> BULAN RAJAB BULAN KEBANGKITAN UMAT ! - NusantaraNews

Latest News

BULAN RAJAB BULAN KEBANGKITAN UMAT !


Ummu Nahla Tanjung

Jika kita berbicara terkait bulan Rajab,  Dengan  izin Allah SWT,  kaum Muslim bisa merealisasikan kemuliaan di Bulan Rajab. Di antaranya  menjadi momen hijrah kaum Muslim  pertama ke Habasyah pada tahun ke-5 kenabian. Peristiwa Isra’ Mi'raj  Rasul saw. pada tahun ke-10 kenabian. Dalam Isra’ Mi'raj itu Nabi SAW menerima titah kewajiban shalat. Beliau pun dikukuhkan sebagai pemimpin bagi seluruh umat manusia. Beliau dititahkan sebagai imam para nabi dan rasul terdahulu di Baitul Maqdis. 

Atas kehendak Allah SWT, bulan Rajab pun menjadi momen pertemuan pertama kali Nabi SAW dengan kaum Anshar yang mempunyai kemuliaan. Melalui baiat  mereka kepada Nabi SAW negara Islam (khilafah) pertama tegak di Madinah. Sejak itu seluruh hukum syariah pun bisa diterapkan secara kaffah. Dengan itu kesucian darah, harta dan jiwa pun bisa terjaga (Lihat: Al-Hakim, Al-Mustadrak (IX/497), hadis penuturan Jabir bin Abdullah ra).

Bulan Rajab juga telah dijadikan oleh Allah SWT sebagai momen istimewa peralihan kiblat kaum Muslim, dari Masjidil Aqsa ke Masjidil Haram (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, III/252-253). ‘Baitul Maqdis pun berhasil direbut kembali oleh kaum Muslim pada bulan Rajab, tepatnya pada 28 Rajab 583 H/2 Oktober 1187 M, di bawah kepemimpinan Shalahuddin al-Ayyubi. Berbagai peperangan pun terjadi di bulan Rajab, di antaranya Perang Tabuk yang menggetarkan adidaya Romawi. Peristiwa ini terjadi pada bulan Rajab, yakni pada tahun 9 H (Ibnu Hisyam, As-Sîrah an-Nabawiyyah, V/195). Perang Yarmuk, yang dipimpin oleh Khalid bin al-Walid ra, menghadapi Romawi, juga terjadi pada bulan Rajab, yaitu pada tahun 15 H/636 M (Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, VII/4). Inilah bulan rajab. Bulan penuh berkah, bulan penuh dengan kemuliaan.

Bulan Rajab bulan mulia. Setiap bulan Rajab umat Islam senantiasa diingatkan dua peristiwa sejarah. Peristiwa Isra Mikraj dan keruntuhan khilafah Islam. 101 tahun yang lalu, perisai kaum Muslim khilafah Islam diruntuhkan oleh Mustafa Kemal Ataturk laknatullah. Seabad sudah umat Islam tidak memiliki junnah (perisai). Akhirnya, umat Islam bagaikan ayam yang kebingungan di dalam lumbung padi. Kegelapan telah membuatnya tidak mampu melihat kebenaran. 

Umat Islam di berbagai belahan dunia terzalimi. Diatur dengan aturan yang yang bertentangan dengan Islam, bahkan umat Islam dipaksa terlepas dari akidahnya untuk bisa selamat dari kezaliman yang ada. Baik di negeri mayoritas maupun minoritas, umat Islam sama-sama terzalimi.

Diskriminasi, persekusi, kriminalisasi, dan alienisasi menimpa umat Islam. Islam yang mampu membawa rahmat bagi seluruh alam distigmatisasi. Islamofobia dihembuskan di segala lini. Monsterisasi ajaran Islam digaungkan oleh musuh-musuh Islam. Melihat situasi yang demikian, akankah Islam hilang kemuliaannya? Apakah umat Islam akan kalah? Tentu tidak. 

Karena sejatinya, mereka yang menghinakan Islam sedang menghinakan dirinya sendiri. Sesungguhnya, mereka yang memusuhi ajaran Islam, sedang menyiapkan kayu bakar untuk membakar dirinya sendiri. Sungguh mereka yang memusuhi Islam akan jatuh tersungkur dan terhina. Dan disini apa pun kondisinya umat Islam tidak boleh putus asa dalam memperjuangkan kemuliaan Islam demi menyongsong tegaknya peradaban Islam.

Oleh karena itu, di bulan Rajab yang mulia ini penting mengingatkan umat Islam akan peristiwa keruntuhan khilafah Islam dan meyakinkan umat Islam, kapitalisme pasti ambruk dan khilafah pasti tegak. Mengapa penting? Karena beberapa hal berikut. Pertama, kapitalisme adalah ideologi yang cacat sejak lahir. Akidah kapitalisme adalah sekularisme, yakni memisahkan agama dari pengaturan kehidupan. Sebenarnya ini bertentangan dengan fitrah manusia, tidak memuaskan akal, dan tidak mampu menciptakan ketentraman jiwa. Manusia yang telah diciptakan oleh Allah SWT seharusnya diatur dengan aturan yang datang dari-Nya. Tapi, kapitalisme telah menjauhkannya. Sehingga, banyak manusia rusak yang diproduksi oleh ideologi kapitalisme. 

Kedua, umat Islam harus memahami dan percaya diri bahwa solusi problematika kehidupan adalah dengan menerapkan sistem Islam secara sempurna dalam bingkai khilafah. Sekalipun Barat telah mencap khilafah itu radikal dan sebagainya, bahkan hal itu diamini oleh beberapa penguasa-penguasa Muslim. Tapi, haruslah umat Islam tak terperdaya dan tertipu oleh narasi sumbing yang digembar-gemborkan kapitalisme Barat. Umat Islam harus yakin Islam solusinya dan memperjuangkan kemuliaan khilafah di tengah-tengah persoalan yang menimpa umat saat ini.

Ketiga, umat Islam harus mempersiapkan diri untuk menjemput pertolongan Allah (nashrullah). Yakni, dengan tegaknya peradaban Islam Khilafah Islamiah. Sebagai umat Islam harus memantaskan diri, memperbaiki diri, dan terus memperjuangkan kembalinya peradaban Islam Khilafah Islamiah. Jika, yang menegakkan khilafah Islam yang pertama adalah Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat. Sungguh umat Islam sekarang harus meneladani mereka dalam menegakkan peradaban agung ini. Bisa jadi, khilafah Islam belum tegak karena umat masih belum siap. Tugasnya para pengemban dakwah untuk mempersiapkannya.

Dampak ambruknya kapitalisme adalah kemenangan umat Islam. Lonceng kematian kapitalisme sudah berdentum, sudah saatnya Islam memimpin dunia. Sekalipun rasanya sulit, tetapi kenyataan tidak boleh memupuskan keyakinan. Umat Islam harus menjadi pendobrak runtuhnya ideologi kapitalisme. Karena menghancurkan kezaliman kapitalisme adalah tanggung jawab bersama umat Islam. Maka, patutlah umat bersatu dan menguatkan ukhuwah islamiah.

Sebelumnya umat Islam harus memahami kesalahan-kesalahan ideologi kapitalisme. Hal ini penting karena dengan memahaminya, umat Islam yakin akan kehancuran peradaban Barat. Ada beberapa kritik kritis terhadap kapitalisme Barat.

Pertama, ideologi kapitalisme menjadikan hawa nafsu sebagai pemutus perkara kehidupan. Sehingga wajar ditemui percekcokan, permusuhan, adu kepentingan, dan sebagainya. Sebenarnya ideologi kapitalisme ini irasional, karena tidak sesuai fitrah manusia, memuaskan akal, dan menentramkan jiwa. 

Kedua, membawa liberalisme. Kebebasan individu dan kebebasan umum dengan dimensi pemikiran, politik, ekonomi, dan sosialnya ini menciptakan manusia-manusia yang rusak dan merusak. Sebagai hamba Allah SWT, seharusnya taat kepada Rabb-nya. Tetapi di dalam kapitalisme, manusia dibebaskan, bahkan dilarang untuk taat kepada Rabb-nya. Ini jelas tidak masuk akal dan tidak sesuai fitrah manusia.

Ketiga, individualisme. Kapitalisme bisa disebut individualisme, karena yang seharusnya jadi kepemilikan umum bebas dimiliki oleh individu. Padahal, dalam Islam dibagi ada ranah yang boleh dimiliki individu dan ada yang wajib dikelola negara untuk umum.
 
Keempat, pluralisme subur. Dalam ideologi kapitalisme tidak ada kebenaran hakiki, kebenaran bersifat relatif dan berdasarkan penafsir kebenaran itu sendiri. Wajar jika semua agama dianggap benar, semua Tuhan dianggap benar dan ada, padahal ini adalah syirik. Dan inilah yang menciptakan ketidakadilan tiada tara. Seharusnya umat Islam berkiblat kepada Allah Yang Mahabenar, tetapi malah diajak untuk menafsirkan kebenaran berdasarkan hawa nafsunya.
 
Kelima, hak asasi manusia. Katanya kapitalisme memberikan HAM, tetapi pada kenyataannya, HAM hanya untuk pelaku kemaksiatan. Umat Islam yang harus taat dan patuh pada syariat dianggap melanggar HAM. HAM dijadikan pisau bermata dua, sesuai kepentingan pemilik pisau.

Keenam, ide kesetaraan secara keseluruhan yang darinya dihasilkan ide kesetaraan gender. Ide ini telah mencabut fitrah kaum hawa. Seharusnya kaum hawa taat menjadi durhaka kepada syariat. Ketujuh, hedonisme. Sehedon apa pun penganut kapitalisme, sebenarnya tidak pernah bahagia. Mereka hanya menjadi penghamba dunia yang tidak pernah mendapatkan kebahagiaan dan ketenangan jiwa. Walaupun kelihatannya glamor dan mewah, tak ubahnya mereka itu miskin jiwanya.

Penjelasan di atas membuktikan rapuhnya ideologi kapitalisme. Oleh karena itu, ambruknya kapitalisme adalah sebuah kepastian yang harus diyakini umat Islam. Jangan sampai umat Islam menjadi penghamba ideologi sesat kapitalisme. Umat Islam harus menjadi peruntuh kapitalisme dan pejuang kembalinya peradaban Islam Khilafah Islamiah. 
Strategi Umat Islam Mengembalikan Peradaban Islam Khilafah Islamiah sesuai Metode Kenabian

Kembalinya khilafah yang kedua adalah janji Allah SWT dan bisyarah Rasulullah Saw, sebagaimana yang ada di hadis berikut ini. "Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian." (HR. Ahmad). Tetapi, bukan berarti umat Islam berpangku tangan menunggu tertunainya janji tersebut. Umat Islam harus berikhtiar mengembalikan sesuai metode yang telah Nabi Muhammad Saw contohkan.

Umat Islam harus melakukan dakwah baik individu maupun jamaah. Jamaah dakwah melakukan dakwah sesuai yang Nabi Muhammad Saw contohkan, yaitu sebagai berikut.

Metode tersebut tercermin dalam tiga tahapan: (1) pembinaan umat dengan karakter Islam (at-tatsqîf); (2) interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah); (3) penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaaSunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan khilafah Islam pertama kali di Madinah.

Pertama, pembinaan umat (at-tatsqif) adalah cara untuk mencetak kader-kader yang memiliki kepribadian Islam. Dalam pembinaan ini, dimulai dengan meluruskan akidah Islam dan kristalisasi akidah Islam dengan memberikan pemikiran dan pemahaman Islam yang benar dan lurus. Dari sini, nanti lahirlah umat yang memiliki pemahaman Islam yang ideologis sesuai dengan mabda Islam. Diharapkan dari sini akan lahir promotor pejuang khilafah sekaligus menjadi mercusuar umat dalam menyelesaikan segala permasalahan yang dihadapi umat.

Kedua, interaksi dengan umat (at-tafa’ul). Dakwah syariah dan khilafah harus disosialisasikan di tengah-tengah umat. Oleh karena itu, perlu berinteraksi dengan umat di berbagai kalangan, agar simpul umat dan umat secara keseluruhan menyadari pentingnya penegakkan khilafah. Interaksi dengan umat sekaligus juga mencari dukungan umat agar umat mau bersama-sama berjuang menegakkan khilafah.

Ketiga, penerapan kekuasaan Islam oleh pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi). Dakwah yang dicontohkan Nabi Muhammad Saw adalah dakwah dengan ahsan bil makruf, yaitu mengajak kebaikan dengan cara yang baik. Jadi, dari dua tahapan di atas diharapkan umat dan pemilik kekuasaan mau menerapkan syariah dalam bingkai khilafah. 

Ketiga tahapan di atas harus dilakukan dalam bentuk dakwah secara berjamaah. Karena dengan berjamaah, dakwah akan lebih terorganisir dan bertarget. Itulah pentingnya ada jamaah dakwah atau kelompok dakwah yang merealisasikan ketiga tahapan di atas. Sekalipun, tidak ada yang bisa menjawab kapan dan di mana khilafah tegak, umat Islam harus terus memperjuangkannya. Karena memperjuangkannya adalah tajul furudh atau mahkota kewajiban. 

Dengan tegaknya khilafah, segala bentuk aturan yang telah Allah SWT turunkan dapat diterapkan dalam segala aspek kehidupan. Dakwah Islam terutama khilafah sudah diperhitungkan di dunia. Karena hanya dengan ini, kezaliman bisa dihentikan dan keadilan dapat diwujudkan dalam aspek kehidupan. Inilah yang sebenarnya ditakuti oleh kaum kafir, munafik, atau pun fasik. Oleh karena itu, untuk mengembalikan khilafah harus mencontoh metode dari Nabi Muhammad Saw. Karena, hanya Nabi Saw yang berhasil dengan sukses menegakkan khilafah hingga berjaya selaam 13 abad. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut.

Pertama. Korelasi peringatan Rajab dengan keruntuhan khilafah sangat erat. Karena Khilafah Turki Utsmani runtuh di bulan Rajab, 101 tahun yang lalu. Umat Islam harus memahami peristiwa penting ini agar mampu menjadi memicu perjuangan umat Islam di berbagai belahan dunia dan dalam segala bidang yang digeluti umat Islam.

Kedua. Dampak ambruknya kapitalisme adalah kemenangan umat Islam. Lonceng kematian kapitalisme sudah berdentum, sudah saatnya Islam memimpin dunia. Sekalipun rasanya sulit, tetapi kenyataan tidak boleh memupuskan keyakinan. Umat Islam harus menjadi pendobrak runtuhnya ideologi kapitalisme. Karena menghancurkan kezaliman kapitalisme adalah tanggung jawab bersama umat Islam. Maka, patutlah umat bersatu dan menguatkan ukhuwah islamiah.

Ketiga. Khilafah adalah janji Allah SWT dan bisyarah Rasulullah Saw. Umat Islam harus mengupayakan sesuai metode yang Nabi Muhammad Saw contohkan, pertama, pembinaan umat dengan karakter Islam (at-tatsqîf). Kedua, interaksi dengan umat (at-tafâ’ul), termasuk di dalamnya adalah pencarian dukungan dan pertolongan (thalab an-nushrah). Ketiga, penerimaan kekuasaan dari pemilik kekuasaan (istilâm al-hukmi). Sunnah Nabi saw menunjukkan atas tiga tahapan tersebut dalam mendirikan khilafah Islam pertama kali di Madinah. Ketiga tahapan di atas harus dilakukan dalam bentuk dakwah secara berjamaah. Karena dengan berjamaah, dakwah akan lebih terorganisir dan bertarget. Itulah pentingnya ada jamaah dakwah atau kelompok dakwah yang merealisasikan ketiga tahapan di atas. Sekalipun, tidak ada yang bisa menjawab kapan dan di mana khilafah tegak, umat Islam harus terus memperjuangkannya. Karena memperjuangkannya adalah tajul furudh atau mahkota kewajiban.

Khilafah sesungguhnya bukanlah istilah asing dalam khazanah keilmuwan Islam. Menurut Wahbah az-Zuhaili, “Khilafah, Imamah Kubra dan Imarah al-Mu’minin merupakan istilah-istilah yang sinonim dengan makna yang sama.” (Az-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islâmi wa Adillatuhu, 9/881). Sebagai kewajiban dalam Islam, khilafah tentu didasarkan pada sejumlah dalil syariah. Sebagaimana dimaklumi, jumhur ulama, khususnya ulama Aswaja, menyepakati empat dalil syariah yakni: Al-Qur'an; As-Sunnah; Ijmak Sahabat; Qiyas Syar’iyyah.
Pertama. Dalil Al-Qur'an lainnya antara lain QS an-Nisa` (4) ayat 59; QS al-Maidah (5) ayat 48; dan lain-lain (Lihat: Ad-Dumaji, Al–Imâmah al–‘Uzhma ‘inda Ahl as–Sunnah wa al–Jamâ’ah, hlm. 49).

Kedua. Dalil as-Sunnah, di antaranya sabda Rasulullah SAW: “Siapa saja yang mati, sedangkan di lehernya tidak ada baiat (kepada imam/khalifah), maka ia mati jahiliah.” (HR Muslim). Menurut Syaikh ad-Dumaiji, mengangkat seorang imam (khalifah) hukumnya wajib (Ad-Dumaiji, Al-Imâmah al-‘Uzhma ‘inda Ahl as-Sunnah wa al-Jamâ’ah, hlm. 49).

Ketiga. Dalil ijmak sahabat. Ijmak sahabat menetapkan kewajiban menegakkan khilafah tidak layak diabaikan seolah-olah tidak pernah ada atau dicampakkan seakan tidak berharga sama sekali. Tindakan demikian menurut Imam as-Sarkhasi, sama saja dengan menghancurkan fondasi agama ini. Ulama Nusantara, Sulaiman Rasyid, dalam kitab fikih Fiqih Islam, juga mencantumkan bab tentang kewajiban menegakkan khilafah. 
Wallahu' alam Bissawab.

NusantaraNews Designed by Templateism.com Copyright © 2014

Theme images by Bim. Powered by Blogger.