Menakar Proporsional Polri dalam Menangani Kasus Bom Makassar


Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Opini Bela Islam AMK

Peristiwa ledakan bom bunuh diri terjadi di Gereja Katedral Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu (28/3/2021), sekitar pukul 10.30 WITA. Peristiwa itu terjadi setelah jemaat gereja selesai melaksanakan misa. Pelaku diduga menggunakan bom high explosive atau berdaya ledak tinggi. Menurut Irjen Mardisyam, pelaku bom bunuh diri yang tewas diduga sepasang suami isteri yang baru menikah enam bulan. Empat belas orang mengalami luka ringan. Menurut saksi mata terjadi dua kali ledakan besar di dekat gerbang masuk ke area gereja.

Kecaman datang dari berbagai kalangan masyarakat. Mulai dari MUI, Ormas Islam, Parpol, Kelompok Gusdurian, hingga lembaga swadaya masyarakat, hak asasi manusia (HAM), dan lainnya.

Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas mengutuk keras tindakan pelaku pengeboman yang menimbulkan rasa ketakutan bagi masyarakat.

"MUI minta pihak aparat untuk mencari dan menangkap pelaku, serta membongkar motifnya. Juga menghimbau kepada masyarakat agar kasus bom Makassar tidak dikaitkan dengan agama." (Pikiran Rakyat, 28/3/2021)

Sejalan dengan hal itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir meminta Polri segera mengusut tuntas siapa dan apa motifnya termasuk jaringan dan aktor di balik teror bom tersebut.

Haedar menegaskan agar tidak mengaitkan dengan agama dan golongan umat tertentu. Bisa jadi aksi bom Makassar bentuk adu domba kepada masyarakat Indonesia. Oleh sebab itu, hindari saling curiga dan prasangka buruk satu sama lain. Kuatkan dan kokohkan persatuan. Agar tidak mudah diadu domba. (Tempo.co, 28/3/2021)

Kecaman yang berbeda dengan sebelumnya (MUI, Muhammadiyah), datang dari kelompok yang  belum mengetahui hasil investigasi dari Polri, justru membuat persepsi sendiri. Ini yang berbahaya karena dapat memperkeruh dan mengalihkan masalah.

Yakni kecaman yang datang dari Ketua Relawan Jokowi Mania (JoMan), Immanuel Ebeezer menegaskan, bahwa aksi teror bom di gereja merupakan aksi yang sangat brutal. Ini jelas pola lama yang selalu berulang. Menurutnya, kelompok teroris garis keras saat ini tidak hanya menyerang simbol-simbol barat ataupun gereja, melainkan negara.

"Mereka sedang fokus dengan strategi teror negara. Artinya mereka melawan pemerintah, mencoba mengguncang stabilitas politik dan keamanan," ungkap Immanuel. (Liputan6.com, 28/3/2021)

Hal senada juga disampaikan oleh orang-orang liberal dan akun buzzer. Mereka menggiring seakan pelakunya Islam radikal. Padahal polisi belum menentukan. Mereka selalu memberikan stigma negatif pada Islam, seakan monster yang menakutkan. Yakni dengan sebutan Islam radikal, Islam ekstrimis, Islam fundamentalis. Bahkan Islam diidentikkan dengan teroris.

Kelompok mereka (Islam liberal-Islam moderat), sesungguhnya sudah berhasil dicuci otaknya dan termakan oleh hasutan musuh-musuh Islam. Mereka tidak menyadari kalau diperalat dan diadu domba. Padahal Islam itu satu dan bersaudara. Sebagaimana firman Allah Swt.,

"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. al-Hujurat [49]: 10)

Sejatinya  pengotak-ngotakan dengan memberi label Islam radikal, Islam tradisional, Islam fundamental,  dan Islam moderat itu perbuatan musuh Islam agar mudah diadu domba. (Rand Corporation, melalui tulisan Cheryl Bernard yang berjudul "Civil Democratic Islam").

Ada Apa Di balik Bom Makassar?

Amazing, luar biasa,  Polri patut mendapat apresiasi setinggi-tingginya. Sebab, kurang dari sepuluh jam sudah berhasil mengidentifikasi bahkan menangkap pelaku bom. Hingga  Senin sore, (29/3/2021) polisi berhasil menangkap 13 orang di sejumlah lokasi, termasuk Condet dan Bekasi, yang empat ditangkap di Makassar. Lengkap dengan barang bukti berupa atribut baju dan buku berlogo Ormas Front Pembela Islam (FPI), sebagai Ormas terlarang oleh pemerintah pada akhir Desember 2020.(CNNIndonesia.com, 29/3/2021)

Di sisi lain, polisi gagal menangkap pelaku pembunuhan laskar FPI, Raibnya Harun Masiku yang kasusnya diduga ada hubungannya dengan orang-orang istana, dugaan korupsi Bansos yang melibatkan anak rezim, rezim melanggar protokol kesehatan memancing kerumunan di NTB, juga melanggar UU-ITE berbohong katanya selama tiga tahun tidak impor beras, hukum tidak adil sedang menimpa HRS dan masih banyak lagi. 

Proporsionalkah Polri dalam Menangani Kasus?

Jangan-jangan, kasus bom Makassar hanya untuk pengalihan isu, agar lupa dengan peristiwa-peristiwa sebelumnya. Atau untuk memuluskan impor ribuan ton gula?
Atau apa yang dituduhkan Gus Dur (Mantan Presiden RI keempat Kiai Haji Abdurrahman Wahid) melalui video, benar?

Usai tragedi bom, video tersebut beredar kembali. Berisi pernyataan Gus Dur yang kontroversi soal bom yang dulu pernah terjadi.

Pasalnya, Gus Dur menuding bahwa bukti yang ada bom-bomnya seperti kepunyaan polisi. Selama ini yang dianggap pelakunya dari kelompok fundamentalis.

"Ya, siapa yang tahu bahwa semua ini ada dalangnya, bisa saja pelakunya justru aparat kami sendiri, bukan yang selama ini dianggap sebagai pelakunya dari kelompok fundamentalis," ungkap Gus Dur seperti dikutip dari video unggahan akun @AidulFa pada Minggu, (28/3/ 2021).

Mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush dan Tony Blair (Mantan Perdana Menteri Inggris) telah memvonis Islam sebagai "Ideologi Setan." Tampak sekali kebenciannya. Adapun pemeluk Islam yang dimusuhi bersama, diberi label Islam fundamentalis, (Islam radikalis). Sedangkan Islam moderat (Islam sekuler) sebagai mitra.

Adapun ciri-ciri Islam fundamentalis versi mereka, adalah:
1. Menolak legitimasi Israel.

2. Memiliki pemikiran bahwa syariat Islam sebagai dasar negara Islam.

3. Kaum muslim harus menjadi satu kesatuan dalam naungan khilafah.

4. Tidak mengadopsi nilai-nilai liberal (kebebasan) dari Barat.

Jadi, sangat jelas yang dibidik dan diberangus adalah kelompok Islam politik yang memperjuangan syariat dan khilafah. Semua sudah terbukti HTI dan FPI merupakan organisasi yang dilarang, karena Islam politik yang mengkritisi rezim berdasarkan syariat Islam.Tunggu giliran lainnya. Tampaknya mereka masih belum puas. Melihat geliat kebangkitan umat Islam di mana-mana membuat mereka kebakaran jenggot. Apalagi telah ditunjukkan ketidakadilannya, kebobrokannya, dan kezalimannya, membuat kepercayaan publik kepada rezim semakin merosot.

Elit politik Amin Rais (Ketua MPR 1999-2004), Din Syamsudin (Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah),  dan lainnya, mengatakan bahwa  pemerintahan Indonesia telah berubah menjadi demokrasi oligarki, artinya dipimpin oleh sekelompok orang yang bekerja sama dengan pemilik modal (kapital) yang mempengaruhi kebijakan negara. 

Pengamat politik Rocky Gerung, dalam videonya yang viral mengatakan kriminalisasi ulama (HRS) dipolitisasi. Sesungguhnya di balik itu semua, ada kekuatan oligarki yang menguasai rezim yaitu komunis yang dikenal dengan julukan Sembilan Naga (pemilik modal). Menurutnya politik Islam sedang disingkirkan oleh pemerintah demi mengamankan politik kapitalisme yang menjarah dan menguasai SDA negara ini.

Hanya Islam yang bisa menghentikan ketamakan, kerakusan kapitalisme-sekularisme. Islam agama sempurna yang bersumber dari wahyu Allah sebagai petunjuk dan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Oleh sebab itu, saatnya kita bersatu, merapatkan barisan melawan penjajahan, menyongsong tegaknya kembali khilafah yang merupakan janji Allah, dan bisyarah Rasulullah saw. yang akan menyejahterakan seluruh umat sedunia baik muslim maupun nonmuslim.

Allah Ta’ala berfirman:

ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ø¥ِÙ† تَنصُرُوا اللَّÙ‡َ ÙŠَنصُرْÙƒُÙ…ْ ÙˆَÙŠُØ«َبِّتْ Ø£َÙ‚ْدَامَÙƒُÙ…ْ

"Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."(QS. Muhammad [47]: 7)

Wallaahu a'lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post