Strawberry Parents Melahirkan Strawberry Generation


Oleh: Astriani Lydia, SS 
(Komunitas Parenting Ibu Tangguh Bekasi)

Publik dikejutkan dengan tersebarnya video tingkah polah Mario Dandy Satriyo (20), anak mantan pejabat Ditjen Pajak (DjP) Kemenkeu yang melakukan tindakan brutal kekerasan kepada salah seorang remaja. Akibat kejadian tersebut, bukan hanya sang anak yang menjalani pemeriksaan, tetapi juga sang ayah. Mengapa sang ayah ikut menjalani pemeriksaan? Selain tindakan brutalnya, gaya hidup mewah juga sering dipamerkan Mario di media sosialnya. Alhasil, sang ayah diminta melaporkan harta kekayaannya  dalam bentuk Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). 
Melihat hal tersebut, publik menyoroti perilaku menyimpang tersebut dari sisi kesalahan pengasuhan orang tua, sehingga melahirkan generasi yang berperilaku menyimpang. Pola pengasuhan anak yang tepat memang sangat penting dalam pembentukan karakter dan kepribadian anak. Maka hendaknya orang tua betul-betul memperhatikan apa yang ditanamkan pada anak, dalam rangka membentuk kepribadiannya.

Strawberry Parents dan Srawberry Generation
Mengutip pernyataan Prof Rhenald Khasali, PhD dalam bukunya, Strawberry Generation: Anak-anak Kita Berhak Keluar dari Perangkap yang Bisa Membuat Mereka Rapuh, menyebutkan Istilah strawberry parents diyakini muncul sebagai gaya didikan orang tua yang memicu lahirnya strawberry generation. Strawberry generation sendiri awal mulanya muncul dari negara Taiwan, yang ditujukan pada sebagian generasi baru yang rapuh dan lunak seperti buah stroberi. Strawberry generation adalah generasi yang penuh dengan gagasan kreatif tetapi mudah menyerah dan gampang sakit hati.

Gaya didikan orang tua ala strawberry parents yang bisa berakibat fatal bagi mental anak biasanya adalah terlalu memanjakan anak. Bahkan anak seringkali diberikan fasilitas berlebihan, yang mungkin sepatutnya belum didapatkan pada usia tertentu. Selain itu, anak juga jarang diberikan hukuman, tidak ada aturan, jarang berkomunikasi secara terbuka dan hampir tidak memiliki konsekuensi. Meski anak-anak dari strawberry generation banyak yang tumbuh menjadi sosok kreatif, secara mental mereka tidak mampu menghadapi tekanan yang berat dan mudah kecewa. Ini karena mereka sudah terbiasa hidup nyaman dengan fasilitas yang disediakan orang tua.

Orang tua strawberry parents juga terlalu sering menyebut anak sebagai 'yang paling hebat' dan memuji berlebihan. Padahal dalam kehidupan yang sebenarnya nanti, anak akan menghadapi situasi lebih sulit daripada lingkungan amannya di rumah. Akibatnya, anak pun jadi mudah emosi, kecewa, sakit hati, dan tersinggung karena perbedaan kondisi antara di dalam dan di luar rumah. Dikhawatirkan anak jadi tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosialnya, sulit mengontrol emosi dan tidak mampu bertahan dalam situasi sulit.
Islam dan Pengasuhan
Pengasuhan anak (hadhanah) merupakan kewajiban bagi orang tua dan hak bagi setiap anak. Ketika ada kendala yang dialami orang tua seperti sakit, ketidakmampuan, dan sebagainya dalam proses ini, maka ada kerabat terdekat yang wajib menggantikannya. Islam telah mengatur sedemikian rupa agar para orang tua dapat menjalankan kewajibannya dengan baik. Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Nizham al-Ijtima’i bab “Hadhanah” menyatakan bahwa pengasuhan anak merupakan suatu kewajiban, sebab dengan menelantarkan anak, ia akan binasa. Hadhanah termasuk kategori menjaga jiwa (hifzh al-nafs) yang telah diwajibkan Allah SWT.
Adapun orang yang berhak dalam pengasuhan anak yang pertama adalah ibu. Peran seorang ibu sangat penting dalam proses pengasuhan karena ia adalah madrasah pertama dan utama bagi anak-anaknya. Tanggung jawab pengasuhan, pemeliharaan, dan pendidikan anak-anak berada di pundaknya. Akan tetapi rasa cinta dan sayang seorang ibu terhadap anaknya tidak menghalanginya untuk mendidik anaknya menjadi generasi yang tangguh. Begitu pula ayahnya. Anak-anak tetap ditanamkan kemandirian dan daya juang yang tinggi, tidak lembek dan mudah putus asa ketika ditimpa suatu masalah atau tantangan hidup.

Begitulah Islam mengatur pengasuhan, walaupun tanggung jawab pengasuhan itu lebih besar ada di pundak ibu, akan tetapi peran ayah pun tidak kalah penting dalam menjaga proses pengasuhan itu berjalan dengan semestinya. Mengutip sebuah hadits, “Barangsiapa yang mendapat ujian atau menderita karena mengurus anak-anaknya, kemudian ia berbuat baik kepada mereka, maka anak-anaknya akan menjadi penghalang baginya dari siksa api neraka.” (HR. Bukhari-Muslim dan Tirmidzi). Semoga dengan berjalannya pengasuhan sebagaimana yang disyariatkan Islam, negeri ini dapat terhindar dari pola pengasuhan yang salah. Sehingga terlahir generasi-generasi tangguh harapan umat. Wallahu a’lam bishshswab

Post a Comment

Previous Post Next Post