Peta Jalan Pendidikan Indonesia dalam Arus Sekularisme*


Oleh : Novita Ekawati_ 

Masih menyoal draf Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020-2035 yang sampai saat ini menuai protes dan polemik. Pasalnya, pada visi pendidikan Indonesia, frasa agama sama sekali tidak tertulis, sementara frasa budaya tertulis bergandengan dengan Pancasila. 

Draf Peta Jalan Pendidikan memuat visi pendidikan 2035, yang isinya: 
Visi Pendidikan Indonesia 2035. Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila. https://news.detik.com 

Sorotan datang dari ormas Islam, Komisi Pendidikan di Parlemen Pusat, hingga politikus parpol. Draf Peta Jalan Pendidikan Nasional (PJPN) 2020—2035 yang tidak mencantumkan frasa “agama” mendapat sorotan banyak pihak. Berbagai elemen seperti Muhammadiyah, MUI, NU, fraksi di DPR, mubaligah, guru, dan lainnya yang mengkritisi hal tersebut, hingga Mendikbud Nadiem Makarim menyatakan akan mencantumkannya (kembali) secara eksplisit. Meski demikian, draf PJPN ini menjadi hal yang masih terus dibincangkan,  

*Konsep Pendidikan yang Semakin Liberal*
Pendidikan adalah modal fundamental dalam membangun peradaban suatu bangsa. Wajah pendidikan akan menentukan wajah peradaban. Sebab, pendidikan merupakan bagian dari produk kebijakan politik suatu negara. 

Politik pendidikan merupakan instrumen strategis untuk membentuk mentalitas sebuah bangsa. Karena sesungguhnya, politik adalah cara mengatur kehidupan manusia. Jika kapitalisme (ideologinya), pengaturannya pun dengan cara kapitalisme, begitu pun sosialisme dengan sosialisme, dan Islam dengan syariatnya. 

Jika ditinjau, ideologi kapitalisme sekuler memang memisahkan agama dari politik. Agama dianggap ahistoris, sama seperti saat menyusun peta jalan pendidikan ini. Artinya, cara pandang pemerintah adalah sekularisme. 

Visi politik berbasis sekularisme adalah terwujudnya kehidupan berbangsa yang sejalan dengan nilai konsensus sosial, seperti norma, budaya, dan filsafat, tanpa melibatkan nilai agama. Konsep ini kemudian melahirkan manusia bebas berdasar akal dan nafsu. 

Para penjajah—yakni negara-negara adidaya pengusung kapitalisme—berikut para penguasa loyalisnya sangat berkepentingan memastikan ranah ini jauh dari semua hal yang bisa membalik keadaan. 

Sejalan dengan penancapan kapitalisme global itulah, mereka mengubah arah pendidikan di negara-negara dunia ketiga, terkhusus negeri yang berlatar Islam. Mereka coba meyakinkan bahwa pendidikan hanyalah instrumen meraih kesejahteraan, yang melulu berbicara soal produksi, konsumsi, distribusi, dan pertumbuhan ekonomi. 

Kondisi  ini tentu penting disadari umat Islam. Hegemoni kapitalisme global tak akan pernah bisa dihentikan manakala mereka masih mempertahankan sekularisme sebagai landasan kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. 

Kapitalisme global cukup mengaruskan kebijakan pendidikan yang berubah-ubah mengikuti logika pasar bebas. Dampaknya, pengelolaan pendidikan tinggi semakin jauh dari tanggung jawab negara dan menyerah pada mekanisme pasar. 

Tak heran pula jika dunia pendidikan begitu sarat narasi soal peningkatan sains, teknologi, dan industrialisasi. Juga soal program vokasional, konsep link and match lembaga pendidikan dan industri, riset-riset berbasis industri, serta hal-hal lain yang mengebiri fungsi pendidikan menjadi sekadar alat mencapai tujuan-tujuan materi. Jauh dari fungsi menciptakan generasi pemimpin yang agamis dan mandiri. 

Dengan asas rusak seperti ini, pendidikan akan terjauhkan dari tujuannya yang hakiki, yakni menciptakan manusia yang menyadari kemanusiaannya sebagai hamba Allah Swt., sekaligus menyadari visi besarnya sebagai pemakmur bumi (khalifah fil ardhi). 

Namun berbeda dengan visi politik Islam yang mewujudkan kehidupan berbangsa sesuai tujuan Allah Swt. menciptakan manusia berdasarkan syariat yang melahirkan manusia saleh. 

*Peta Jalan Pendidikan dalam Sistem Islam*
Pendidikan dalam Islam adalah upaya sadar, terstruktur, serta sistematis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai abdullah dan Khalifah Allah di muka bumi. 

Asas pendidikan dalam Islam adalah akidah Islam. Pendidikan dalam Islam bertujuan menguasai tsaqafah Islam, membentuk syakhsiyyah islamiyyah, juga menguasai ilmu kehidupan. 

Visi pendidikan dalam Islam adalah membangun dan memajukan peradaban Islam. Negara bertanggung jawab penuh dalam mengarahkan potensi peserta didik dan calon intelektual, serta mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Sebab, pendidikan merupakan kebutuhan pokok. 

Tujuan mulia seperti ini memang hanya mungkin diwujudkan melalui sistem pendidikan Islam yang ditunjang keberadaan sistem politik, ekonomi, pergaulan, serta sistem-sistem lainnya yang juga harus berparadigma Islam. Dengan kata lain, ada supporting systems dari negara yang menerapkan aturan Islam seutuhnya. 

Tak heran, di masa kepemimpinan Islam tegak, yakni saat negara Islam (Khilafah) hadir menaungi kehidupan umat Islam, lahir generasi umat yang berkepribadian Islam, cerdas, dan berkarakter pemimpin. 

Hingga saat itu, umat Islam mampu menjadi pionir peradaban cemerlang, menjadi sebaik-baiknya umat di seantero jagat. Tak tanggung-tanggung, peradaban agung itu mampu tegak hingga 14 abad. Berbagai kemajuan material yang disertai taraf hidup yang tinggi mampu diraih tanpa memunculkan kerusakan sebagaimana terjadi saat ini. Fitrah manusia benar-benar terjaga, bumi benar-benar terkelola dengan baik, dan rahmat benar-benar meliputi seluruh alam. 

_Wallahu a’lam bishshawab_  [ ]

Post a Comment

Previous Post Next Post