Siapa Sebenarnya yang Radikal?


Oleh: Aktif Suhartini, S.Pd.I.

 Anggota Komunitas Muslimah Menulis Depok

 

Dalam rapat pimpinan (Rapim) TNI dan Polri, di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (1/3/2022), Presiden Jokowi mengingatkan kepada semua jajaran TNI dan Polri untuk menjaga keluarganya agar tidak mengundang penceramah radikal saat mengadakan acara apa pun, dan jangan sampai disusupi dan mengundang penceramah radikal dalam kegiatan beragama.

Pmerintah pun mengatakan penceramah radikal yang dimaksud adalah mereka yang dengan lantang mengkritisi kebijakan rezim dan yang berani menyampaikan amar makruf nahi mungkar. Sehingga dibuatlah daftar nama-nama penceramah radikal tersebut.

Jika mau jujur, sebenarnya banyak persoalan yang lebih utama dan penting untuk diselesaikan umat dan para pejabat di negeri ini ketimbang meributkan perihal siapa sajakah penceramah radikal. Mengapa barometer radikal yang dimaksud pemerintah itu adalah mereka yang berupaya mengkritisi kebijakan pemerintah yang zalim dan berani menyampaikan amar ma’ruf nahi mungkar?

Bagaimana dengan kehidupan masyarakat yang antre minyak karena hilang di negeri penghasil sawit terbesar, masyarakat harus kehilangan pasokan tahu dan tempe sebagai makanan dasar di pasaran, karena bahan baku untuk pembuatan tempe dan tahu yaitu kedelai hilang akibat ekspor dan masyarakat yang bingung karena meningkatnya harga elpiji? Bukankah hal ini yang disebut radikal? Kondisi inilah katagori rakyat sudah masuk stadium keempat yakni pekerjaan tidak ada dan harga kebutuhan pokok melonjak naik. Bagaimana masyarakat bisa hidup dengan sejahtera, jika kondisinya mengkhawatirkan.

Jika radikalisme adalah paham yang menjiwai aksi terorisme dan sebuah proses tahapan menuju terorisme yang selalu memanipulasi dan mempolitisasi agama, yang menjadi pertanyaan, apakah kondisi rakyat yang serba kesulitan ini akibat dari dipimpin oleh pemerintah yang radikal? Tentu saja pemerintah tidak mau disebut radikal.

Ini sangat jelas sekali, pendapat tentang penceramah radikal merupakan kekhawatiran dan ketakutan yang ada pada diri pemerintah karena semakin masifnya umat Islam yang paham dan rindu senantiasa terikat dengan hukum Allah SWT di setiap aspek kehidupan. Paham radikal ini sengaja digoreng untuk membungkam para pengemban dakwah yang kritis dalam amar makruf nahi mungkar, yang berani mengkritik kebijakan yang zalim serta berupaya untuk menyelamatkan akidah umat yang berbelok terbawa arus budaya jahiliyah, Bahkan, berjaung untuk menyelamatkan jiwa jiwa remaja dari pergaulan bebas yang berakibat pada kesengsaraan hidup dunia dan akhirat.

Jadi sebenarnya data para penceramah radikal yang dikeluarkan, bukan hanya untuk membungkam para pengemban dakwah Islam, tetapi juga refleksi ketakutan akan bangkitnya kembali kejayaan Islam. Bahkan hal tersebut merupakan upaya keras menjauhi dakwah Islam dengan cara memfitnah para pengembannya.

Namun, meski demikian upaya mereka tidak akan pernah mampu menghalangi cahaya hidayah dari Allah. Fakta sejarah menunjukkan, sekuat apa pun fitnah ditujukan kepada Islam dan para pendakwahnya, Allah akan memenangkan Islam karena memang telah berjanji dalam kitab-Nya yang agung. Semoga Allah SWT melindungi para penceramah kita yang gigih mendakwahkan konsep Islam yang kaffah. Aamiin.[] 


Post a Comment

Previous Post Next Post