Realita Dunia, Cuaca Panas Perlu Solusi Paripurna


Oleh : Lilik Solekah, SHI. 
(Ibu Peduli Generasi) 

Akhir- akhir ini kita merasakan panas yang berbeda dari biasanya,  sampai-sampai ketika lama di luaran merasa pusing dan mendidih. 
Bumi ini semakin panas. 
Bagai air mengalir deras. 
Kehidupan Pun semakin bebas. 
Kebebasanku tidak terbatas. 
Engkau telah terbujuk rayuan setan.
Hidupmu di atas kemaksiatan. 

Ingat lanjutan lirik lagu diatas? 
wahai engkau kawanku. 
Bertobatlah sebelum terlambat. 
Tuhanmu dan Tuhanku.
Tuhan kita diseluruh alam. 
Hai sadarlah hai sadarlah kawanku. 
Jangan jadi penghuni api neraka.
Bumi ini semakin panas. 

Tulisan ini bukan mengajak menyanyi ya, tapi fokus lagi pada cuaca yang memang seperti tidak mau bersahabat lagi dan ini ternyata tidak hanya di indonesia saja. Di Indonesia sendiri Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menjelaskan bahwa ini menjadi suatu siklus yang terjadi setiap tahun. Siklus tahunan tersebut berdampak pada wilayah Jawa, dimana temperatur naik pada bulan April dan Mei, lalu suhu kembali memuncak di bulan Oktober. Di Indonesia kenaikan suhu maksimum harian mencapai 37,2°C di Ciputat pada pekan lalu, walaupun hanya pada beberapa lokasi yang berada pada kisaran 34°C - 36°C hingga saat ini, BMKG melaporkan, sudah terjadi peningkatan suhu panas lebih dari 40°C, yang dialami negara-negara Asia seperti Laos, Myanmar, Thailand, India, China, dan Bangladesh.

BMKG menerangkan bahaya yang mengintai serta mengancam iklim adalah produksi karbondioksida (C02). Hal ini ini juga menggambarkan jika produksi karbon lewat kegiatan ekonomi semakin besar, maka dunia akan menghangat. Global warming dan musim kering bisa panjang dan bisa kebakaran hutan, ini semua tidak bisa dihindari. Hal ekstrim lainnya adalah musim hujan yang tidak wajar sampai longsor dan banjir yang tidak bisa dihindari. Jelas sangat mengancam manusia dan sektor lainnya (ekonomi salah satunya).

Negara-negara maju pun AS tidak mau kepentingan politik dan ekonominya berkurang. Alasan yang dikedepankan adalah mereka tidak akan mendatangkan bencana bagi negara mereka sendiri dengan mengurangi emisi karbon.sehingga penyumbang terbesar dari fenomena ini adalah industri-industri mereka  yang memiliki emisi karbon terbesar di dunia. 

Menurut data terakhir tahun 2021 bahwa AS berada di posisi pertama sebagai negara penghasil emisi CO2 kumulatif terbesar dengan penggunaan batu bara secara luas serta AS menghasilkan lebih dari 509 Giga ton CO2 (GtCO2) sejak tahun 1850, kemudian dengan munculnya kendaraan bermotor dan baru sisa kecilnya disumbang oleh negara-negara berkembang.

Jika kita telisik, pemanasan global yang terjadi saat ini sudah sedemikian parah dan jika kita cermat maka kita dapat simpulkan bahwa fenomena ini tidak hanya murni bencana alam namun ada campur tangan manusia. 

Adanya eksploitasi tambang gede-gedean yang tidak memperdulikan lagi lingkungan, yang penting menguntungkan, pengalihan fungsi lahan subur pertanian menjadi bangunan gedung, industri,  mall, ataupun sekedar sebagai perumahan. Hal -hal semacam itu perlu adanya kebijakan alias aturan yang kuat. 

Negara yang berlandaskan Islam,  Negara adidaya yang kita perlukan untuk mengatur kehidupan manusia agar sesuai dengan aturan yang membuat bumi, matahari,  air hujan dan manusia yang diamanahi untuk mengelolanya. Agar menjadi baldatun toyyibatun warobbun ghofur. Sayyid Quthub dalam Tafsir fi Zilal Al-Qur’an menyebut bahwa baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur merupakan negeri yang mendapatkan kemakmuran di bumi dan di akhirat.

Ingat kisah negeri saba' yang makmur akan tetapi setelah penduduknya maksiat maka dicabutlah kemakmuran tersebut bahkan di binasakan yang sudah di abadikan dalam Al-quran surat as saba': 16 “Lalu mereka berpaling sehingga Kami mendatangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami mengganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr.” (QS: Saba’: 16).

Maka apakah kita tidak mengambil pelajaran dari panas yang semakin menyengat ini juga mengaitkan dengan ayat-ayatnya?  Sedang kita adalah orang-orang yang mampu berfikir. [wallahu a'lam bishawab ]

Post a Comment

Previous Post Next Post