MEMBENTENGI AQIDAH UMAT DARI BAHAYA ISLAM MODERAT

Oleh : Yusseva, S.Farm

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Selasa (22/10/2019), mengadakan peringatan Hari Santri Nasional 2019 di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ). Acara ini diisi dengan pidato kebudayaan Ketua Umum PBNU K.H. Said Aqil Siroj. Tema besarnya adalah "NU dan Indonesia: Kiblat Islam Moderat Dunia". https://tirto.id/ekb8

Harus diakui, kekuatan Indonesia ada pada Islam dan kaum Muslim. Maka, cara yang paling mudah menguasai Indonesia adalah dengan terus-menerus melemahkan kekuatan Islam dan kaum Muslim. Mulai dari membenturkan Islam dengan Pancasila. Setelah itu, Islam dipaksa melepaskan identitas budaya, politik, ekonomi, dan lain-lain. Dengan satu tujuan, agar Islam ditinggalkan oleh umatnya. Setelah umatnya meninggalkan Islam, saat itulah umat Islam akan lemah karena tidak mempunyai daya tahan saat menghadapi serangan masif yang sengaja dilakukan penjajah untuk merampok kekayaan negeri mereka.

Islam Moderat, Islam Model Barat
Islam moderat selama ini diartikan sebagai Islam jalan tengah, Islam yang lebih toleran, Islam yang tidak "kaku". Istilah Islam moderat sendiri selalu di-lawan kata-kan dengan Islam radikal atau Islam fundamental yakni Islam yang "kaku" yang cenderung tak mau menerima perbedaan alias intoleran. Kaum muslimin pada dasarnya tak pernah mengenal istilah-istilah itu. Istilah-istilah tadi tidak lain dibuat sedemikian rupa oleh barat untuk melemahkan genggaman umat Islam terhadap akidahnya, selain itu juga digunakan untuk mengkotak-kotak elemen umat Islam agar terjadi perpecahan yang lebih kecil lagi di antara mereka.

Istilah Islam Moderat adalah salah satu cara yang digunakan Barat untuk mencegah bangkitnya Islam, memecah belah dunia Islam dan melanggengkan penjajahan Barat atas Dunia Islam. Siapa saja yang mau menerima dan mengakomodasi kepentingan penjajahan Barat akan disebut Muslim moderat. Mereka akan diberikan ‘carrot’, dipuji habis-habisan dan dipromosikan. Sementara siapa saja yang bertentangan dengan hal itu akan disebut Muslim radikal dan teroris. Mereka mendapatkan ‘stick’, artinya legal diperangi dengan cara apapun. 

Islam hakikatnya satu. Tidak ada Islam Radikal, Islam Kultural, Islam Moderat, atau Islam Liberal sebagaimana yang dinyatakan oleh RC (Rand Corporation), Angkatan Udara Amerika Serikat. Rand Corporation dalam “Building Moderate Muslim Networks” menjelaskan karakter Islam moderat, yakni mendukung demokrasi, pengakuan terhadap HAM (termasuk kesetaraan jender dan kebebasan beragama), menghormati sumber hukum yang non sekterian, dan menentang terorisme.

Dalam ukuran yang lebih detil, Robert Spencer – analis Islam terkemuka di AS – menyebut kriteria seseorang yang dianggap sebagai muslim moderat antara lain: menolak pemberlakuan hukum Islam kepada non muslim; meninggalkan keinginan untuk menggantikan konstitusi dengan hukum Islam; menolak supremasi Islam atas agama lain; menolak aturan bahwa seorang muslim yang beralih pada agama lain (murtad) harus dibunuh; mendorong kaum muslim untuk menghilangkan larangan nikah beda agama dan lain-lain.

Jadi sangat jelas bahwa gagasan Islam moderat ini digunakan untuk memberikan doktrin Islam model Barat yang ditanamkan pada benak generasi umat Islam. Dengan gagasan ini Barat  berharap umat Islam akan terjebak pada ide mereka yang jahat itu serta mampu melanggengkan penjajahan mereka di dunia Islam. Masih bangga dengan Islam moderat? Jangan!

Kembali kepada Kemurnian Islam
Sebagai seorang muslim sejati kita dituntut untuk senantiasa menggenggam erat akidah Islam serta selalu memurnikannya, jangan sampai akidah itu ternodai oleh ide-ide kotor yang bisa merusak kesuciannya. Dalam Islam, seorang muslim senantiasa dituntut untuk mampu memenuhi segala kewajiban yang telah ditetapkan, apabila kewajiban itu belum mampu terlaksana ia akan berupaya sekuat tenaga untuk melaksanakan dan mewujudkan kewajiban itu. Sebaliknya, apabila hal-hal yang bertentangan dengan keyakinannya (akidah Islam) merajalela di depan matanya, ia akan berupaya dengan segala kemampuan untuk menumpasnya. Ini adalah wujud ketakwaan.

Al Quran menjelaskan, "Wahai orang-orang yang beriman, masuklah kalian kepada Islam secara kaffah (menyeluruh), dan janganlah kalian mengikuti jejak-jejak syaithan karena sesungguhnya syaithan adalah musuh besar bagi kalian.” [Al-Baqarah : 208]. Jadi, setiap muslim wajib masuk Islam secara menyeluruh, maksudnya tak boleh setengah-setengah. Apalagi kemudian mencampur ajaran-ajaran Islam dengan ide-ide asing. Dalam perkara ini umat Islam dituntut secara mutlak, mereka harus merujuk pada Islam baik dalam urusan ibadah, akhlak, muamalah, sosial, politik, ekonomi, pendidikan, bahkan urusan kenegaraan pun wajib disandarkan pada Islam semata. Tak boleh ada kompromi dalam asas ini. Islam saja yang wajib menjadi asas dalam melakukan segala aktivitas. Ini konsekuensi wajar bagi setiap orang yang mendeklarasikan dirinya sebagai seorang muslim.

Termasuk juga tidak pantas sama sekali seorang muslim menerima Islam demokratis. Sesungguhnya keduanya, yakni antara Islam dan demokrasi, memiliki landasan pemikiran yang sangat berbeda dan bertolak belakang. Demokrasi menunjung prinsip kedaulatan di tangan rakyat (as-siyadah lis-sya’bi). Artinya, yang menentukan benar dan salah, atau halal dan haram, adalah manusia berdasar prinsip suara mayoritas. Sementara Islam menyerahkan kedaulatan kepada Allah SWT (as-siyadah lis-syar’i). Sumber hukum dalam Islam adalah Al Qur’an dan as Sunnah dan apa yang ditujuk oleh keduanya, bukanlah kehendak manusia, para penguasa, atau nafsu kelompok yang berkuasa,  sebab hal itu termasuk bagian dari syirik, na’udzubillah.

Saat ini kita sebagai muslim telah berada dalam jebakan barat untuk memperdaya kita dengan berbagai gagasan dan doktrin mereka. Barat akan terus melakukan segala cara untuk melemahkan akidah kita, memecah persatuan kita, dan membendung kebangkitan Islam. Allah SWT juga sudah mengingatkan dalam QS Al Baqarah ayat 120 bahwa musuh Islam akan senantiasa berusaha untuk mengalahkan Islam.. Kita harus terus jeli dan cermat akan tipu daya mereka. Selanjutnya, kita wajib memenuhi benak kita dengan kemurnian ajaran-ajaran Islam. Dengan memurnikannya kita akan mampu membedakan mana konsep Islam yang bersumber dari wahyu Allah dan mana yang dibuat-buat oleh barat untuk melemahkan kita.

Lebih dari itu yang terpenting adalah menghapus domimasi peradaban mereka yang terwujud melalui penerapan sistem kapitalisme demokrasi yang berasaskan sekularisme. Kemudian kita bangun peradaban baru yang lebih mulia, peradaban yang dilandaskan dari kemurnian ajaran Islam. Peradaban Islam yang murni itu hanya akan terwujud dalam bingkain Daulah Khilafah Islamiyah. Dengan ini barat tak akan pernah mampu lagi untuk mencemari nilai-nilai Islam. Selanjutnya rahmat Islam akan mengayomi seluruh dunia. Dunia akan kembali cerah setelah suramnya yang diakibatkan merajalelanya kekufuran ide dan sistem yang diterapkan sebelumnya. Wallahu ‘alam bisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post