Perilaku Sadis, Generasi Muda Makin Miris


Oleh : Diana Nofalia 

Beberapa pembunuhan sadis yang mewarnai media akhir-akhir ini membuat kita meringis. Bagaimana tidak, manusia yang sejatinya memiliki akal dan rasa welas asih menjadi lebih buas dari binatang buas. Tak hanya membunuh tapi juga memutilasi sampai puluhan bagian dari tubuh korbannya. 

Polisi telah menangkap pelaku yang memutilasi seorang perempuan menjadi puluhan bagian di Kaliurang, Yogyakarta. Kasus pembunuhan diikuti mutilasi ini merupakan setidaknya yang ketiga dalam beberapa bulan terakhir.
Sebelumnya, beberapa hari lalu, polisi juga menangkap pelaku pembunuhan yang memutilasi korban menjadi empat bagian di sebuah apartemen di Tangerang, Banten, lalu dibuang di beberapa lokasi berbeda.
Di penghujung tahun lalu, polisi juga mengungkap pembunuhan yang diikuti mutilasi di apartemen Taman Rasuna, Jakarta.

Motif dari ketiga mutilasi tersebut beragam, mulai dari masalah ekonomi hingga hubungan asmara. (https://www.bbc.com/indonesia/articles/c88g7v0r131o)

Tak hanya pembunuhan, kasus pembacokan juga terjadi di Sukabumi. Polisi menangkap 3 ABG yang diduga pelaku yang membacok siswa SMP berinisial ARSS (14) hingga tewas di Sukabumi, Jawa Barat. Tiga anak berhadapan dengan hukum itu ialah DA (14), RA alias N (14), dan AAB alias U (14).

Dilansir detikJabar, Jumat (24/3/2023), peristiwa pembacokan ini geger karena korban merupakan target kedua kali dan pembacokannya ditayangkan secara langsung via Instagram. (https://news.detik.com/berita/d-6635984/bacok-siswa-smp-hingga-tewas-sambil-live-ig-3-abg-sukabumi-ditangkap)

Tak hanya pembunuhan dengan cara mutilasi ataupun pembacokan, kasus tawuran juga sering terjadi di kalangan generasi muda saat ini. 15 Remaja tawuran menggunakan sarung yang ujungnya diikat batu di Jagakarsa diamankan, Jumat (24/3/2023) malam. Sebanyak 15 remaja yang melakukan tawuran menggunakan sarung dengan ujung diikat batu di Jagakarsa diamankan, Jumat (24/3/2023) malam. (Foto: dok. istimewa)
Jakarta - Sebanyak 15 remaja melakukan tawuran dengan menggunakan sarung yang ujungnya diikat batu di Jalan Durian, Jagakarsa, Jakarta Selatan (Jaksel). Para remaja itu lalu diamankan (https://news.detik.com/berita/d-6637459/15-remaja-tawuran-di-jagakarsa-jaksel-ujung-sarung-diikat-batu)

Generasi muda saat ini tidaklah baik-baik saja. Usia yang seharusnya mereka berkarya malah sering dihabiskan oleh hal- hal tak bermakna. Tak hanya tak bermakna bahkan sebagian dari mereka harus berurusan dengan hukum pidana karena tindakan kekerasan dan kasus kriminal yang mereka lakukan.

Bagaimana nasib negeri ini berapa tahun kemudian, jika generasi seperti ini semakin bertambah dan tidak diatasi sedini mungkin?
Ini bukan lagi masalah kasuistik. Pembunuhan, pembacokan, tawuran, pemerkosaan, dan berbagai kekerasan kejahatan lainnya sudah berulangkali terjadi. Dalam ini butuh solusi yang mengakar bukan parsial yang hanya menyelesaikan masalah di permukaan saja.

Generasi yang tumbuh dalam sistem pendidikan sekuler kapitalisme yang menjauhkan agama sebagai aturan dasar dalam kehidupan sangat berpengaruh besar terhadap perkembangan pola sikap generasi saat ini. Krisis iman dan moral tampak jelas. Mereka tumbuh menjadi generasi "pembebek' yang mudah terpengaruh pada tontonan dan konten negatif yang menjamur di media saat ini.

Budaya hedonis dalam sistem kapitalisme saat ini menyeret generasi muda untuk menghalalkan segala cara demi gaya dan ketenaran. Baik itu dengan membuat konten-konten berbahaya ataupun melakukan tindakan kriminal demi uang.

Sistem kehidupan sekularisme Kapitalisme adalah akar permasalahan rusaknya generasi muda saat ini. Kurikulum pendidikan yang berbasis sekularisme telah gagal membentuk generasi yang berkualitas. Terciptanya Generasi yang memiliki pondasi keimanan dan akhlak yang baik sungguh jauh dari harapan.

Dalam Islam, untuk membentuk generasi yang berkualitas dibutuhkan tiga peran besar.
Pertama, peran keluarga dalam membentuk ketakwaan. Keluarga adalah sekolah pertama bagi anak. Disinilah peran orang tua sangat dibutuhkan dalam  membentuk kepribadian anak agar memiliki pola pikir dan pola sikap yang islami.

Kedua, peran masyarakat dalam mengontrol perilaku yang menyimpang di tengah-tengah masyarakat melalui amar makruf nahi mungkar. Dengan begitu perilaku maksiat tidak akan menjamur.

Ketiga, peran negara dalam menerapkan sistem Islam secara menyeluruh di segala aspek kehidupan. Negara menyelenggarakan sistem pendidikan berbasis akidah Islam untuk membentuk generasi berkepribadian Islam. Negara juga wajib memenuhi kebutuhan pokok rakyat sehingga masyarakat terhindar dari berbagai kejahatan.

Ketiga peran ini hanya akan berfungsi optimal dan berkesinambungan jika aturan Islam diterapkan dalam sebuah negara berasaskan Islam. Dengan begitu akan terbentuklah generasi unggul dan berkualitas, punya jiwa kepemimpinan yang dapat membangun peradaban Islam yang cemerlang. Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post