Harga Komoditas Melambung Naik, Di mana Peran Negara?


Oleh Yunita M 
(Anggota Komunitas Sahabat Hijrah Balut-Sulteng)

Belum usai pandemi Covid-19, masyarakat kembali disuguhkan kenyataan pahit, terutama bagi emak-emak se-Indonesia. Bagaimana tidak, bahan pangan kini melonjak naik tidak terkendali. Seperti cabai, minyak goreng, dan telur. 

Menjelang akhir tahun, harga komoditas seperti cabai, telur, dan minyak goreng terus merangkak naik. Bahkan diperkirakan akan naik sampai Januari 2022. Harga cabai   menembus angka Rp.100.000 per kilogram, kemudian minyak goreng curah mencapai harga Rp.18.000 per kilogram, sementara telur mencapai Rp.30.000 per kilogram.

Dwi Andreas selaku peneliti Core Indonesia menyatakan harga-harga komoditas saat ini telah melewati batas piskologis. Ia mengatakan bahwa penyebab meningkatnya harga cabai karena para petani banyak yang gagal panen, dan ini adalah fenomena alam. Begitupun juga dengan harga minyak goreng, disebabkan karena meningkatnya permintaan kelapa sawit dari luar negeri. Demikian juga dengan harga telur, beliau menegaskan hal itu wajar. Pasalnya, sampai bulan November produksi telur melimpah sehingga membuat harganya pun anjlok. Di sinilah hukum ekonomi berlaku. Namun, beliau juga mengatakan tidak perlu khawatir atas kondisi ini. Sebab, di bulan Februari mendatang harga mulai turun dan akan berangsur stabil. (liputan6.com, 29/12/2021)

Harga Komoditas yang melambung naik bukan hanya kali ini terjadi. Sebab, selalu didapati pada akhir dan awal tahun harga-harga bahan pangan melonjak naik. Pandemi masih belum usai, kini ditambah harga bahan pangan yang mahal membuat masyarakat kini kian tercekik.

Bahan pangan seperti cabai, minyak goreng, dan telur adalah bahan pokok yang sangat dibutuhkan masyarakat. Seharusnya pemerintah berupaya untuk mengantisipasi sejak dini agar kenaikan harga komoditas maupun kelangkaan bahan-bahan pangan tidak berulang terjadi. 

Namun, alih-alih mengantisipasi lonjakan harga komoditas, pemerintah malah menganggap hal ini wajar dengan berbagai alasan. Bahkan menghimbau masyarakat untuk tidak khawatir akan melonjaknya harga komoditas tersebut. Lantas, muncul pertanyaan di mana peran negara dalam mengatasi dan mengantisipasi lonjakan harga? Masyarakat sudah cukup dibuat bingung dalam memenuhi kebutuhan hidupnya di masa pandemi saat ini, kini malah semakin tercekik dengan harga bahan pangan yang melonjak naik.

Peran negara memang sangat dibutuhkan  untuk mengurus hajat hidup masyarakat, termasuk dalam hal pangan semacam ini. Namun, negara yang bersistem kapitalis sekuler nyatanya sangat nihil mampu dan optimal dalam mengurus rakyatnya. Sistem ekonomi kapitalis sekuler bertujuan bukan untuk mensejahterakan hidup rakyat. Melainkan lebih berpihak kepada para korporasi dan pemilik modal.

Dalam hal melonjaknya harga komoditas saat ini, mengapa negara tidak mampu mengantisipasi atau mengatasinya? Sebab, para korporasilah yang memegang kendali atas terbentuknya mekanisme pasar sehingga peran negara menjadi tumpul. Ketersediaan pangan yang langka menjadi kesempatan para korporasi untuk menjadikan ladang bisnis yang akan menghasilkan keuntungan berlipat ganda.

Parahnya, dalam sistem kapitalis sekuler, penimbunan barang-barang komoditas yang  langka sulit untuk bisa dihindari. Sebab, para korporasi hanya memikirkan bagaimana agar mendapatkan materi sebanyak-banyaknya. Salah satu cara dengan penimbunan barang. Negara juga tidak menindak para penimbun barang. Padahal hal demikian akan menyebabkan harga secara otomatis naik. Karena permintaan yang tinggi ditambah lagi  bahan pangan tersebut langkah. Di sinilah para korporasi memanfaatkan keadaan untuk meraup keuntungan, dengan cara menimbun barang-barang tersebut kemudian disalurkan dengan harga yang tinggi.

Faktor lain yang menyebutkan harga komoditas naik seperti cabai penyebabnya adalah gagal panen. Dalam negara dengan sistem kapitalis sekuler, tata kelola pertaniannya sangat tidak optimal sehingga membuat gagal panen sering kali terjadi. Ditambah para petani minim ilmu dalam pertanian, sehingga makin  menambah resiko kegagalan.

Di sini terlihat pemerintah seakan berlepas tangan, sehingga realitanya para petanilah yang harus bersusah payah mengelola pertaniannya agar menghasilkan hasil yang maksimal.

Hal-hal di atas terjadi pada negara yang berlandaskan sistem kapitalis sekuler. Sistem kufur ini hanya melahirkan sederet aturan yang hasilnya hanya untuk mensejahterakan para pemilik modal dan membuat rakyat sengsara dari waktu ke waktu.

Kita butuh solusi sistemik dalam menangani permasalahan ekonomi yang terjadi saat ini. Dengan cara mengambil solusi tuntas dengan menerapkan aturan yang benar-benar optimal. Yakni dengan menerapkan aturan kafah dari Sang Maha Pencipta kehidupan dan manusia. Ialah aturan Islam yang telah diturunkan untuk mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk perkara ekonomi atau jual beli. Dalam Islam, tidak akan ada yang namanya kelangkaan ataupun harga komoditas tinggi. Apalagi hal demikian adalah kebutuhan hajat hidup rakyat yang harus dipenuhi.

Dalam Islam, pemerintah adalah pengurus rakyatnya, sehingga apapun kebutuhan masyarakat harus berada di bawah tanggung jawab negara. Apalagi yang berhubungan dengan kebutuhan perut. Pemerintah akan berusaha semaksimal mungkin agar dengan sesuai tuntutan syarak sehingga bisa memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya secara  optimal. Mekanisme dalam Islam yaitu  negara akan berupaya agar harga komoditas dapat stabil, kelangkaan bahan-bahan pangan tidak akan terjadi dengan alasan gagal panen. Ataupun akibat dari ulah culas para korporasi.

Hal ini dicegah sejak dini sebagai upaya urgen yang ditempuh pemerintah dalam Islam. Pemerintah akan memberlakukan sanksi tegas bagi para pengusaha yang berulah culas demi kepentingan pribadi dan melanggar syariat dalam tata kelola perniagaan. Sehingga kenaikan dan turunnya harga sepenuhnya akan dikembalikan pada ketentuan syarak, dengan tujuan kesejahteraan umat. 

Kelangkaan akibat gagal panen pun akan dihindari, dengan cara sedari awal dalam dunia pertanian akan diberlakukan tata kelola dengan baik. Melalui ilmu dari para ahli di bidangnya untuk mendampingi para petani dalam mengelola pertanian secara optimal. Sehingga akan mencegah dan menekan adanya resiko gagal panen. 

Jika kelak ada kondisi dimana kelangkaan bahan pangan di dalam daulah Islam maka ekspor akan dilakukan pemerintah. Namun, dengan kurun waktu tertentu. Jika negara mulai stabil maka ekspor dihentikan. Semua itu mencegah agar daulah tidak ketergantungan pada negara manapun.

Begitu luar biasa Islam dalam mengatur kehidupan, tidak rindukah kita hidup dalam naungan kesejahteraan yang Allah Swt. telah janjikan? Oleh karena itu, saatnya kita mencampakkan sistem kapitalis sekuler dan mengambil sistem Islam sebagai solusi atas segala problematika hidup yang terjadi, lewat institusi sahih Khilafah Islamiyah sesuai dengan tuntunan Rasulullah saw.



Waullahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post