Penista Agama Viral di Jagad Maya




Oleh Yaurinda

Seorang politikus Demokrat Ferdinand Hutahaean yang pindah agama dan mengaku sebagai muslim di tahun 2017 lalu, baru-baru ini menggegerkan jagad dunia maya akibat postingannya di media Twiter yang diduga sebagai penghinaan agama. Kasihan sekali ternyata Allahmu lemah harus dibela, kalau aku sih Allahku luar biasa, maha segalanya. Dialah pembelaku selalu dan Dia tak perlu di bela.


Begitulah kira-kira cuitannya di media.  Gara-gara cuitannya Dia mendadak terkenal juga terkena ancaman satu tahun penjara karena diduga melakukan penghinaan agama. Kini dia meminta maaf kepada umat agar memaafkan ketidaknyamanan atas perbuatannya. Namun disisi lain dia mendapatkan pembelaan dari berbagai pihak, bahkan Menag pun mengeluarkan pernyataan yang terkesan membelanya. Sebagaimana dilansir laman We Online (7/1/2022), Jakarta Menag Gus Yaqut mendadak bela Ferdinand Hutahaean. Warga diminta Tabayyun dan jangan melontarkan cacian. 

Kasus serupa sebenarnya sudah sering terjadi di negeri ini? Mirisnya kita sebagai Muslim selalu tak bisa berbuat apa-apa padahal kita mayoritas. Terlebih menteri agamapun ikut membela dengan dalih dia adalah mualaf. Padahal seharusnya jika dia telah yakin akan Islam pasti dia akan belajar apa sejatinya Islam. Hal ini pantas lah terjadi di negara yang mementingkan HAM diatas segalanya juga memisahkan kepentingan agama dan kehidupan?

Selain itu kebebasan beragama pun di batasi hingga pembelaan pada agama harus melalu proses yang bertele-tele. Jelas sekali bahwa sistem kapitalis sekuler yang diterapkan tidak cocok untuk melindungi kehormatan suatu agama. Kasus penistaan agama sebenarnya bisa diselesaikan dengan cara  meninggalkan sistem yang ada sekarang karena jelas menimbulkan kegaduhan. Diganti dengan sistem yang sempurna dan paripurna. Bukan hanya Muslim yang mendapat keadilan, namun nonmuslim pun akan merasakannya.

Sayang hingga saat ini belum ada yang mau mengambil sistem ini. Padahal sistem tersebut mampu membawa sebuah negara pada kejayaan yang luar biasa, hingga mencapai 14 abad lamanya. Bahkan cenderung banyak yang beralasan sistem ini tidak cocok di zaman sekarang. Padahal sebagai Muslim kita patut bangga akan sistem ini karena siatem yang baik ini berasal dari agamanya. Namanya sistem Islam yang diterapkan dalam institusi khilafah pemimpinnya namanya khalifah, bisa disebut imamah atau amirul mukminin.

Sistem ini tidak akan membiarkan Muslim menghina agama lain. Namun juga tidak akan memiarkan nonmuslim mengolok agama Islam. Sistem Islam yang diterapkan secara menyeluruh baik dibidang politik, ekonomi, sosial, akan mampu memastikan konflik yang menyebabkan kegaduhan soalan penistaan agama. Caranya dengan mengingatkan, sesungguhnya dalam satu ayat dijelaskan.

"Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab:”Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah:”Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasûl-Nya kamu selalu berolok-olok?”. Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema’afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) di sebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa." ( TQS. at-Taubah [9]:66] 

Oleh karena itu para Ulama memasukkan perbuatan menghina Allah Swt., ayat suci dan Rasul-Nya adalah pembatal keimanan. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bahwa menghina Allah Swt. ayat suci dan Rasul-Nya adalah perbuatan kekafiran yang membuat pelakunya kafir setelah beriman. Nah jika sudah begini, sudah diingatkan namun tetap dilakukan, negara akan mengambil tindakan dengan hukum yang berat. Bahkan hukuman mati yang disaksikan orang banyak, hingga masyarakat akan berfikir ulang untuk menista agama.

Jelas hanya Islam yang mampu memberi keadilan dan juga kemakmuran umat terlebih untuk masalah penjagaan kemuliaan agama. Bukan mengotak-atik agama orang dan tidak mau dihukum. Umat harus bangga dan ikut belajar betapa sistem Islam adalah sistem yang sempurna dan paripurna.

 Wallahu a'lam bishawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post