Peran Penting Semua Pihak agar Mencetak Generasi Berakhlak Mulia

Oleh: Hana Sheila

Aktivis Dakwah

 

Beberapa hari ini publik dikejutkan dengan berbagai ulah para pemuda di antaranya kasus penganiayaan D (17 tahun) anak pejabat GP Ansor oleh MDS (20 tahun) anak pejabat Kemenkeu dikarenakan seorang gadis bernama AGH (15 tahun). Akibat penganiayaan ini D mengalami koma selama 4 hari, dan MDS menjadi tersangka dan dikeluarkan dari kampus, sedang AGH terkena sanksi di sekolahnya serta berbuntut panjang menjadi penyelidikan harta kekayaan keluarga MDS.

Penganiayaan yang dilakukan pemuda tidak hanya kali ini saja, sudah seringkali terjadi di berbagai daerah. Kejadian ini menggambarkan ada yang salah dalam kehidupan saat ini, mulai dari gagalnya sistem pendidikan dalam membentuk anak didiknya berkepribadian Islam dan hanya fokus mencetak buruh dan para pekerja bukan pada akhlak dan moral sehingga banyak pemuda pada akhirnya bertindak secara emosi.

Belum lagi lemahnya peran keluarga dalam meletakkan dasar perilaku terpuji karena ayah dan ibu fokus bekerja sehingga abai dalam pengasuhan. Negara juga hanya menindak pelaku kriminalitas tanpa ada upaya pencegahan sehingga menambah rusaknya masyarakat. Semua itu adalah buah dari kehidupan yang berdasarkan asas sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan). Dalam sekularisme aturan agama hanya untuk urusan personal sedangkan urusan kehidupan umum berasal dari akal manusia yang terbatas. Alhasil tatkala akal dijadikan hukum tentu akan sesuai dengan kepentingan manusia.

Berbeda dengan sistem Islam, karena kehidupannya harus didasari akidah Islam, yang menuntut pemeluknya menyadari bahwa dunia adalah tempat menanam kebaikan untuk dipanen di akhirat kelak. Islam juga akan menjaga kualitas generasi, karena ini merupakan hal yang penting dan semua elemen.

Oleh karenanya yang  harus terlibat dalam mendidik generasi, yakni: Pertama, keluarga. Islam memerintahkan mendidik anak dengan akidah Islam sehingga berakhlakul karimah. Sehingga tak ada bedanya anak pejabat ataupun rakyat biasa tidak ada yang rendah diri atau tinggi hati karena keimanan sebagai pembeda di antara keduanya.

Kedua, masyarakat. Islam memiliki budaya amar makruf nahi munkar bagi setiap rakyat sehingga bisa menjadi lingkungan yang baik untuk anak-anak karena melihat praktik dan penerapan agama secara langsung.

Ketiga, negara. Negara itu menjadi perisai bagi anak-anak agar tidak salah dalam mencapai tujuan hidupnya dengan cara penerapan kurikulum pendidikan Islam agar terbentuk kepribadian Islam yang utuh pada siswa baik dari akidah, tsaqafah dan penguasaan iptek sehingga keimanan semakin kuat dan dengan sendirinya menghindari perbuatan anarkis, penganiayaan dan pelecehan.

Negara juga akan menerapkan sistem sosial untuk pemisahan interaksi laki laki dan perempuan dan pengaturan sesuai dengan hukum syara. Kemudian negara akan mengatur penggunaan media sebagai edukasi masyarakat yang strategis agar makin paham dengan syariat.

Jika ada pelanggaran akan diberikan sanksi yang tegas berupa hukuman qisas atau ta’zir dan hukum akan diterapkan saat mencapai usia baligh. Dengan mekanisme ini negara akan mampu menyelesaikan akar masalah penyebab kejahatan yang dilakukan remaja sehingga akan tumbuhkah pribadi Muslim yang berakhlak mulia.[]


Post a Comment

Previous Post Next Post