IMPOR CABE MEMBUNUH PETANI DIKALA PANDEMI


Oleh : Ummu Fahri

Penyebaran virus corona atau covid-19 di dunia, termasuk ke Indonesia berdampak ke sejumlah sektor usaha di tanah air, seperti pariwisata dan perdagangan. Namun tidak dengan sektor pertanian.

Sektor pertanian justru menjadi pengaman dalam menghadapi wabah virus covid-19 ini. Sektor ini tidak bisa dianggap remeh karena berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok masyarakat.

Pertanian memiliki nilai ekonomi yang mampu membuat Indonesia bertahan dari ancaman krisis global, termasuk krisis yang diakibatkan wabah covid-19 saat ini.

Namun ini tak bisa dirasakan bagi petani sepenuhnya, pasalnya saat musim panen tiba,petani cabai justru dihadapkan pada kenyataan pahit anjloknya harga cabai. Sejumlah respon berdatangan dari petani, Seperti petani cabai dari Kulon Progo beramai-ramai membakar dan memilih membagikan cabai gratis ke warga.

Respon lain juga datang dari petani cabai Majalengka, mereka memilih membiarkan tanaman cabainya terlantar,buah cabai dibiarkan membusuk dan tanaman cabainya jika sudah kering kemudian dibakar.

Sungguh sangat ironis para petani dimasa-masa pandemi saat sekarang ini.Mereka dihadapkan dengan keanjlokan harga cabai yang signifikan.Jangankan untuk meraih keuntungan dari hasil bertani cabai, jelas kerugian yang dihadapi petani. 

Ironisnya, Pemerintah justru terus mengimpor cabai sebesar 27.851 ton sepanjang semester 1/2021.Direktur Pengolahan dan Pemasaran hasil Hortikultura Kementan Bambang Sugiharto, menjelaskan impor cabai untuk kepentingan industri.

Jelas ini menambah keterpurukan petani cabai, kebijakan yang hanya didasari dengan Keputusan sebagian pihak yang hanya tertuju pada kepentingan oligarki tanpa memperhatikan dampak yang akan di alami petani lokal.Ini membuktikan kecacatan dalam sistem Demokrasi.

Seharusnya negara memperkirakan masa panen cabai, sehingga tidak mengimpor cabai dikala jumlah cabai surplus. Disamping itu,negara juga harus menjaga ketahanan pangan agar tetap stabil,terlebih diera pandemi saat sekarang ini.

Sistem Kapitalisme telah membawa peranan negatif dalam setiap kebijakanya, karena pada kenyataannya para oligarki yang menguasai dalam peranan sektor pertanian industri.

Para pemilik modal yang siap memainkan apa saja dipasar demi meraup pundi-pundi uang.Tanpa peduli dengan nasib rakyat.Sistem Kapitalisme telah benar-benar gagal dalam menjamin kesejahteraan rakyat.Publik harus menyadari , kondisi yang karut marut seperti sekarang ini karena tidak diterapkannya sistem Islam.

Umat butuh sistem alternatif untuk mensejahterakan nasib petani dan lainnya,tentu hanya Islam lah satu-satunya yang dapat menyelesaikan dan merubah kondisi saat ini.

Hakikat dari politik Islam adalah ri’ayah su’un al-ummah (pengurusan urusan umat) yang didasarkan pada syariah Islam, sebagaimana ditegaskan Rasulullah saw., “Imam/Khalifah adalah pengurus dan ia bertanggungjawab terhadap rakyat yang dia urus.” (HR Muslim dan Ahmad).

Beberapa kebijakan yang bisa diambil:

Pertama, menghentikan segara aktivitas impor. Sehingga Negara terbebas dari penjajahan tanah yang kerap kali terjadi.

Kedua, mewujudkan swasembada dengan meningkatkan produksi pertanian melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi dengan penggunaan sarana produksi pertanian yang lebih baik, karena itu Khilafah menerapkan kebijakan pemberian subsidi untuk keperluan sarana produksi pertanian. Biro subsidi (diwan ‘atha) dalam baitulmal akan mampu menjamin keperluan-keperluan para petani menjadi priritas pengeluaran baitulmal.

Para petani diberikan berbagai bantuan, dukungan dan fasilitas seperti modal, peralatan, benih, teknologi, pemasaran, informasi dan lain-lain baik itu secara langsung atau semacam subsidi. Sehingga seluruh lahan yang tersedia akan produktif.

Ketiga, kebijakan distribusi pangan yang adil dan merata. Islam melarang penimbunan barang dan permainan harga di pasar. Dengan larangan itu, stabilitas harga pangan akan terjaga. Selain itu, Negara akan memastikan tidak adanya kelangkaan barang akibat larangan Islam menimbun barang.

Demikianlah bagaimana kebijakan sistem Islam dalam masalah ketahanan pangan yang akan mewujudkan kemandirian pangan, tanpa bergantung kepada impor.

Wallahu a'lam Bishshawab..

Post a Comment

Previous Post Next Post