Oleh: Siska Robiyatul Adawiyah, S.P.
Aktivis
Muslimah
Baru-baru ini masyarakat dikejutkan dengan peristiwa bunuh diri yang dilakukan seorang mahasiswi Universitas Indonesia (UI) berinisial MPD (21 tahun) di sebuah apartemen kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu 8 Maret 2023. Diduga korban bunuh diri dengan melompat dari lantai 18 apartemen tersebut. Begitu juga, seorang warga Dusun Wirokerten RT 02 Kelurahan Wirokerten Kapanewon Banguntapan, Bantul, DIY, ditemukan gantung diri di dapur rumahnya, Kamis 9 Maret 2023.
Fenomena ini tentu bukan suatu kebetulan. Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan, 6 September 2022, penyebab utama bunuh diri adalah kondisi depresi pada individu. WHO mencatat, depresi ada pada urutan keempat penyakit di dunia dan diprediksi menjadi masalah gangguan kesehatan yang utama.
Sebuah survei kesehatan mental nasional pertama, Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS), pada Oktober 2022 merilis angka kejadian gangguan mental pada generasi muda 10-17 tahun di Indonesia.1 dari 3 anak muda Indonesia memiliki masalah kesehatan mental, sedangkan dalam 12 bulan terakhir ini, 1 dari 20 anak muda Indonesia memiliki gangguan mental.
Ada beberapa faktor penyebab gangguan kesehatan mental individu di masyarakat. Pertama, ekonomi. Sistem ekonomi sekuler dan kapitalistik menghasilkan kemiskinan, beban utang, pengangguran, beban pekerjaan yang berat, kesenjangan ekonomi, biaya hidup mahal, dan lainnya.
Kedua, sosial budaya. Sistem social sekuler dan kapitalistik menghasilkan budaya hedonis, konsumerisme, individualis, popularistik, status sosial, keluarga broken home, dan lainnya. Ketiga, pendidikan. Sistem pendidikan sekuler dan kapitalistik menimbulkan masalah biaya pendidikan mahal, gagal dalam studi, dibatasinya pelajaran agama dan lainnya.
Keempat, kesehatan. Sistem tata kelola kesehatan sekuler dan kapitalistik menimbulkan masalah biaya mahal, sistem kesehatan yang buruk, monopoli alat dan fasilitas kesehatan, dan lainnya. Kelima, sistem politik, hukum sekuler dan kapitalistik melahirkan masalah dominasi politik dan kekuasaan oligarki, ketidakadilan dalam hukum dan lainnya.
Jika diperhatikan, seorang individu dapat terkena gangguan mental, saat ia gagal atau salah dalam memenuhi kebutuhan hidup/hajatun udhawiyah. Begitu pula ketika gagal atau salah saat memenuhi kebutuhan nalurinya/gharizah. Kegagalan tersebut akibatnya timbul kegelisahan yang melahirkan stres/depresi serta muncul keinginan bunuh diri.
Islam Wujudkan SDM Tangguh dan Berkualitas
Islam
menegaskan kebahagiaan hakiki seorang Muslim meraih ridha Allah Ta’ala dengan memahami dan menjalani kehidupan
sesuai perintah Allah SWT. Bagi mereka dunia sarana yang harus dijalani dengan
mengikuti petunjuk dari Allah dan Rasul-Nya. Sehingga ia dapat meraih kebahagiaan
di akhirat.
Idealnya seorang Muslim, sejak usia dini mereka telah ditanamkan pemahaman terhadap akidah Islam yang kuat, hingga mampu menghadapi segala macam bentuk cobaan dalam menjalani kehidupan, dengan tetap berpegang teguh pada syariat yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Apa pun profesi yang dimiliki seorang Muslim, ia akan maksimal dalam menjalankan
profesinya, menghasilkan karya-karya terbaik yang bermanfaat bagi orang banyak,
dengan tetap berharap keridhaan Allah atas apa yang ia kerjakan, sehingga ia akan selamat
di dunia dan di akhirat.
Begitu pula seorang ayah atau seorang ibu akan berusaha semaksimal mungkin, mendidik anak-anaknya dengan pendidikan yang islami, sehingga memiliki benteng akidah yang kuat dalam menjalani kehidupan. Firman Allah SWT, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka…” (QS at-Tahrim: 6).
Peran Negara
Islam agama
yang sempurna, memiliki seperangkat aturan yang lengkap untuk mengatur seluruh
kehidupan manusia, agar memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Islam
mengatur kehidupan individu, mulai dari ia bangun tidur di pagi hari, kemudian
beraktivitas di siang hari hingga ia kembali
tidur di malam hari.
Begitu pula dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat, Islam memiliki seperangkat aturan yang lengkap di segala bidang, seperti dalam bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, pendidikan, kesehatan, hukum, pakaian, interaksi sosial dan lain sebagainya. Semua itu Allah turunkan semata-mata agar manusia selamat di dunia dan akhirat.
Oleh karena itu, jika syariat Allah diterapkan dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat dengan sempurna, niscaya dengan sendirinya akan hilang sebagian besar faktor-faktor yang menjadi penyebab, timbulnya masalah kesehatan mental di masyarakat.
Sebagai contoh, dalam sistem kapitalis saat ini, seorang kepala keluarga yang memiliki penghasilan di bawah 3 juta, pasti bingung dan khawatir jika ada anggota keluarganya yang jatuh sakit, kenapa? Karena terbayang biaya yang dikeluarkan jika harus rawat inap, apalagi jika harus operasi dan tindakan medis lainya. Jika ini berlanjut, bisa menimbulkan stres bahkan melakukan tindakan kriminal demi menyelamatkan nyawa anggota keluarganya.
Tetapi jika syariat Islam diterapkan oleh negara, dengan sendirinya akan hilang beban yang dikhawatirkan kepala keluarga tadi, karena negara menjamin seluruh biaya kesehatan keluarganya. Penguasa dalam Islam memahami dengan sungguh-sungguh rakyat adalah amanah, layaknya gembalaan yang wajib dijaga, dilindungi dan diurusi kebutuhannya.
Sebagaimana hadits riwayat Bukhari dan Ahmad, Rasulullah SAW bersabda, “Imam (khalifah) itu pengurus rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus.”
Seorang khalifah selain menerapkan hukum-hukum Allah SWT, juga berperan menjaga hak-hak kaum Muslim beserta seluruh rakyat untuk menjamin kebahagiaan mereka, tidak terkecuali kebutuhan asasi/primer bagi hidup mereka. Khalifah juga berperan penting dalam pendidikan dan pembinaan generasi, sehingga akan menumbuhkan sosok berkepribadian Islam yang selalu terikat hukum syara’, mendakwahkan dan memperjuangkannya.
Sosok tersebut yang menjadikan dakwah sebagai poros hidupnya. Mereka memberikan penyerahan total solusi permasalahan kehidupannya semata kepada Allah SWT, karena yakin dengan menolong dan membela agama Allah, Allah akan memberikan jalan keluar bagi seluruh problematik yang mereka hadapi. Mereka sadar perniagaan dengan Allah mustahil rugi. Maka tidak heran, mereka menjadi tangguh dan berkualitas.[]