Nasib Buruh, Akankah Berakhir Dengan Keadilan?


Oleh : Fina Fauziah 
( Aktivis Muslimah )

Pada awal bulan Mei setiap tahunnya selalu dipertontonkan dengan aksi buruh.Tuntutan demi tuntutan pun digaungkan oleh para buruh, namun faktanya hanya menjadi tuntutan kosong saja yang tidak pernah dipenuhi. Harapan mendapatkan kesejahteraan, namun nestapa yang didapatkan, dikarenakan sistem saat ini yang melanggengkan perbudakan modern. Buruh pun justru dieksploitasi untuk meningkatkan volume produksi demi keuntungan para pemilik modal, dan kesejahteraan pekerja diasosiasikan sekadar dengan kenaikan upah yang tak seberapa. Kalangan buruh yang tersebar dari berbagai wilayah Indonesian menggelar aksi besar-besaran. Sebagai peringatan Hari Buruh Internasional alias May Day. Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengemukakan massa buruh dari organisasinya yang berpartisipasi pada May Day kali ini mencapai 50 ribu orang. Sejumlah tuntutan mereka kali ini adalah Omnibus Law Cipta Kerja yang dianggap tidak memberikan kepastian pendapatan bagi kaum buruh. Bahkan, aturan tersebut dianggap mengurangi hak buruh (CNBCIndonesia, 2/5/2022).

Berbagai tuntutan pada May Day tahun ini memang tidak beranjak dari tuntutan-tuntutan sebelumnya. Semuanya berkisar tentang hak pekerja atau buruh untuk mendapat kesempatan hidup yang lebih layak, juga posisi tawar yang adil dalam hubungan kerja yang mereka bangun dengan para pengusaha. Masalahnya, para buruh melihat bahwa Pemerintah tidak berdiri di pihak mereka. Berbagai UU dan kebijakan yang dikeluarkan alih-alih mengakomodasi aspirasi para pekerja, nasib mereka justru dikorbankan demi kepentingan para pengusaha. Lebih-lebih setelah disahkannya UU Cipta Kerja, semua yang mereka perjuangkan sebelum-sebelumnya seakan kandas begitu saja, banyak pasal yang mencederai hak pekerja. Konflik antara pekerja dan pengusaha masih menjadi PR dalam sistem ekonomi kapitalisme. Bukan hanya di Indonesia, dunia pun masih menghadapi demonstrasi dan tuntutan buruh termasuk di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Bahkan pemogokan kerja sudah terjadi sejak 1806 oleh pekerja cordwainers di Amerika Serikat. Sejarah konflik terjadi antara buruh dan pengusaha ini membuktikan Kegagalan sistem kapitalisme yang destruktif dan eksploitatif. Sistem yang tegak di atas landasan sekularisme yang menjadikan pemilik modal sebagai sentral kekuasaan. Bahkan, kekuasaan beserta segala sumber daya strategis yang sejatinya milik rakyat, justru menjadi ajang bancakan bagi para pemilik modal.

Mahalnya kehidupan dalam sistem kapitalisme saat ini membuat buruh semakin sulit dan terhimpit untuk memenuhi kebutuhannya dan keluarga. Dari mahalnya kebutuhan bahan pokok, pendidikan, kesehatan, dan lainnya. Inilah fakta nasib buruh dalam cengkeraman sistem kapitalisme, penguasa dan pengusaha saling mencari keuntungan individu. Ini membuktikan bahwa sistem ekonomi kapitalisme tidak berhasil menyejahterakan para buruh. Ketika dalam sistem Islam kebutuhan rakyat akan dipenuhi, baik pendidikan ataupun kesehatan. Kebutuhan tersebut bukan hanya dipenuhi tiap keluarga, namun pada setiap individu rakyat, semua akan diperhatikan oleh negara. Dan pendidikan akan diberikan secara gratis bagi semua kalangan masyarakat. Bukan hanya keluarga miskin dan tidak mampu saja, keluarga kaya pun akan memperoleh pendidikan gratis, sehingga setiap orang tua tidak terbebani biaya pendidikan. Demikian juga dengan kesehatan, dalam sistem Islam akan diberikan secara gratis dan cuma-cuma kepada rakyat. Baik yang miskin maupun rakyat yang mampu dan kaya sekaligus diberikan fasilitas yang terbaik. Jadi rakyat tidak terbebani dengan biaya berobat yang sangat mahal ketika sakit. Dengan diterapkannya sistem Islam secara menyeluruh, maka segala kebutuhan dasar rakyat akan terpenuhi. Dan tentunya kehidupan buruh akan mendapatkan kesejahteraan. Peran penguasa dan pengusaha sangat penting dalam memberikan kesejahteraan para buruh, pekerjaan dan pengusaha pun mampu berjalan beriringan ketika kebutuhan pendidikan dan kesehatan mampu diberikan oleh Negara. Wallahu alam bisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post