Tugu Jong Sumatranen Bond Tugu Peringatan Tertua Kota Padang

 Penulis : Kapten CPM KGP Arifin BA
Pasi Hartib Denpom I/4 Padang
BERAWAL pada tanggal 7 Maret 1915 di Gedung Pertemuan Budi Utomo STOVIA (School Tot Opleiding Van Indische Artsen) Jakarta yang sekarang Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia berkumpul pemuda-pemuda untuk musyawarah dan sepakat mendirikan organisasi pemuda atas dasar kecintaan pada Tanah Airnya.

Hal itu kemudian ditindak lanjuti oleh pemuda-pemuda kedaerahan.Dan pada hari Minggu,tanggal 9 Desember 1917 pemuda-pemuda Sumatera yang berada di Jakarta mendirikan Jong Sumatranen Bond (JSB) di Gedung Volkslectuur Weltevreden Batavia (Sekarang menjadi Gedung Balai Pustaka Jakarta) dengan jumlah anggota sebanyak 100 Orang dan pada Tahun 1918 jumlah anggota Jong Sumatranen Bond (JSB) meningkat menjadi 500 Orang yang tergabung dalam Afdeeling (cabang) Perhimpunan yaitu Jakarta, Bandung, Bogor, Serang, Sukabumi, Purworejo, Padang dan Bukit Tinggi.

Pada Rapat Tahunan pertama Jong Sumatranen Bond (JSB) yang diselenggarakan pada tanggal 26 Januari 1919 di di Gedung Volkslectuur Weltevreden Batavia,Tengku Mansyur terpilih menjadi Ketua dan Mohammad Amir sebagai Wakil Ketua.Kemudian Jong Sumatranen Bond (JSB) Jakarta  menugaskan Nazir Datuk Pamuntjak yang berasal dari Selayo Sumatera Barat untuk mendirikan Cabang Jong Sumatranen Bond (JSB) di Padang dan Bukit Tinggi.Untuk melancarkan tugas yang diemban maka Nazir Datuk Pamuntjak menjumpai Tokoh Kharismatik di Kota Padang pada saat itu yaitu  Muhammad Taher Marah Sutan dan Syekh DR.Haji Abdullah Ahmad (Pendiri HIS Adabiah) untuk meminta dukungan serta mengumpulkan  pemuda dan pelajar di Gedung Sekretaris Sjarikat Oesaha.

Maka pada Bulan Januari 1918 Jong Sumatranen Bond (JSB)  Cabang Kota Padang resmi terbentuk yang kemudian mengadakan Kongres-1 pada tanggal 4-6 Juli 1919 di Lapangan Fancy Fair milik Sekretaris Sarekat Oesaha yang dihadiri oleh Mohammad Amir sebagai Wakil Ketua untuk mewakili Tengku Mansur (Ketua) yang tidak bisa hadir karena sedang hadapi ujian sekolah di Stovia,kemudian Anas sebagai Sekertaris-1,Bahder Djohan sebagai Sekertaris-2 dan Marzuki sebagai Bendahara.

Setelah itu dilanjutkan Peresmian Tugu Peringatan yang diatas tugu itu ditulis dalam Bahasa Belanda “Ter Herinnering aan het 1 ste Congres van de Jong Sumatranen Bond 1919”.Inilah satu-satunya Tugu Peringatan Tertua di Kota Padang yang didirikan oleh bangsa Sendiri dengan Uang Sendiri.

Tugu tersebut dibangun di sebelah selatan Oranje Hotel (sekarang bernama Grand Inna Muara).Pada saat peresmian dihadiri oleh mantan Tuanku Panglima Regent Padang Marah Oejoeb gelar Maharaja Besar,Syekh DR H.Haji Abdullah Ahmad dan Asisten Residen Ahrend.

Bagaimana Sekarang 
Tugu Jong Sumatranen Bond sampai dengan Penulis membuat tulisan ini masih tetap kokoh dan tegak berdiri, yaitu di tengah pertigaan jalan, di seberang Hotel Grand Inna Muara (dulu bernama Hotel Oranje), di ujung Taman Melati. Dilihat dari jauh masih seperti dulu-dulu juga. Barangkali bagi sopir-sopir menganggap tugu ini sama saja seperti banyak tugu lain di simpang-simpang jalan kota Padang. Dipastikan pula banyak anggota masyarakat teristimewa kaum mudanya, tidak tahu akan tugu apakah itu.Padahal dahulu hampir setiap kejadian penting yang berkaitan dengan pergerakan bangsa ini, teristimewa di kota Padang, para pemuda meluangkan waktu berkumpul di tugu tersebut. Bahkan Bung Hatta ketika baru pulang dari Negeri Belanda,selalu  menyempatkan diri berkunjung ke Tugu tersebut.

Apakah tugu bersejarah itu akan dibiarkan begitu saja? Jawabnya tentu saja  tidak! Karena itu melalui tulisan singkat ini penulis menghimbau siapa saja yang peduli, menyingsingkan lengan baju menganggunkan tugu itu kembali. Mudah-mudahan.

Bangsa  yang  besar adalah Bangsa yang tidak melupakan Sejarah
Dibaca
Previous Post Next Post