> Tak Sepantasnya Membandingkan Azan dengan Gonggongan Anjing - NusantaraNews

Latest News

Tak Sepantasnya Membandingkan Azan dengan Gonggongan Anjing


Oleh : Erik Sri Widayati, S.Si
(Pengajar di Lumajang Jawa Timur)

Jagad media gaduh, Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kembali menjadi sorotan. Terkait pernyataan tentang penggunaan pengeras suara di masjid, yang diatur agar tercipta hubungan yang lebih harmonis dalam kehidupan umat beragama. Menteri Yaqut mengibaratkan dengan anjing yang menggonggong secara bersamaan akan mengganggu kehidupan bertetangga (23/2).

Pernyaatan tersebut menuai kritik. Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora), Roy Suryo mengaku melaporkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas ke Polda Metro Jaya. Roy mengatakan bahwa ucapan Yaqut tersebut diduga telah melanggar Pasal 28 Ayat (2) Jo Pasal 45 ayat 2 UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Atau bisa dijerat dengan Pasal 156a KUHP Tentang Penistaan Agama. Hanya saja laporannya ditolak. (Cnnindonesia.com, 24/02/22)

Sementara itu, sekretaris umum MUI Kota Bekasi, Hasnul Pasaribu menilai pernyataan tersebut dapat diartikan mencampuradukkan antara yang halal dan haram. Menurutnya, perbandingan tersebut sangatlah tidak pantas. Apalagi, pernyataan tersebut berasal dari seorang Menteri. (Sindonews.com, 24/02/22)

Pernyataan Yaqut tersebut tentunya membuat umat kecewa, ia yang notabene beragama Islam apalagi pejabat publik tentu tak sepantasnya menyamakan suara azan dengan hewan. Terlebih gonggongan anjing, hewan yang dikenal kaum Muslim termasuk najis berat jika terkena air liurnya.

Azan adalah panggilan mulia untuk mengajak kaum Muslim untuk menunaikan sholat wajib dan beribadah menghadap Tuhannya. Maka, menyamakan atau membandingkan dengan suara yang lain adalah bentuk pelecehan terhadap agama.

Lagipula suara azan akan mampu melembutkan hati yang keras, membersihkan jiwa-jiwa yang kotor, dan menyadarkan manusia agar kembali kepada fitrahnya, menjadi hamba yang taat kepada Rabbnya, dan menjauhi segala larangan-Nya, serta memiliki jiwa yang tenang dan khusyuk. Tidak sedikit orang non muslim yang akhirnya memutuskan masuk Islam karena mendengar lantunan azan.

Tidak hanya itu, azan bermanfaat mengusir syetan, sebagaimana sabda Rasulullah shalallahu alaihi wasallam:

“Apabila diserukan azan untuk sholat, syaitan pergi berlalu dalam keadaan ia kentut hingga tidak mendengar azan. Bila mu’adzin selesai mengumandangkan azan, ia datang hingga ketika diserukan iqomat, ia berlalu lagi.” (HR Bukhori, Muslim)

Islam dan umat Islam telah dilecehkan oleh penganutnya sendiri. Kemungkinan karena ada penyakit dalam hatinya. Penggunaan pengeras suara di masjid dan musolah pun harus diatur. Ini menunjukkan keberhasilan moderasi beragama yang selama ini didengungkan. Islam ingin ditampilkan sangat toleran hingga mengorbankan hal yang penting dalam Islam.

Moderasi beragama (baca: Islam) mengharapkan Islam tidak tampil menonjol walaupun dalam jumlah mayoritas. Sehingga semangat berislam tidak sampai mendorong mereka untuk menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari. Pun dalam bernegara. Islam diharapkan hanya ibadah ritual dan dijauhkan dari kehidupan. 

Sampai kapanpun Islam adalah agama yang mulia dan tidak akan mungkin dihinakan. Allah SWT akan selalu menjaga melalui kaum Muslim yang membelanya. Pembelaan kaum Muslim semakin nyata jika ada penerapan syariat Islam dalam kehidupan. Sebagaimana yang telah ditetapkan selama 14 abad lalu oleh Rasulullah dan para Khalifah sesudahnya. Dalam kondisi warga masyarakat yang heterogen pun umat Muslim hidup rukun menghormati agama mereka tanpa harus melecehkan agamanya sendiri. Wallahu'alam.

NusantaraNews Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.