Saat Olahraga Menjadi Yang Utama, Rakyat Semakin Sengsara


Oleh : Wanti ummu Nazba 
Muslimah Peduli Umat 

Pertandingan SEA Games Kamboja 2023 telah selesai. Untuk acara olahraga ini, Pemerintah RI telah mengucurkan dana yang fantastis, yaitu mencapai 852,2 miliar. Dana tersebut dipakai untuk pembinaan atlet hingga bonus bagi peraih medali. 

Sri Mulyani juga menyatakan dukungan pemerintah pada sektor olahraga. “Saya pastikan, APBN #Uang kita akan terus hadir untuk mendukung sektor olahraga Indonesia,” ungkapnya.

Besarnya pendanaan yang dikucurkan oleh pemerintah untuk SEA Games menunjukkan perhatian lebih terhadap sektor olahraga. Hal tersebut tidak lepas dari posisi event olahraga sebagai sarana mengharumkan nama bangsa di mata dunia. Prestasi pada berbagai cabangnya dianggap sebagai kebanggaan negara.

Tidak mengherankan bahwa para atlet, pelatih, dan asisten pelatih yang meraih medali, baik emas, perak, maupun perunggu pada SEA Games Kamboja akan mendapatkan bonus yang totalnya mencapai Rp275 miliar. Sebuah jumlah yang cukup besar.

Bukan kali ini saja pemerintah mengucurkan dana besar untuk bonus bagi peraih medali pada event olahraga. Pada Olimpiade Tokyo 2020 lalu, pemerintah juga memberikan bonus yang juga cukup besar. Bagi para pemain yang meraih medali emas akan mendapatkan bonus Rp5,5 miliar per orang, sedangkan untuk pelatihnya mendapatkan bonus Rp2,5 miliar. (Situs Kemenpora, 13-8-2021).

Pemerintah totalitas dalam memberikan dukungan, termasuk dukungan anggaran.

Padahal, olahraga bukanlah sektor yang menentukan hidup dan matinya manusia. Memang betul, berolahraga penting untuk kesehatan masyarakat. Namun, mengikuti event internasional hingga menghabiskan anggaran ratusan miliar tidak akan berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, tetapi lebih pada meraih kebanggaan.

Miris rasanya, sektor yang lebih penting, justru kurang mendapatkan prioritas. Seperti salah satunya adalah terkait kekurangan gizi. Berdasarkan laporan The State of Food Security and Nutrition in the World yang dirilis Food and Agriculture Organization (FAO), pada 2021, Indonesia tercatat sebagai negara dengan jumlah penduduk kurang gizi tertinggi di Asia Tenggara. Jumlah penduduk Indonesia yang kekurangan gizi mencapai 17,7 juta jiwa. Ini merupakan jumlah yang besar.

Tidak hanya orang dewasa, balita juga mengalami kurang gizi. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan 2018, sebanyak 17,7% balita di Indonesia masih mengalami masalah gizi. Angka tersebut terdiri dari balita yang menderita gizi buruk sebesar 3,9% dan yang mengalami gizi kurang sebesar 13,8%. (Katadata, 25-1-2019)


Selain permasalahan gizi penduduk dan anak-anak, di sektor infrastruktur juga banyak masalah yang butuh diprioritaskan. Salah satunya terkait jalan rusak yang merupakan sektor penting karena terkait keselamatan masyarakat. 

Data di atas menunjukkan bahwa masih banyak sektor di negeri ini yang harus diutamakan dan butuh anggaran yang besar. Bisa jadi selama ini dana yang dikucurkan sudah triliunan rupiah, tetapi jika dibandingkan dengan jumlah penerima program yang mencapai jutaan orang, juga dari aspek belum terselesaikannya problem tersebut, anggaran tersebut jelas masih kurang.

Sektor-sektor inilah yang seharusnya mendapatkan perhatian besar dari pemerintah dan diprioritaskan dalam pemberian anggaran. Bukan hanya mengejar prestasi semata sebagaimana pada SEA Games. 

Menurut K.H. Hafidz Abdurrahman menjelaskan bahwa kehidupan di bawah naungan Islam adalah kehidupan penuh ambisi dan cita-cita Islam yang agung dan mulia, yaitu menjunjung tinggi kalimah Allah dengan dakwah dan jihad. Hal ini guna mengemban dan menyebarkan risalah Islam ke seluruh dunia.

Oleh karenanya, ketika Nabi memerintahkan umat Islam belajar berenang, berkuda, dan memanah, tujuannya hanya dua, yaitu menjaga kebugaran tubuh agar tetap sehat dan melatih kekuatan fisik untuk persiapan berjihad di jalan Allah. Hanya itu, tidak yang lain.

Dasarnya adalah firman Allah Swt., “Siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang mampu kalian upayakan.” (QS Al-Anfal: 60).

Juga sabda Rasulullah, “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah, daripada orang mukmin yang lemah.”


Sayangnya, hari ini di dalam sistem sekuler kapitalisme, dunia olahraga diformat menjadi industri untuk mewujudkan ambisi materi, duniawi, dan popularitas. Jadilah ajang olahraga sebagai permainan yang melalaikan hingga umat terlena dan abai terhadap masalah krusial negara seperti kemiskinan, kurang gizi, dll..

Islam akan memposisikan olahraga sebagai cara mewujudkan kebugaran tubuh dan persiapan berjihad. Jenis olahraga yang dilakukan adalah yang terkait keduanya, misalnya berenang, berkuda, memanah, jalan kaki, lari, dan bela diri. Namun, olahraga tersebut dilakukan bukan untuk olahraga itu sendiri sehingga tidak untuk diperlombakan ataupun menjadi ajang pertunjukan, tontonan, dan bisnis.

Hal yang didahulukan dalam Islam adalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar rakyat, yaitu sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, dan keamanan. Negara memberikan kepada rakyat untuk memenuhi semua itu dengan membuat lapangan kerja yang seluas-luasnya. Negara juga menyediakan fasilitas pendidikan, kesehatan, dan keamanan secara gratis dan berkualitas. Dengan demikian, rakyat akan sejahtera secara nyata.

Wallahu a’lam bi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post