Khilafah : Peradaban Masa Depan

Oleh : Netty Susilowati, SPd  
(pengajar di Sekolah Tahfidz Plus Khoiru Ummah Malang)

Tak terasa, tahun 2019 tinggal menghitung hari. 2020 segera menjelang. Bagaimana kabar rakyat Indonesia?  Negara  dengan  jumlah mayoritas penduduknya muslim.  Mayoritas pejabat negaranya muslim.  Presidennya  muslim. Bahkan wakil presidennya  berasal  dari salah satu ormas muslim terbesar di Indonesia. 

Di negara yang mayoritas muslim dengan sumber daya alam yang melimpah ini, seluruh layanan publik menjadi sangat mahal. Kesehatan, dikelola oleh BPJS. Ditarik premi yang mencekik leher rakyat. Dikabarkan hadiah tahun baru 2020, premi BPJS akan naik sebesar 100%. 

Pangan, pasar bebas yang diadopsi negara memberikan peluang  swasta menguasai sektor pangan. Akibatnya sektor pangan tergantung dari impor. Tak ada subsidi bagi petani, yang ada pupuk mahal, harga hasil pertanian anjlok. Ironinya ditengah kondisi masyarakat yang kekurangan pangan, beras di bulog tertimbun hingga 20.000 ton membusuk. Pemerintah dengan gagahnya juga mengambil kebijakan memusnahnkan 10 juta telur konon katanya demi mendongkrak harga ayam yang anjlok. Apakah ini kebijakan pro rakyat?

Transportasi, telah dibangun tol diseluruh pelosok negeri. Hingga jarak bukan lagi masalah. Akses semakin mudah. Bagi seorang petinggi, waktu tak harus terbuang tanpa arti. Cukup mengusap kartu e-tol, perjalanan lancar tak sampai sehari. Tetapi, apakah semua rakyat turut menikmati? Atau hanya segelintir orang yang memiliki harta dan mobil pribadi? Untuk naik bis umum saja, ada banyak pilihan. Jika ingin nyaman, cepat, lewat tol harus berani merogoh kocek lebih dalam lagi. Mengapa? Karena  transportasi sekali lagi dikuasai oleh swasta. Bukan disediakan oleh pemerintah  sebagai pelayan umat.

Tarif Dasar Listrik dan air sebagai kebutuhan vital masyarakat juga mengalami kenaikan secara berkala.  Tahun 2020 ini pemerintah juga akan menaikkan TDL untuk golongan 900VA yang konon belum pernah naik mulai Juli 2015 hingga akhir tahun ini. 

Masih banyak persoalan negeri ini yang tak kunjung tuntas. Pendidikan yang semakin mahal, perumahan tak terjangkau, kemiskinan, kelaparan kronis, kebodohan dan kesesatan, pengangguran, penyakit sosial (kriminal, maksiyat), eksploitasi perempuan dengan dalih emansipasi, pemberdayaan ekonomi perempuan menjadi sederet  petaka yang siap menjadi bom waktu di negeri ini. 

Apalagi jika kita menengok pada dunia yang lebih luas. Apa kabar dunia muslim? Apa kabar khoiru ummah? 

Uighur terus membara.  Penindasan, penyiksaaan, pembunuhan pada umat muslim terus berlangsung. Di depan semua Negara yang terdiam melihat kebiadaban rezim Cina. Bahkan tak segan ada yang masih membela dan menyalahkan yang berempati dengan menggelar unjuk rasa. Mereka katakana itu sia-sia. Mereka katakan di Uighur baik-baik saja. Palestina, Khasmir, Suriah juga belum tuntas dan bisa hidup damai. Mereka terus terancam dan tertindas oleh segelintir Negara yang pongah dan rakus akan harta dunia.

Sudah saatnya kaum muslimin seluruh dunia membuka mata. Kondisi  kita hari ini bukan sebuah kebetulan belaka. Bukan takdir yang harus kita terima. Tetapi ini semua akibat ulah tangan kapitalisme yang mencengkeram dunia. Yang selalu menjadikan harta sebagai tujuannya. Dalam setiap kesempatan, mereka akan berpikir bagaimana bisa menguasai sumber daya alam ini sendirian saja. Tanpa peduli dengan sesama. Penguasa, pemerintah hanya sebagai kepanjangan tangan. Untuk memuluskan penguasaan mereka di negeri-negeri kaum muslimin yang kaya raya.

Kapitalisme dengan ide kebebasan memiliki harta (al huriyah milkiyah) membolehkan kekayaan alam berupa barang tambang, energi dan hutan dikuasai individu atau swasta. Kekayaan menumpuk pada kelompok kaya (kapitalis), pemilik modal, pengusaha dan pejabat pemegang konsesi tambang, tanah dan hutan.  Penguasa, Didukung oleh dana dari kaum kapitalis, dipilih oleh rakyat untuk menjalankan sistem kapitalisme. Penguasa membuat UU dan peraturan meliberalkan ekonomi.  Negara dalam sistem kapitalisme perannya amat minim, ekonomi diserahkan pada mekanisme pasar. Penerimaan Negara terbesar dari pajak.  Negara menjadi lemah.  Tidak memiliki cukup dana untuk menyejahterakan. Rakyat dibiarkan berjuang sendiri. Memenuhi kebutuhan pokok individu maupun bersama. 

Belum genap satu abad peradaban kapitalisme ini menguasai dunia, sudah  tampak kebobrokannya dimana-mana. Masalah semakin menumpuk.  Kesejahteraan tak kunjung datang. Bahkan ketenangan hidup tak didapatkan. Haruskah terus dipertahankan?

Khilafah : Peradaban Masa Depan 

(لقد كنا أذلة فأعزنا الله بالإسلام، فلو ابتغينا العزة في غير الإسلام لأذلنا الله) 
Kita dulu adalah kaum terhina, kemudian Allah muliakan dengan Islam. Jika kita berharap mulia dengan selain Islam, maka Allah akan hinakan kita (Umar bin Khattab) 

Cukuplah perkataan Amirul Mukminin Umar bin Khaththab ini menjadi tamparan keras bagi kita untuk segera kembali kepada syariatNya. Tidak cukupkah bukti  keberhasilan Islam dalam memimpin dunia hingga 13 abad lamanya? Tidak cukupkah sejarah mencatat keberhasilan sistem Islam dalam menyelesaikan seluruh persoalan manusia. Hidup sejahtera. Berdampingan meski berbeda agama suku ras dan warna kulitnya. Bersatu padu dalam suasana hidup saling tolong menolong, akhlaqul karimah. Dan menjadi Khoiru Ummah. Dalam naungan Khilafah Rasyidah ala Minhajin Nubuwah.

Hari ini, geliat umat menuju tegaknya kembali khilafah semakin tak terbendung. Upaya melemahkan perjuangan, mengintimidasi, mempersekusi tak mempan dan akan lapuk oleh jaman. Sejarah akan mencatat kembali, kelak di kemudian hari, khilafah pasti kan tegak lagi. Sesuai dengan janji Illahi. Dan kesejahteraan hidup bukan sekedar mimpi.

قال تعالى: ﴿ وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَىٰ آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ﴾ 
الأعراف : 96 
Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan  perbuatannya. (QS Al A’raf : 96).

Post a Comment

Previous Post Next Post