Teriak NKRI, Tapi Hobi Korupsi



Oleh: Subaidah
(Anggota Akademi Menulis Kreatif)

Manusia hidup butuh aturan dan sudah pasti aturan yang akan membawa kemaslahatan adalah aturan yang di tetapkan oleh Allah SWT. Karena Allah lebih tahu apa yang dibutuhkan oleh manusia yang lemah dan sifatnya terbatas ini. Akan tetapi, sebaliknya. Jika dalam kehidupan ini manusia membuat dan menggunakan aturan yang dibuat oleh manusia itu sendiri, maka sudah bisa dipastikan orientasinya adalah keuntungan yang sifatnya pribadi atau kelompok.

Hal itulah yang menimpa negeri ini, kasus korupsi yang semakin marak. Akibat tidak adanya hukuman yang tegas dan mendatangkan efek jera. Maka korupsi semakin menggurita. Entah sampai kapan kejadian yang sama terulang dan terus terjadi. Padahal mayoritas kondisi rakyat Indonesia masih serba kekurangan. Akan tetapi banyak para pejabat menggunakan jabatannya untuk memperkaya diri.

Korupsi, itulah yang selalu mewarnai perilaku para pejabat di negeri ini. Seperti yang terjadi baru-baru ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan status tersangka kepada Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi serta asisten pribadinya Miftahul Ulum atas kasus suap dana hibah KONI. (wartaekonomi.co.id/28/9/2019)

Seakan tidak menjadi pembelajaran, kian hari kasus korupsi makin marak terjadi. Sebelumnya KPK sudah menetapkan Ketua Umum PPP, Romahurmuziy, sebagai tersangka kasus dugaan suap jabatan di Kementrian Agama. (www.bbc.com/16/3/2019)

Ongkos politik yang mahal serta gaya hidup yang serba konsumtif ditambah agama tidak boleh ikut campur dalam urusan pribadi, masyarakat dan bernegara. Maka besar kemungkinan menjadikan para pejabat menyalahgunakan jabatannya untuk ajang memperkaya diri.

Sekularisme telah menjadikan manusia menolak untuk diatur dengan aturan Allah, mereka merasa lebih mampu mengatur seluruh kehidupannya. Dan yang lebih parah lagi, mereka berdalih "saya pancasila, saya NKRI". Lalu mereka dengan lantang menyuarakan penentangan dan berada di barisan paling depan menolak hukum-hukum Allah serta mengkriminalisasi ajaran-ajaran Islam (khilafah).

Mereka yang menolak aturan Allah untuk diterapkan di negeri ini adalah yang takut kepentingan diri dan kelompoknya terusik. Mereka takut tidak lagi bisa memperkaya diri serta mudah menguasai aset-aset negara. Padahal sudah terbukti meraka yang nyaring menolak aturan-aturan Allah, bernasib tragis. Mendekam dibalik jeruji besi. Dengan nama baru, narapidana.

Islam bukanlah sebuah ancaman. Risalah Islam yang diturunkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril semata-mata untuk menebar rahmat ke seluruh penjuru alam. Jika Islam adalah rahmat maka hal ini akan diraih dengan tegaknya syariat. Islam dan umat Islam bukanlah ancaman bagi Indonesia. Justru Islam adalah solusi untuk seluruh permasalahan yang terjadi di negeri ini. 

Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tidaklah kami utus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (QS. Al-Anbiya (21): 107).

Justru demokrasi sekuler yang diadopsi dari kapitalis barat adalah pangkal kerusakan di negeri ini. Sistem demokrasi kapitalis menjadikan manusia tamak, memperkaya diri, bahkan mereka tidak segan-segan menolak seruan Allah untuk berhukum secara menyeluruh semata-mata hanya kepada aturan Allah Swt.
Dan balasan bagi para penentang-Nya adalah akan ditimpakan kepada mereka kehidupan yang sempit, terenggut kebebasannya dan meringkuk di balik jeruji besi. 

Besar kemungkinan kasus Imam Nahrawi dan Romahurmuziy bukanlah akhir dari sederet kasus korupsi. Akan ada imam-imam nahrawi berikutnya yang sedang menunggu antrian, tertangkap dengan tuduhan menilap uang rakyat.

Sudah sangat jelas bahwa sistem demokrasi sekuler, yang dibangun atas landasan kapitalis sangat nyata menjauhkan peran agama dalam mengatur manusia. Islam tidak lagi ada untuk mengatur kehidupan. Dan hal ini membawa petaka bagi manusia. Lahirlah para pejabat korup, pemimpin yang tidak adil dan amanah, serta kaum muslimin dan ulama yang menjadi sasaran kriminalisasi karena berjuang menyampaikan ajaran Islam.

Maka, sudah saatnya kita memutuskan, berdiri di barisan manakah kita ini? Para pejuang kebenaran yang tidak pernah lelah menyampaikan kebenaran yang Allah Swt janjikan pahala dan jaminan masuk Surga atau orang-orang yang menentang seruan Allah dengan berlindung atas nama pancasila dan NKRI padahal perilakunya jauh dari nilai-nilai pancasila dan berakhir dengan mendekam di dalam penjara.

Bagaimanapun upaya mereka menjegal perjuangan Islam, akan tetapi Islam akan tetap kembali jaya sebagaimana sabda Rasulullah Saw:

ثُمَّ تَكُوْنُ خِلآفَةً عَلَى مِنْهَاجِ 
النُّبُوَّةِ ، 

"Kemudian akan terulang kembali periode khilafah ‘ala minhaj nubuwwah” 
(HR Ahmad).

Wallaahu a'lam bis showab

Post a Comment

Previous Post Next Post