> Pengrajin Tahu Tempe Terjepit Karena Bahan Baku Sulit - NusantaraNews

Latest News

Pengrajin Tahu Tempe Terjepit Karena Bahan Baku Sulit



Oleh Maryatiningsih 
(Ibu Rumah Tangga) 


Kondisi negeri saat ini membuat masyarakat kebingungan terutama masalah ekonomi. Selain masalah pandemi Covid-19 yang tidak kunjung usai, masalah bahan pokok yang langka dan harga yang melambung naik. Kondisi ini membuat resah dan sulit serta rasa kebahagiaan yang diharapkan masyarakat hanya semu belaka. Seperti informasi terkait harga bahan baku untuk membuat tempe dan tahu sangat sulit didapat dan mahal. Seperti yang dilansir dari, SOREANG – Harga kedelai kembali mengalami kenaikan. Saat ini kenaikan mencapai 30 persen terakumulasi sejak November 2021. Hal tersebut dikatakan Ketua Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) Kabupaten Bandung, Ghufron Cokro Valentino, saat diwawancara, Rabu (16/2). “Harga kedelai sebelumnya sekitar Rp 9 ribu, tapi kini sudah lebih dari Rp 11 ribu, kenaikannya mencapai 30 persen,” ujar Ghufron. Oleh karena itu, kata Ghufron, para pengrajin tahu dan tempe berencana akan mogok produksi pada 21 Februari hingga 23 Februari 2022. Mogok kerja akan dilaksanakan di wilayah Jawa Barat dan Jabodetabek.

Inilah yang pasti akan terjadi jika pengelolaan untuk kesejahteraan rakyat tidak dilakukan dengan baik dan benar. Indonesia adalah salah satu penghasil bahan baku terbesar, tetapi dalam pengelolaan lemah, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan. 

Penyebab kenaikan harga kedelai di dalam negeri dipicu oleh kenaikan harga dunia, akibat dari suplai kedelai dunia yang terbatas. Hal ini disebabkan menurunnya produksi kedelai di Argentina dan Brasil. Praktis, suplai kedelai dunia hanya mengandalkan dari AS. Di sisi lain, Cina beralih memborong kedelai AS dalam rangka reformasi pakan babi. Akibat aksi borong itulah, harga kedelai melonjak dan selama ini Indonesia mengimpor kedelai dari AS.

Ini adalah konsekuensi yang harus di rasakan karena mengandalkan sesuatu hanya dengan impor saja, padahal produk dalam negeri jika di kelola dengan baik atau pemerintah mau berkorban dan mengfasilitasi kebutuhan untuk berswasembada maka kemandirian itu akan sangat membantu. 
Nah, Alasan mengapa Indonesia masih impor kedelai karena permintaan dari para pengusaha dan pengrajin tahu tempe sendiri. Mereka lebih memilih menggunakan kedelai impor karena buruknya kualitas kedelai lokal. Meskipun demikian, pemerintah tidak boleh berpangku tangan hanya mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai. Seyogyanya, negara harus berpikir mandiri dan memiliki political will untuk swasembada kedelai dengan varietas-varietas unggulan, sehingga rakyat dapat mengakses bahan baku kedelai berkualitas terbaik dengan harga murah.
Aksi mogok produksi tahu dan juga tempe yang dilakukan, menurut mereka hanya sebagai salah satu bentuk untuk memberitahukan pemerintah tentang pentingnya menangani dan mengintervensi harga kedelai supaya terjadi harga yang stabil, dan juga memberikan informasi kepada masyarakat dengan posisi yang sedang terjepit dan keadaan gelisah karena harga bahan baku kedelai mahal tidak terkendali. 

Selama sistem kapitalis liberal menguasai dunia maka ekonomi masyarakat akan sekarat kecuali bagi mereka para pemilik modal dan penguasa. Dalam sistem ini yang kaya semakin kaya yang miskin semakin miskin, dan kesejahteraan masyarakat akan sulit untuk dirasakan. Masalah demi masalah akan selalu ada dari berbagai lini kehidupan. Berbeda dengan sistem Islam yang akan sangat memperhatikan segala permasalahan dan akan mengatasi nya dengan tepat sesuai dengan aturan yang bukan buatan manusia. 
Wallohu'alam bishowab.

NusantaraNews Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.