Generasi Darurat Penyakit Mental, Perlu Solusi Paripurna




Oleh Salsabilla A-Khoir
 (Aktivis Muslimah Kalsel)

Bak bola salju, generasi muda semakin banyak  yang terserang penyakit mental. Masa depan mereka kian terancam karena. Hal ini semestinya menjadi alarm bagi negeri ini untuk menuntaskan problem generasi.

Sebagaimana dilansir dari Detiknews, seorang pria di Banjarbaru, Kalimantan Selatan (Kalsel) menghebohkan jagad maya. Pasalnya pria bernama Achmad Baihaki mengaku sebagai nabi ke-26 dan Imam Mahdi yang sontak membuat warga resah. 

Begitu ironis, berdasarkan data Dinkesprov Kalsel yang diambil dari data Dinkes Kabupaten Kota, kasus depresi hingga April 2022,  jumlahnya sudah melebihi pada 2021. Jumlah penderita depresi terdata 338 orang. Triwulan pertama tahun ini sudah 390 orang. Parahnya lagi, bahwa depresi paling banyak di 2021 berasal dari Kabupaten Tabalong dengan jumlah hampir separuh dari total kasus. (Banjarmasinpost, 16/4/2022).

Kondisi generasi yang sangat memprihatikan hidupnya. Mereka yang mengalami banyak masalah yang berujung depresi dan akhirnya berperilaku tidak pantas.

Kehidupan masyarakat saat ini yang mengadopsi sistem kapitalisme. Sistem yang mengantarkan mereka dalam kondisi hidup serba sulit. Sehingga 
banyak yang terbebani hidupnya dan berujung ketidakwarasan jiwa. Banyak orang mengalami tekanan mental. Sampai  mengalami gangguan dalam pola pikir, perilaku dan perasaan/ jiwanya (ODGJ) ketika kambuh melakukan hal di luar batas kewajaran.

Bagaimanapun kondisi saat ini  sangat mendukung munculnya mental illnes. Sehingga generasi muda yang rapuh pemikiran, perasaan bahkan jiwanya sangat mudah terguncang.

 Namun, Istilah dari penyakit mental tersebut adalah banyak digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang sangat berbeda dari penyakit otak. Layaknya  yang menimpa banyak orang saat ini, yang seolah menerima begitu saja bahwa hidup adalah proses yang sulit. Terlebih lagi kesulitannya yang menimpa manusia modern banyak yang berasal dari tekanan dan ketegangan yang melekat dalam hubungan sosial kepribadian manusia. 

Parahnya lagi, penyakit mental yang terjadi pada generasi muda ini tentu tidak hanya karena kurang sehatnya mental mereka semata, akan tetapi ini adalah buah dari penerapan ideologi kapitalisme yang berangkat dari akidah sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan). 

Paham sekularisme yang sudah dipastikan melahirkan jiwa-jiwa yang rapuh ketika ada beban hidup atau jiwa-jiwa yang kacau kala menghadapi problem kehidupan. Dengan bersamaan pula, bahwa kondisi masyarakat bahkan generasi muda yang hidupnya tengah mendapat himpitan hidup kapitalisme yang membebankan seluruh kebutuhan manusia dipundak individu dengan minimalnya peran negara bahkan abainya peran negara kepada mereka. 

Umat Butuh Solusi Paripurna

 Islam adalah agama yang fungsinya sebagai pondasi akidah Muslim yang kokoh akan menata jiwa dan kepribadian seorang Muslim menjadi tenang. Islam ylmemancarkan akidah sebagai pemecah masalah kehidupan manusia sehingga mereka tidak akan rapuh kala menghadapi masalah kehidupannya. Sebab, manifestasi dari iman kepada qadha dan qadar ialah adanya keridaan atas apa yang telah Allah Swt. tetapkan untuk dirinya serta senantiasa bergantung dan berbaik sangka kepada Allah Swt., apapun kondisinya.

Adapun kala ketika Islam diterapkan dalam kehidupan secara menyeluruh (kafah), sejatinya negara akan meriayah (mengurusi) urusan umat dengan sesuai syariah Islam dengan amanah. Negara akan menjamin kebutuhan warga negaranya dengan baik tanpa membebani mereka. Demikian pula, kebutuhan umat seperti pendidikan, keamanan dan kesehatan akan dijamin oleh negara dengan penjaminan secara cuma-cuma alias gratis. Biayanya akan diambil dari kas baitul maal yang salah satu pendapatan dari hasil pengelolaan kepemilikan umum (seperti tambang, emas, dan sebagainya) sesuai hukum syariah Islam yang adil. 

Oleh karena itu, penyakit yang disebut dengan mental illness bagi generasi muda tidak akan mudah hadir lagi sebab keimanan generasi muda akan terjaga oleh negara yang menerapkan syariah Islam secara menyeluruh dan tentunya beban hidup tidak akan terjadi di dalam negara yang mengadopsi Islam sebagai aturan kehidupannya. 

Wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post