Rendahnya Ketahanan Mental Generasi, Tanggung Jawab Siapa?





Oleh: Devi Nurazizah
Aktivis Muslimah

 

Maraknya berbagai macam kasus remaja serasa tak ada habisnya. Alih-alih memberi solusi, fakta yang ada justru semakin ngeri. Dunia remaja sedang tidak baik-baik saja. Berbagai kasus yang melingkupi kehidupan mereka laksana sebuah film yang selalu ada saja episode-episode berkelanjutan bahkan kejutan setiap harinya. Mulai dari tawuran, kekerasan, perundungan, pelecehan, aborsi, pemerkosaan, pencurian, perzinaan, self harm bahkan sampai pembunuhan dan bunuh diri sudah menjadi sesuatu yang wajar terjadi. 

Setiap hari, berita penuh dengan fakta pilu kondisi remaja saat ini. Sesuatu yang membuat cemas dan ngeri karena bagaimanapun pada merekalah negeri ini akan diwarisi. Dalam perbuatan kriminal, remaja kita sudah berubah menjadi generasi yang sadis, tidak punya empati, minim akhlak dan adab. Misalnya pengeroyokan dan tawuran. Dua hal itu seolah menjadi biasa terjadi untuk membuktikan siapa yang lebih kuat. bahkan tak peduli meski di bulan suci. 

Dalam perbuatan maksiat, mereka tidak lagi memiliki rasa malu, agresif, senang mencela, menjadi budak cinta, gampang putus asa, depresi, galau, insecure, rendah diri, rasa ingin diakui, dihargai dan mendapatkan simpati atau followers menjadi pilihannya ketimbang mempertahankan malunya. Dalam jati diri hilangnya rasa semangat menuntut ilmu dan berjuang diganti dengan saling berlomba bikin konten supaya menghasilkan. Menjadi pribadi yang arogan tapi di sisi lain juga memperlihatkan pribadi yang melankolis, puitis  hingga pantas dijuluki generasi apatis.

Memang, jika berbicara tentang remaja, sepertinya hampir cenderung dengan hal-hal yang negatif ketimbang hal-hal yang positif. Meski masih ada remaja yang masih berperilaku baik namun jumlahnya sangat bisa dihitung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi pada generasi penerus hari ini?

Jika merujuk ke lingkungan terdekat, tidak sedikit yang menunjuk keluargalah yang dianggap paling berpengaruh dalam mendidik dan memberikan karakter bagi anak-anaknya. Tak bisa dipungkiri, lingkungan terdekat bagi remaja adalah keluarga. Keluarga menjadi tempat anak-anak tumbuh dan mendapatkan pendidikan untuk pertama kalinya. Namun tak sedikit juga yang merujuk pada sistem pendidikannya.

Remaja yang notabenenya merupakan output sistem pendidikan membingkai dirinya berdasarkan apa yang mereka dapatkan di sekolah. Belum lagi di tingkat lingkungan dan pergaulan. Seakan saling menyalahkan seperti lingkaran setan yang tidak ada ujungnya. Padahal akar permasalahan mereka sama yaitu karena sistem yang ada saat ini menganut sistem sekuler kapitalis dan liberal.

Membahas setiap sisi generasi remaja, tentu tidak bisa lepas dari arah pandang mengenai kehidupan, berikut sistem yang melingkupi manusia. Tindakan yang manusia lakukan pada dasarnya ditentukan oleh pandangannya mengenai kehidupan. Pemahamannya mengenai dari mana ia berasal, apa tujuannya di dunia ini dan akan ke mana setelah kehidupan dunia akan menuntun setiap tindakan manusia. Oleh karenanya, mendiagnosis masalah remaja saat ini harus berawal dari memahami apa yang menjadi landasan berpikir mereka.

Sistem sekuler yang membuat para remaja meninggalkan syariat sebagai pegangan dalam kiprah di tengah umat. Agama dianggap sebagai sesuatu yang tabu untuk dibahas di luar masjid. Memisahkann agama dari kehidupan membuat mereka justru kehilangan pegangan kehidupan itu sendiri. Kapitalis yang membuat para remaja tidak lagi sadar akan pentingnya ilmu untuk bekal kehidupan namun lebih memilih untuk memikirkan cara bagaimana menghasilkan cuan. Sangat sedikit sekali remaja yang mempunyai cita-cita dokter, guru sampai astronot dan sebagainya yang dulu selalu kita dengar. Namun, sekarang yang ada konten creator, artis sampai Youtuber menjadi pilihan karena dianggap lebih murah, mudah diraih dan lebih menjanjikan.

Juga liberal yang dipahami oleh  para remaja sebagai bentuk bebasnya melakukan perbuatan apa pun yang disukai tanpa melihat boleh tidaknya dalam Islam. Banyaknya info di media dan tontonan yang ada seolah justru mengajarkan tutorial kepada mereka dan mencari cara perlindungannya atas dasar HAM. Semua itu adalah racun-racun yang sengaja disebarkan oleh barat untuk merusak generasi Islam.

Tidak ada jalan lain untuk menyelamatkan remaja kecuali dengan membina dan mendidik mereka dengan Islam. Salah satunya dengan pembinaan yang akan membentuk pola pikir dan pola sikap sesuai dengan arahan Islam. Remaja harus dibekali dengan pemahaman bahwa Islam memiliki solusi dalam mengatasi berbagai persoalan hidup. Dengan begitu, mereka akan memandang kehidupan ini sesuai dengan paradigma Islam, yakni tempat untuk beramal shaleh dan setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Taala. Sehingga mereka paham dan mengisi masa mudanya dengan berbagai hal yang bermanfaat bagi dirinya, keluarga,  masyarakat bahkan negara.

Negara juga wajib menciptakan sistem sosial sesuai dengan aturan Islam. Peran masyarakat adalah melakukan amar ma’ruf nahi mungkar. Dengan begitu, masyarakat sebagai kontrol  sosial benar-benar berjalan dengan baik. Negara pun harus menerapkan sistem pemerintahan, politik, ekonomi, pendidikan bahkan hukum sesuai dengan syariat Islam.

Semua itu hanya akan terealisasi secara terpadu dengan mewujudkan sistem Islam secara kaffah dalam naungan khilafah. Sehingga akan melahirkan generasi tangguh, kuat dan berkepribadian Islam yang kelak akan siap menaklukkan Roma insyaallah. Aamiin.[]


Post a Comment

Previous Post Next Post