TAK ADA RUANG BAGI KEBENARAN DALAM DEMOKRASI

Oleh : Winda K.
Forum Muslimah Peduli Generasi

Masih hangat diperbincangkan di jagat maya soal film Dokumenter Jejak Khilafah Di Nusantara. Sejak promo penayangannya film ini berhasil mengundang penasaran para netizen. Terbukti dengan banyaknya pendaftar yang ingin nonton film ini hingga mencapai angka ribuan. Film Jejak Khilafah di Nusantara diluncurkan pada Minggu (2/8/2020) lalu. Kiranya memang Khilafah masih menjadi pusat perhatian. Dari judulnya saja masih banyak yang penasaran seperti apa dan bagaimana hubungan Khilafah dengan Indonesia. Dan film dokumenter garapan bung Nico Pandawa dkk ini mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Pada pemutaran perdana, Kamis 20 Agustus 2020 lalu film inipun telah dinanti-nantikan oleh para netizen. Namun sayang, film tersebut sempat diblokir beberapa kali ditengah-tengah pemutarannya. Sebuah fakta sejarah yang menghadirkan bukti-bukti sejarah seperti dokumen-dokumen tertulis, benda-benda peninggalan sejarah Khilafah, dan keterangan dari para tokoh terpandang. Kecil sekali kemungkinan film ini untuk ditolak kebenarannya apalagi dituduh sebagai sebuah kebohongan. Film JKDN ini seolah membalik sejarah negeri ini yang telah bertahun-tahun diriwayatkan kepada anak-anak bangsa hingga turun temurun. Dan kebenaran pun terkuak.

Ketika sebuah kebenaran terungkap seharusnya diapresiasi dan dibela. Namun tidak demikian fakta yang ada dalam kehidupan yang diatur dengan sistem demokrasi kapitalisme. Sistem yang menjunjung tinggi asas manfaat. Sebuah kebenaran jika menguntungkan para kapital maka akan dibela karena mendatangkan manfaat baginya. Namun jika sebuah kebenaran tidak memberi keuntungan baginya, apalagi dianggap menjadi ancaman bagi posisinya, maka kebenaran ini akan dibungkam dengan cara apapun. Dari fakta ini terlihat bahwa sebenarnya tidak ada ruang bagi sebuah kejujuran dan kebenaran dalam kehidupan kapitalis. Yang ada hanyalah upaya menyelamatkan diri dan harta bagi para pemilik modal. Melalui tangan-tangan para penguasa yang telah terbeli, mereka menutup kebenaran sejarah. Kebebasan berpendapat yang menjadi salah satu pilar kehidupan kapitalis hanyalah slogan semata. Terbukti bahwa kebebasan berpendapat hanyalah untuk mereka yang sejalan dengan kepentingan para pemegang kapital. 

Islam sebagai sebuah ideologi yang menjunjung tinggi kebenaran tentu menjadi musuh bagi kapitalisme. Maka tak heran jika pembungkaman , ancaman, fitnah, bahkan penangkapan para aktifis kebenaran Islam sering terjadi. Namun hal itu tidaklah menyurutkan semangat para penyeru kebenaran. Justru tantangan yang ada menjadikan semangat. Karena cara - cara curang dan kasar semakin menunjukkan pihak mana yang benar dan pihak mana yang salah. Satu hal yang pasti, dan yang membuat para pejuang kebenaran tak pernah berhenti adalah adanya janji Allah bahwa Islamlah yang akan menguasai dunia.

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nuur: 55)
Previous Post Next Post