Bulog Terjerat Riba, Rakyat yang Menderita


Oleh Neneng Sriwidianti
Pengasuh Majelis Taklim dan Member AMK

Miris sekali, negeri yang kekayaan alamnya melimpah, ternyata hampir seluruh pembiayaan operasionalnya berasal dari utang riba. Wajar, ketika ibu pertiwi yang permai ini tak henti-hentinya diguncang berbagai musibah yang datang silih berganti. Benar sekali apa yang dikatakan dalam sebuah hadis, apabila riba sudah merajalela di sebuah negeri, maka tunggulah sampai Allah Swt. menurunkan azabnya.

Kali ini, utang riba menjerat Badan Khusus Logistik (Bulog), yaitu perusahaan milik negara yang bergerak di bidang logistik pangan. Kasusnya pun menjadi sorotan dari berbagai pihak. Masalahnya, utang yang lama belum terbayar, Bulog malah menambah utang baru. Dipastikan utang akan makin menggunung. Padahal, lilitan utang akan berdampak pada jalannya operasional Bulog, karena akan mengurangi kemampuan Bulog untuk merealisasikan belanja CBP (Cadangan Beras Pemerintah).

Dikutip dari kumparan.com (29/1/2022), Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) menyebutkan utang Rp13 triliun tersebut untuk belanja penyediaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar satu juta ton. Kini, utang makin membengkak karena pemerintah belum membayar utang ke Bulog sebesar Rp4,5 triliun. Menurutnya, utang tersebut terkait penyediaan bantuan beras PPKM dan bansos rastra. Pembayarannya tertunda karena ada Peraturan Kementerian Sosial (Permensos) yang berubah sehingga pihak Kemenkeu belum bisa membayarkannya.

Utang yang makin menggila akan berpengaruh pada stok beras nasional. Kondisi ini akan makin membuat rakyat menderita. Pada akhirnya memperburuk kondisi kelaparan yang angkanya makin tinggi. Karenanya, keterlambatan pencairan dana penugasan dari pemerintah sangat disayangkan. Birokrasi yang berbelit seperti buruknya koordinasi antar kementerian yaitu  pertanian dan perdagangan yang menyebabkan semua ini terjadi. Padahal, semua ini untuk memenuhi kebutuhan hak dasar rakyat yang tidak bisa ditunda.

Bukan hanya itu, penumpukan beras di gudang yang mengakibatkan kualitas beras menurun adalah benang kusut yang belum terpecahkan di lembaga ini. Ironisnya lagi, kita kerap menemukan beras tidak layak konsumsi masih ada di gudang. Padahal, di pelosok negeri ini masih banyak rakyat yang kelaparan karena terimbas pandemi Covid-19 yang masih terus menghantui. Ditambah lagi kebijakan impor yang tanpa perhitungan makin memperparah kondisi Bulog. Seringkali kebijakan impor terjadi di saat panen raya. Akhirnya petani lokal mengalami kerugian karena harga beras menjadi turun karena stok menumpuk.

Sesungguhnya kerusakan yang menimpa negeri ini, buah diterapkannya sistem kapitalisme. Sistem ini memang cacat sejak kelahirannya karena asas pijakannya adalah sekularisme, yakni pemahaman yang menihilkan peran pencipta dalam mengatur kehidupan. Kapitalisme telah menyerahkan pembuatan aturan kepada manusia yang mempunyai akal lemah dan terbatas. Wajar jika solusi yang dipakai untuk menyelesaikan permasalahan adalah rusak dan merusak serta menyengsarakan manusia sepanjang diterapkannya.

Berbeda dengan Islam. Sistem ekonominya ketika diterapkan pasti bisa menyelesaikan permasalahan karena asasnya akidah Islam, sehingga aturan yang terpancar darinya berdasarkan dari Allah Swt. Syariat yang akan menuntun manusia dalam mengambil kebijakan. Dalam Islam, negara berfungsi sebagai pelindung dan pengurus umat. Negaralah yang menjamin ketersediaan pangan, bukan swasta. Bulog dalam kapasitasnya sebagai perusahaan negara akan berupaya maksimal agar stok pangan nasional terpenuhi, sehingga tidak ada lagi kasus kelaparan menimpa rakyat. Begitu juga kebijakan impor tidak akan dilakukan apabila merugikan rakyat dan mengganggu stabilitas negara.

Oleh karena itu, untuk menyelesaikan kasus Bulog dengan utang ribawinya yaitu dengan penerapan sistem politik dan ekonomi yang berasal dari Zat yang Maha Mengetahui. Khilafah satu-satunya sistem yang bisa menerapkannya. Baitul mal (APBN khilafah) yang kuat akan mampu menyediakan beras yang berkualitas bagi seluruh rakyat. Bulog akan terbebas dari utang riba yang diazab oleh Allah Swt.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post