Bukan Ucapan Biasa


Oleh Yuli Ummu Raihan
Member AMK dan Aktivis Muslimah Tangerang

Polemik ucapan Selamat  Natal kembali mencuat. Pendapat yang membolehkan dan yang mengharamkan seperti dibenturkan kembali. 

Di antara pihak yang membolehkan adalah Kemenag Sulsel, dengan menerbitkan surat edaran tentang pemasangan spanduk ucapan Selamat Natal dan Tahun Baru. (Republika.co.id, 18/12/2012) 

Hal ini menuai kritik dari Imam masjid New York (Shamsi Ali) yang menilai kebijakan ini adalah sesuatu hal yang gila, karena ditujukan untuk semua institusi Islam di bawah Kemenag. 

Sementara MUI dan PKS, menyatakan tidak ada larangan tegas dari syariat dalam hal ini. 
Dilansir oleh Fajar.co.id, 19/12/21 Anggota Komisi VIII DPR RI Fraksi PKS, Bukhari Yusuf mengatakan boleh atau tidak mengucapkan Selamat Natal tidak boleh ada paksaan. Apalagi sampai dianggap Radikal karena tidak mengucapkan. 

Sementara Ketua MUI bidang dakwah dan ukhuwah, M Cholil Nafis mengatakan ucapan Selamat Natal boleh, tapi dalam konteks saling menghormati. Sebagai bentuk menghargai kepada tetangga, kerabat, atau penguasa kepada rakyatnya. Yang tidak boleh itu adalah ikut upacara atau rangkaian acara natalnya. (Fajar.co.id, 17/12/21) 

Irena Handono, seorang pakar Kristologi dan mantan biarawati tegas mengatakan mengucapkan Selamat Natal itu adalah haram. Dalam beberapa kesempatan beliau sering menjelaskan sejarah dan pengaruh budaya pagan Romawi dalam ritual 25 Desember ini. 

Selain itu, mengucapkan selamat natal ini berkaitan dengan masalah ibadah. Umat Kristiani menyakini Yesus adalah Tuhan. Sesuatu yang sangat bertentangan dengan keyakinan kita umat Islam. Natal itu adalah inti iman seorang Nasrani. Jadi, saat kita mengucapkan Selamat Natal, kita sedang meyakini Yesus adalah Tuhan. 

Pihak yang membolehkan sering kali membandingkan dengan perayaan Idul Fitri yang mana orang-orang Nasrani ikut merayakan, mengucapkan selamat Idul Fitri, dan lainnya. Maka, mengucapkan Selamat Natal dianggap bentuk toleransi dan sikap balik kita pada mereka. Padahal Idul Fitri itu murni sebuah perayaan karena telah berpuasa sebulan penuh di bulan Ramadan. Aktivitasnya adalah perayaan, silaturahmi, bermaaf-maafan, makan bersama yang semua itu dibolehkan. 

Berbeda halnya dengan Idul Adha, yang merupakan bentuk pengabdian hamba yang erat kaitannya dengan ibadah atau keyakinan. Jarang sekali umat Nasrani yang mau mengucapkan karena mereka tahu ini berkaitan dengan keyakinan. 

Selamat Natal bukan sekadar ucapan biasa. Jika kita mengacu pada bahasa Arab makna selamat itu adalah tahniah yang mengandung makna memohon keberkahan disertai kasih sayang dan menampakkan kegembiraan. 

Dari makna ini mengucapkan Selamat Natal, artinya kita mengharapkan kesejahteraan dan keberuntungan untuk umat Kristiani dengan kelahiran Yesus. Hal ini jelas sebuah kemungkaran. 

Allah menegaskan hal ini dalam surat Al-Maidah ayat 72 yang artinya, "Sungguh telah kafirlah orang-orang yang berkata, "Sungguh Allah itu adalah Al-Masih putra Maryam."

Sebagai seorang Muslim,  seharusnya kita mendakwahi mereka tentang keagungan Islam. Dakwah agar mereka meninggalkan kekufuran, bukan malah mengucapkan selamat. 

Ulama telah bersepakat tentang keharaman mengucapkan Selamat Natal. Sanksinya adalah takzir. Berbuat baik pada non Muslim bisa dilakukan dengan cara lain. Di antaranya berbuat baik dalam hal muamalah, bertetangga, dan hal lain yang tidak berkaitan dengan keyakinan atau akidah. 

Mengucapkan Selamat Natal adalah bentuk toleransi yang kebablasan. Ini salah satu upaya pengaburan ajaran Islam. Rasulullah saw. telah mengingatkan kita untuk tidak ikut-ikutan tradisi atau kebiasaan di luar Islam. Awalnya mungkin sekadar ucapan selamat Natal. Selanjutnya umat Islam bisa digiring untuk melakukan ritual agama mereka dengan alasan toleransi. 

Sebenarnya keharaman ini sudah dijelaskan oleh para ulama terdahulu, hanya saja semakin masifnya ide moderasi beragama ke tengah-tengah umat Islam, hal ini dimunculkan kembali. Umat Islam digiring agar berislam sesuai arahan Barat. Barat mencoba menyebarkan pemikirannya dan memaksakan agar diterima oleh umat Islam. Ide ini ibarat racun yang dibungkus seperti madu. Kita sebagai umat Islam jangan sampai tertipu, kita harus memahami agama kita dengar benar. Kita harus bangga dengan ajaran agama kita sendiri. Tidak perlu ikut-ikutan perkara umat lain terlebih hal itu jelas dilarang. Umat Islam harus waspada pada berbagai pihak atau ide sesat yang ingin menjauhkan umat Islam dari pemahaman agama yang benar. 

Meski sekadar ucapan, tapi konsekuensinya bisa fatal. 

Wallahu a'lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post