FOMO, Potret Remaja yang Kehilangan Jati Diri


Oleh: Nadia Khoerun Nissa 
(Mahasiswi)

Seorang anak laki-laki, Jacob Stevens (13) tewas setelah melakukan bernadryl challenge, ini merupakan tren yang sangat membahayakan, karena berhubungan dengan nyawa seseorang, dimana peserta challenge ini harus meminum sekitar 12 hingga 14 pil antihistamin/obat alergi supaya dapat memicu halusinasi. (Kompas.com, 18/04/2023). Tidak hanya itu, kasus serupa pun sempat terjadi beberapa tahun yang lalu. Pada tahun 2021, remaja tewas terlindas truk usai melakukan tiktok challenge "malaikat maut". (Suara.com, 18/07/2021).

Hal serupa terus berulang, jika tidak dihentikan, hal ini dapat membuka jalan untuk korban-korban selanjutnya. Melakukan Challenge yang sangat berbahaya hanya demi konten, tidak patut dilakukan. Remaja sekarang memang cenderung mengikuti trend yang sedang digemari, demi mendapatkan ketenaran atau hanya demi kesenangan semata.

Remaja zaman now memang cenderung lebih takut ketinggalan trend, takut jika tidak tahu sesuatu yang sedang viral sekalipun hal tersebut tidak bermanfaat dan ingin mengikuti trend yang ada. Hal tersebut bisa juga disebut dengan FOMO atau Fear Of Missing Out, rasa cemas tertinggal suatu hal yang baru dan menyenangkan, termasuk trend. Tidak sedikit dari mereka yang rela mengikuti trend tanpa memperhatikan standar baik dan buruknya, norma yang berlaku apalagi memperhatikan aturan agama karena yang terpenting bagi mereka adalah kesenangan semata dan viral, itulah yang menjadi tujuannya.

*Hilangnya Jati Diri*

Potret remaja yang kehilangan jati dirinya, menganggap bahwa hidup hanya demi kesenangan semata, tak peduli dengan aktivitas yang dilakukan apakah berbahaya atau tidak. Mereka lupa dengan apa yang menjadi tujuan hidupnya, yakni beribadah sesuai dengan yang difirmankan oleh Allah dalam Qs.Adz-Dzariyat ayat 56.

Mereka terkena paham sekulerisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak lagi menjadi panduannya dalam hidup,  mereka meyakini kalau agama tidak boleh ikut campur dalam kehidupan mereka dan menurutnya, jika ingin berbicara islam  silahkan di masjid saja, tidak usah dibawa-bawa kedalam kehidupan mereka sepenuhnya.
 
Mereka melakukan aktivitas yang menurutnya akan menimbulkan kesenangan, tanpa memperhatikan standar baik-buruknya dalam agama. Standar kebahagiannya yakni famous, kaya dan hal lain yang sifatnya duniawi. Faktor yang menyebabkan sekulerisme salah satunya adalah tidak diberi pemahaman agama yang utuh, termasuk di sekolah pun hanya mengajarkan ibadah ritual saja, seperti: shalat, puasa dan lain-lain. Tetapi tidak digambarkan seperti apa tujuan hidup sebenarnya, apa peran islam bagi kehidupan kita.

Lebih parah lagi, kita hidup dalam sistem kapitalisme, dimana semuanya serba materi. Termasuk negara kapitalisme pun yang membiarkan konten-konten yang merusak berseliweran secara bebas, asalkan membawa keuntungan bagi mereka.

*Adanya Perubahan*

Perubahan dimulai dengan diri kita sendiri, dengan belajar islam secara Kaffah atau menyeluruh sehingga kita tahu tujuan kehidupan yang hakiki dan akan berpikir berulang kali untuk mengikuti challenge yang berbahaya, karena standar yang dipakai nya sudah jelas yakni Islam. Aktivitas dalam kehidupannya pun disandarkan kepada syariat islam, supaya tidak jatuh dalam kemaksiatan dan kesesatan. 

Namun, tidak cukup hanya dengan ketakwaan individu, ketakwaan masyarakat pun dibutuhkan, masyarakat dengan pemahaman islam akan menjaga serta membentuk lingkungan islami dan akan menjadi kontrol sosial. 

Nah, ketakwaan indivdu dan masyarakat akan terbentuk oleh negara yang menerapkan aturan islam secara Kaffah, yakni Khilafah. Khilafah akan menerapkan akidah yang kuat pada setiap individu dan membentuk individu serta masyarakat dengan pola pikir dan sikap yang islami, individu akan disibukkan dengan ilmu dan ketakwaan sehingga tidak ada yang mengikuti challenge yang berbahaya, karena aktivitas yang dilakukannya akan ditujukan kepada tujuan kehidupan yang hakiki.

Wallahualam BIshshawab…

Post a Comment

Previous Post Next Post