Impor Gula Menggila, Buah Kepemimpinan Kapitalisme


Oleh Ummu Nida
Pengasuh Majelis Taklim

Sungguh miris, negeri yang memiliki lahan subur dan terkenal agraris, namun pemerintahnya melakukan impor gula yang menggila. Alasannya, untuk mengantisipasi lonjakan permintaan dalam momen Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idul Fitri 2023.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan, berdasarkan Program Neraca Pangan Nasional Januari-Desember 2023, produksi gula pasir dalam negeri dalam tahun ini diprediksi sekitar 2,6 juta ton. Padahal, angka kebutuhan gula secara nasional pada tahun ini sekitar 3,4 juta ton. Maka stok selisihnya masih harus dipasok dari luar negeri. Menurutnya, penyediaannya harus dipercepat agar kelangkaan di kalangan masyarakat tidak terjadi. Mengingat, puasa dan lebaran tahun ini lebih dekat dengan awal tahun dan mendahului musim giling tebu. (PikiranRakyat.com, 26/3/2023)

Kurangnya stok gula yang sangat besar saat menghadapi Ramadan dan Idul Fitri, semakin menunjukkan ketidakmanpuan negara mencukupi kebutuhan gula dalam negeri. Semestinya, Indonesia mampu mengelola berbagai kebutuhan pokok termasuk gula, karena negeri ini  memiliki lahan pertanian yang sangat luas. Tetapi, di bawah kepemimpinan kapitalisme saat ini, negara gagal mewujudkan ketahanan pangan seperti yang diharapkan. Terbukti, gula konsumsi yang merupakan kebutuhan pangan strategis, gagal dipenuhi negara. Akhirnya, solusi yang selalu diambil pemerintah adalah impor, kebiasaan dalam negara kapitalisme yang sering dilakukan. Bahkan, saat persedian melimpah pun impor kerap dilakukan misalnya beras, sekalipun lagi musim panen raya.

Padahal, ketergantungan pemerintah akan impor justru semakin menyulitkan upaya menciptakan ketahanan pangan. Bukan hanya itu, impor juga akan banyak merugikan negara, di antaranya: defisit neraca perdagangan antara impor dan ekspor makin melebar, seringnya impor juga akan mematikan sektor-sektor industri dan pertanian dalam negeri, mafia impor akan terus ada dan ujungnya  menumbuhsuburkan korupsi, dan terjadinya ketergantungan dengan barang dan jasa dari asing. 

Mau bukti apa lagi? Di bawah kepemimpinan kapitalisme yang rusak, tidak akan pernah bisa mewujudkan ketahanan pangan. Berbeda dengan Islam. Dalam khilafah, impor bukan satu-satunya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Impor hanya akan dilakukan saat produksi dalam negeri tidak mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan, baik barang maupun jasa.  Penguasa dalam sistem khilafah akan berusaha maksimal memajukan produksi dalam negeri, terutama yang bisa dihasilkan dari lahan pertanian.

Walhasil, dalam khilafah tidak akan terjadi peristiwa kelangkaan pangan atau kenaikan harga pangan yang mencekik dan berulang setiap tahun. Karena kondisi ini akan dijadikan jalan bagi musuh Islam untuk mengendalikan kaum muslimin melalui impor dan utang ribawi. Negara juga mendirikan lembaga Muhtasib/hisbah yang akan memastikan keamanan pangan di pasar. Muhtasib bertugas untuk menjamin tidak adanya spekulasi dan mafia di pasar, juga mengontrol kwalitas dan keamanan pangan.

Sejarah mencatat, abad ke-9, Islam telah berhasil mengembangkan tehnologi pertanian di   wilayah Islam di antaranya, di anak benua India, Afrika Utara, dan Spanyol, yang ditopang oleh sistem pertanian yang sangat maju, irigasi yang luas, serta pengetahuan pertanian yang tinggi. Juga dikembangkan banyak tehnologi pengolahan pangan untuk menghasilkan tepung, gula, daging dan lain-lain.

Khilafah juga telah berhasil mengadopsi tehnik produksi gula dari India. Selanjutnya, dibangun pabrik penggilingan gula di Pakistan, Afghanistan, dan Iran yang digerakkan oleh energi dari kincir air dan kincir angin. Bahkan pada tahun 1420-an, perolehan gula khilafah telah sampai ke Kepulauan Kanari, Madeira, dan Azones. Gula sendiri mulai dikenal masyarakat Inggeris melalui jalur Prancis, Spanyol, dan Italia. Kata sugar sendiri berasal dari lafadz arab 'sukkar'.

Oleh karena itu, hanya pemerintah yang berbasis akidah Islam yang mampu memberikan solusi ketersediaan komoditas pangan strategis seperti gula, tanpa harus menjadikan impor sebagai solusi. Lahan pertanian akan dimanfaatkan secara maksimal ketika diatur dengan Islam. Sistem Islam juga akan menghadirkan para pemimpin yang bertanggung jawab penuh mengurusi hajat hidup rakyatnya. Mari, melipatgandakan perjuangan untuk menegakkan kembali khilafah agar aturan Islam bisa diterapkan secara kafah dalam seluruh aspek kehidupan.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post