Miris, Sekularisme Melahirkan Generasi yang Sadis


Oleh Neneng Hermawati S.pdi 
Pendidik Generasi Gemilang

Sungguh miris, akhir-akhir ini masyarakat menyaksikan di medsos, tindak kriminal yang semakin tak terkendali. Sedihnya, justru  dilakukan oleh anak-anak dan kalangan remaja. 

Seperti yang terjadi di Sukabumi. Polisi telah menangkap tiga ABG yang diduga sebagai pelaku pembacokan terhadap siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas. (detikjabar.com, 24/3/2023)

Peristiwanya viral, karena korban adalah target kedua kalinya dan mirisnya pembacokan  ditayangkan secara live via Instagram.
Selain kasus tadi, masih banyak kasus lainnya seperti tawuran, pembegalan, pemerkosaan, kerap kali terjadi dan dilakukan oleh pemuda secara sadar tanpa peduli akibatnya.

Entah apa yang terjadi dengan generasi muda saat ini? Mereka  seharusnya menjadi tonggak penerus bangsa. 

Seperti kalimat yang dipekikkan oleh Bung Karno, saat itu, "Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia." 
Karena suatu bangsa yang maju atau hancur tergantung dari generasi mudanya.

Perilaku pemuda yang dekat dengan tindak kejahatan tidak hanya terjadi satu atau dua kali saja, tetapi berulang kali. 
Mereka terjebak dalam lingkaran sistem rusak  yang tidak bisa melepaskan diri. 

Jika kita telisik lebih dalam, generasi hari ini hidup dan tumbuh  berkembang dalam asuhan sistem sekuler-kapitalisme yang tidak menjadikan agama sebagai aturan dasar dalam kehidupan. Jadilah, mereka tumbuh menjadi generasi yang lemah iman, sehingga tidak memiliki perisai kuat untuk  mencegah dirinya berbuat maksiat. Generasi muda yang lemah iman akan mudah terpengaruh oleh perilaku, konten, dan tontonan negatif. Walhasil, mereka menjadi generasi yang selalu memperturutkan hawa nafsu dengan gaya hidup sekuler, liberal dan hedonisnya. 

Sistem sekuler kapitalisme adalah sumber masalah bagi generasi. Kurikulum pendidikan sekuler yang saat ini diterapkan, terbukti gagal melahirkan generasi muda yang berkualitas di semua segi. Cerdas, tetapi pergaulannya bebas. Pintar, tetapi imannya ambyar. Lebih parah lagi,  sudahlah tidak cerdas dan pintar, keimanannya juga tidak karuan. Hasilnya, sistem sekularisme ini telah  melahirkan generasi yang sadis, nurani mereka telah hilang entah kemana. 

Saat ini, kita butuh generasi berkualitas dan mulia, yaitu generasi yang cerdas pemikirannya dan mulia akhlaknya. Generasi seperti ini akan lahir dari sebuah sistem yang paripurna yang diturunkan oleh Allah Swt. sebagai pencipta manusia. Islam menjawab tantangan itu dengan jalannya tiga pilar yang wajib bekerja sama dalam pelaksanaannya: 

Pertama, ketakwaan individu dalam pendidikan keluarga. Madrasah pertama bagi anak adalah pola didik dan asuh kedua orang tuanya. Pendidikan berbasis akidah Islam  akan membentuk karakter iman dan ketaatan yang dapat mencegah seseorang melakukan pelanggaran hukum syara.

Kedua, adanya kontrol di tengah-tengah masyarakat, melalui amar makruf nahi mungkar. Islam bersifat sebagai pencegah terhadap individu yang akan melakukan kerusakan, yaitu dengan saling menasihati, mengajak kepada kebaikan dan mencegah dari keburukan. Hal ini akan membentuk individu untuk selalu taat pada aturan. Terbiasa beramar makruf nahi mungkar tidak akan memberi kesempatan perbuatan mungkar tumbuh subur. Dengan begitu, fungsi masyarakat sebagai kontrol sosial dapat berjalan dengan baik.

Ketiga, penguasa wajib menerapkan sistem Islam kafah di segala aspek kehidupan. Negara menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam. Negara juga wajib melindungi warga negara nya dari segala hal yang dapat merusak keimanan dan ketaatan setiap muslim, seperti memblokir konten porno dan kekerasan.

Ketiga pilar ini akan tegak dan berjalan, jika  umat membuang jauh sistem sekuler kapitalisme ke dalam tong sampah peradaban. Segera berjuang untuk  menerapkan Islam kafah dalam bingkai khilafah. Sehingga, terwujudlah  generasi muda yang cemerlang sebagai  penerus peradaban.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post