Isu Radikalisme Melahirkan Perpecahan


Oleh:Hj.Padliyati Siregar,ST

Direktur Keamanan Negara Badan Intelijen Keamanan Mabes Polri Brigjen Umar Effendi mengaku bakal melakukan pemetaan terhadap masjid-masjid untuk mencegah penyebaran paham terorisme.

Hal itu ia sampaikan dalam agenda Halaqah Kebangsaan Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme yang digelar MUI disiarkan di kanal YouTube MUI, Rabu (26/1).

Tentu saja narasi yang mengaitkan pondok pesantren (ponpes) dengan tindakan radikalisme harus di hentikan. Sebab, hal itu mencoreng nama baik pesantren.

Penegasan itu disampaikan Sekretaris Jenderal Badan Kerja Sama Pondok Pesantren Indonesia (BKsPPI), KH Akhmad Alim, kepada //Republika//, Rabu (26/1). "Ponpes merupakan produk asli pendidikan Indonesia sebelum adanya pendidikan nasional dan berperan aktif dalam menjaga kesatuan NKRI serta memajukan bangsa," ujar dia.

Sejarah membuktikan bahwa pesantren memberikan sumbangsih besar terhadap kemerdekaan Indonesia. Kala itu, para kiai, ulama, santri, ajengan, tuan guru, bahkan habib bersatu untuk mengusir penjajah.

"Sehingga tidak ada pesantren yang mengajarkan hal radikal," ujar dia.

Karena itu, menurut dia, tidak perlu lagi ada narasi yang terkesan mencurigai keberadaan pesantren. Apalagi, menyeret nama pesantren seolah terindikasi virus radikal atau teroris.

Dengan adanya rencana pemetaan masjid dikaitkan dengan isu radikalisme, dan tuduhan terhadap ratusan pondok pesantren terkait terorisme, lagi-lagi menampakkan wajah islamophobia, dan menimbulkan dugaan adanya framing negatif dan tidak adil terhadap umat Islam.

Menciptakan iklim tidak kondusif di tengah masyarakat. “Berkembang kecurigaan di tengah masyarakat, masjid mana atau pesantren mana yang harus dicurigai.Jelas sekali  klaim radikal dan sejenisnya melahirkan perpecahan dan kegaduhan diantara warga.

Penyakit Islamafhobia akut.

Narasi melawan bahaya radikalisme dan terorisme seakan menjadi tagline utama dalam program kerja pemerintahannya. Bahkan, narasi ini kemudian disandingkan dengan proyek mainstreaming gagasan moderasi Islam yang sangat masif dilakukan.Dengan kucuran dana yang tidak sedikit.

Pemerintah tampak sangat ingin meyakinkan publik bahwa radikalisme dan terorisme adalah persoalan utama bangsa yang wajib dilawan bersama-sama. Oleh karenanya, semua komunitas tidak luput dari program moderasi Islam, mulai dari anak-anak PAUD hingga kaum intelektual; sejak dari level homeschooling, hingga perguruan tinggi, bahkan pesantren.

Sungguh, penghinaan mereka terhadap umat Islam dan ajarannya amatlah besar. Tudingan mereka bahwa pesantren berafiliasi dengan terorisme merupakan penghinaan yang amat besar terhadap ajaran Islam. Dalam pesantren, ada para ulama dan santri yang sebagai ahlul ilmu yang harus kita jaga kehormatannya.

Selama dunia dalam setiran peradaban Barat, islamofobia dan penghinaan terhadap Islam akan terus ada. Walhasil, memperjuangkan terwujudnya peradaban Islam menjadi kewajiban umat yang mendesak untuk dilakukan. Semoga dunia kembali berada dalam asuhan peradaban Islam.

Post a Comment

Previous Post Next Post