk diri kita.
Oleh karena itu, sistem Islam selain menanamkan ketakwaan kepada individu agar taat kepada Tuhannya, ada juga kontrol masyarakat. Sehingga jika melakukan penyimpangan atau kesalahan, masyarakat harus mencegah. Juga yang paling penting hadirnya negara untuk mengurusi urusan rakyat dan mensejahterakan mereka. Maka tiga pilar ini harus berjalan beriringan. Namun semua itu akan terwujud mana kala Islam diterapkan dalam kehidupan secara kafah.
Wallahu a'lam bishawab.