Harga Mencekik Saat Ramadan, Rakyat Menjerit


Oleh Roro Ery Soeryaediningsih, SE.
Pemerhati Masalah Umat

Ramadan akan berakhir, tidak ada tanda-tanda sedikitpun penyesuaian harga pangan melandai. Bahkan semakin meroket menjelang lebaran tinggal hitungan hari ini, justru semakin menyusahkan rakyat di berbagai kalangan.

Mengapa demikian, terbukti mulai dari minyak goreng, tahu dan tempe, daging sapi, daging ayam, cabai, bawang merah hingga gula pun kompak hampir bersamaan harga merangkak naik bagai anak tangga setahap demi setahap. Belum lagi harga energi mulai dari BBM hingga LPG non subsidi naik menjadi Rp. 15.500 per kg sejak Februari lalu.

Apalagi pajak pertambahan nilai (PPN) naik menjadi 11% sejak 1 April lalu. Bahkan terdeteksi bahwa kenaikan harga-harga ini telah menyentuh harga kerupuk kaleng. Kerupuk kaleng eceran di ibu kota akan naik dari Rp. 1.000 menjadi Rp. 2.000 per buah mulai 06 Mei 2022. Kenaikan ini dipicu oleh mahalnya harga minyak goreng. (cnnindonesia.com 22/04/22)

Ikatan Pengusaha Kerupuk DKI Jakarta menyatakan, bahwa Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, menilai pemerintah mesti menahan kenaikan harga energi dikarenakan masyarakat tidak punya alternatif lain, tentu mau tak mau harus merogoh kocek yang paling dalam dan  dengan begitu ujung-ujung nya konsumsi barang lain akan dikorbankan. Kondisi ini berpotensi menimbulkan terjadinya  lonjakan inflasi. (cnnindonesia.com 22/04/22)

Ekonom Indef Eko Sulistyanto menyebutkan juga bahwa inflasi kian terasa menjelang di tengah Ramadan lalu hingga jelang lebaran. Maklum di masa ini siklus tahunan harga barang naik selalu terjadi. Namun sangat berbeda pada tahun ini diperparah dengan adanya isu geopolitik dan pemulihan ekonomi sebagai efek pandemi. 

Menurut Bank Indonesia dapat diartikan bahwa inflasi sebagai kenaikan harga barang dan jasa secara meluas atau akan mengakibatkan kenaikan harga pada barang lainnya dan terjadi secara terus menerus dalam jangka waktu tertentu.

Kenaikan harga barang dan jasa tentu akan menyebabkan turunnya nilai uang. Artinya jika terjadi inflasi, maka juga dapat terjadi penurunan nilai uang terhadap nilai barang dan jasa secara umum. Solusi sederhana yang dapat ditawarkan, yaitu dengan mendesak penguasa untuk turun tangan dalam mematok harga. Stabil pada saat tertentu namun perlahan tapi pasti pematokan harga ini mengurangi daya beli mata uang. Apalagi sistem mata uang hari ini tidak adil dan tidak stabil. 

Seperti yang kita ketahui bersama, sistem mata uang yang berlaku adalah sistem mata uang hampa (kertas) tanpa kontrol dan tanpa back up yang disebut dengan fiat ekonomi.

Perjanjian Bretton Wood yang sejak dibatalkan oleh Presiden Amerika Serikat, Nixon pada tahun 1971, mata uang kertas dicetak tanpa back up emas. Maka sejak itu pula, tidak ada satupun negara di dunia yang memback up mata uangnya dengan emas. Akibatnya, mata uang yang berlaku bersifat fiat atau dengan kata lain dekrit dan disebut dengan istilah managed money standart. 

Sistem fiat money ini yang menyebabkan fluktuasi pada penggunaan mata uang kertas. Karena nilai intrinsik serta nominalnya sangatlah berbeda sehingga mudah untuk dikendalikan dan dimonopoli oleh sebuah negara tertentu. Dan semakin diperparah lagi dengan adanya sistem bunga.

Tidak hanya itu, sistem pasar bebas yang dianut oleh sistem ekonomi kapitalis menihilkan peran negara. Hal ini membuat para kartel oligarki diberi ruang untuk senantiasa bermain dengan meraup keuntungan pribadi. Mereka adalah sosok-sosok invisible hand atau yang disebut tangan tak terlihat yang akan mengendalikan produksi, konsumsi dan distribusi melalui mekanisme harga. Inilah salah satu kezaliman dari sistem kapitalis yang sangat menyengsarakan rakyat.

Sistem ini sungguhlah gagal dalam menyejahterakan rakyat. Rakyat merasakan kesulitan dan menderita hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan pangan mereka. Rakyat menjerit kencang dengan tekanan dari harga pangan yang begitu tinggi tanpa bisa berbuat apa-apa. Padahal kebutuhan pangan bagi semua orang adalah kebutuhan mendasar dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Apalagi menjelang lebaran, kebutuhan pangan sangatlah diperlukan.

Sistem Islam Solusinya

Berbeda dengan sistem Islam sangatlah jelas dibangun berdasarkan akidah Islam. Ilmu fiqih kenegaraan, sistem ini dikenal dengan nama khilafah. Khilafah oleh As-Syari' telah ditetapkan sebagai institusi periayah atau yang dimaksud sebagai pengurus kebutuhan rakyat. Dalam sistem ekonomi Islam menjadi jaminan kesejahteraan dan sangatlah mampu untuk memenuhi kebutuhan rakyat secara ahsan, serta layak menjadi visi ekonomi khilafah.

Maka untuk mengatasi permasalahan di atas ada beberapa langkah yang harus dilakukan khilafah, di antaranya adalah:
1. Senantiasa menjaga penawaran dan permintaan di pasar agar tetap seimbang, maksudnya bukan hanya mematok harga barang dan jasa saja. Selain bukan sebagai solusi tepat nabi Saw juga melarangnya. Sebagaimana hadits beliau "Allah lah yang zat Maha pencipta, menggenggam, melapangkan rezeki, memberi rezeki, dan mematok harga". 
(HR. Ahmad dari Anas)

Harga barang di dalam sistem Islam justru akan dibiarkan mengikuti mekanisme penawaran dan permintaan di pasar.

2. Negara memiliki peran dalam menyeimbangkan ketersediaan barang dan jasa ketika penawaran dan permintaan barang itu terjadi ketidakstabilan. Negara dapat memasok barang dan jasa dari wilayah lain dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya. Seperti halnya yang pernah dilakukan Khalifah Umar bin Khattab. Saat wabah penyakit melanda wilayah Syam yang menyebabkan produksi berkurang, lalu kemudian Khalifah Umar menyuplai kebutuhan mereka dari Irak.

3. Ketika berkurangnya pasokan yang disebabkan adanya penimbunan para kartel oligargi, maka bagi para pelakunya akan dikenai sanksi ta'zir dan sekaligus mereka wajib melepaskan barang untuk dikembalikan ke pasar.

4. Jika kenaikan harga yang terjadi dikarenakan penipuan, negara bisa menjatuhi sangsi ta'zir dan hak khiyar untuk membatalkan atau melanjutkan akad.

5. Jika kenaikan barang disebabkan faktor inflasi, maka negara wajib harus bisa menjaga mata uang dengan standard emas dan perak termasuk tidak menambah jumlahnya hingga menyebabkan jatuhnya nilai nominal mata uang yang sudah ada.

Sistem keuangan dalam khilafah berbasis dinar dan dirham. Sistem keuangan ini sangatlah stabil tidak seperti halnya sistem fiat money kapitalis.

Inilah langkah-langkah yang harus dilakukan oleh negara khilafah dalam mengendalikan harga barang dan jasa. Tentu langkah inipun adalah sebagai jaminan bahwa khilafah akan memastikan masyarakatnya mampu memenuhi kebutuhan dasar pokok mereka secara layak.

Demikian yang kita harapkan hari ini, sebagaimana seorang pemimpin di zaman kekhilafahan benar-benar dapat menjamin kesejahteraan rakyat. Negara menjamin kehidupannya hingga menjamin kebutuhan dalam hal pangan maupun energi sebagai kebutuhan harian, apalagi kebutuhan di bulan Ramadan menjelang lebaran. Semoga Ramadan tahun ini adalah Ramadan terakhir tanpa khilafah. Harapan besar bagi masyarakat, khilafah dapat menjamin kesejahteraan hidup mereka dan keluarga muslim lainnya.

Wallahu'alam bisshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post