Timnas Israel U-20 ke Indonesia: Antara Olah Raga, Kepentingan Ekonomi dan Bela Palestina


Oleh Khansa Mustaniratun Nisa
Mentor Kajian Remaja

Akhir-akhir ini, isu Piala Dunia U-20 sedang ramai diperbincangkan. Tak terkecuali jagat media sosial. Banyak akun yang menyuarakan perihal Piala Dunia ini dan tentunya ramai netizen berkomentar pro dan kontra. Terkhusus di permasalah penolakan tim sepak bola Israel.

Deretann tokoh dan institusi menolak kedatangan Timnas Israel U-20. Di antaranya PDIP, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Gubernur Bali I Wayan Koster, Persaudaraan Alumni 212 dan Majelis Ulama Indonesia. Tak hanya itu, PKS dan beberapa kalangan ormas pun turut menolak kedatangan Timnas Israel. (cnnindonesia.com, 23/3/2023)

Beragam alasan yang dilontarkan masing-masing pihak. Ada yang merujuk Presiden Pertama Indonesia Soekarno yang dua kali menolak Israel dalam hal sepak bola. Ada pula yang merujuk karena Indonesia belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Namun bila ditarik garis besarnya, penolakan tersebut didasari karena menyoroti bagaimana perlakuan Israel terhadap Palestina, sedang negara kita ini mendukung kemerdekaan bangsa.

Sebagaimana kita ketahui, awal mula konflik Israel-Palestina dimulai pada tahun 1948 hingga sekarang. Israel, dalam sejarahnya, adalah bangsa yang ditolak di mana pun ia berada karena selalu berbuat kerusakan. Bahkan dahulu kala, kaum Yahudi ditolak di Eropa hingga mereka diusir dalam kondisi yang mengenaskan. Kaum Yahudi lantas menuju wilayah Palestina dan diterima dengan baik, bahkan diizinkan tinggal di Palestina.

Namun, ibarat air susu dibalas air tuba, kebaikan kaum muslim Palestina malah dibalas dengan pengkhianatan dan kejahatan. Mereka menduduki bumi Palestina, membunuh dan mengusir penduduknya, membombardir fasilitas umum, seperti rumah sakit dan sekolah, dan aneka kejahatan lainnya yang kekejamannya tidak terperikan.

Di sisi potensi ekonomi  dari Piala Dunia memang sangat besar. Sebagaimana kita ketahui, penggemar sepak bola sangat  banyak. Maka dengan adanya Piala Dunia ini, orang-orang ramai berlomba ingin menonton langsung pertandingan tersebut. Ini akan berdampak ke sektor pariwisata, hotel dan lainnya.
Memang bukan hanya sepak bola saja, Israel pun pernah turut bertanding bulu tangkis di Indonesia. Namun, hal ini mungkin tak terlalu berdampak besar di sektor ekonomi khususnya dibanding dengan sepak bola Piala Dunia yang ramai orang ingin menyaksikan langsung.

Namun, potensi keuntungan ekonomi tersebut tidaklah sebanding dengan kejahatan yang dilakukan saudara Muslim kita di Palestina. Sebagai saudara seiman dan seakidah, sudah pasti tak akan rela melihat saudaranya sendiri dibantai, dilukai, dibombardir habis-habisan, diteror dan segala macam kejahatan penjajahan lainnya. Tak akan ada yang bisa menggantikan rasa sakit itu. Rasulullan saw. bersabda:

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan turut merasakan sakitnya.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Solusi menghadapi Israel tidak cukup hanya dengan menolak tim sepak bolanya, mengutuknya atau memblokir produk-produknya, tetapi seharusnya menolak eksistensi Israel di Palestina bahkan turut memerangi siapapun yang memerangi kaum muslimin.

Namun, hal ini hanya akan terjadi ketika seluruh tentara umat Islam dari berbagai penjuru negeri bersatu melawan Israel atau negara mana pun yang memerangi kaum muslimin. Persatuan umat ini hanya akan terwujud di dalam institusi Islam kafah (khilafah) dengan adanya seruan jihad akbar oleh khalifah kepada seluruh tentara. Karena khilafah adalah junnah (perisai) yang melindungi umat Islam. Sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Ia akan dijadikan perisai yang  orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sepanjang rentang peradaban Islam, Khilafah terbukti telah berhasil membebaskan Palestina. Pembebasan tersebut terjadi sejak masa Khalifah Umar bin Khaththab hingga kekhalifahan Utsmaniyah. Selama itulah bumi Palestina senantiasa damai. Maka dari itu, mari turut andil dalam menjemput janji Allah ini (khilafah) yang akan tegak kembali.

Wallahu a’lam bish shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post