Oleh: Zuliyama, S.Pd.
(Relawan Opini)
Telah diketahui bahwa saat ini aturan-aturan agama hanyalah sebuah teori yang disimpan dan hanya menjadi bahan bacaan belaka. Pemisahan aturan agama ini ialah sekularisme yang begitu dijunjung tinggi masyarakat kini karena digantikan dengan aturan manusia/lembaga yang mewakili rakyat dan membuat aturan untuk mensejahterakan rakyat tentunya. Namun, benarkah demikian?
Dilansir dari Heradl.id(30/12/2024), telah terjadi insiden penikaman di Jalan Sultan Qaimuddin, Kelurahan Baruga, Kendari, Sulawesi Tenggara oleh seorang mahasiswa berinisial S (21) terhadap korban MAS (18). Hal ini bermula dari adanya perdebatan dalam Kongres Senat Mahasiswa (SEMA) IAIN Kendari hingga saling dorong antar mahasiswa dan berujung ricuh. Pelaku sendiri mengaku bahwa tindakannya tersebut merupaan bentuk pembelaan diri setelah dikeroyok oleh beberapa mahasiswa. Pada kondisi demikian, pelaku pun akhirnya spontan mengeluarkan badik yang dimiliknya dan menyerang secara membabi buta.
Penyebab maraknya tindakan kriminal
Banyaknya tindakan kriminal yang terjadi membuat kita sering kali merasa was-was terhadap apa yang akan menimpa diri kita. Tindakan ini pun menimpa berbagai kalangan baik anak-anak, orang tua maupun lansia dengan pelaku yang berasal dari luar bahkan sampai orang tua sendiri. Lantas, apa sebenarnya penyebab terjadinya tindakan kriminal ini?
Terjadinya tindakan kriminal dapat dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu apa yang yang ada dalam pikiran kita atau bagaimana cara kita memandang suatu kehidupan. Sering kali pelaku kejahatan adalah orang-orang yang menganggap bahwa perilaku kejahatan adalah suatu hal yang biasa dan bukan merupakan perilaku keji. Ditambah lagi, ketiadaan aturan dan pemahaman agama dalam dirinya akan membuat ia menjadi berperilaku di luar batas dan beranggapan hanya mendapatkan balasan yang kecil akibat dari perbuatannya, semisal koruptor 2,71 triliun yang hanya dipenjara 6,5 tahun itu.
Faktor selanjutnya yaitu faktor eksternal. Faktor ini bisa berupa lingkungan buruk yang sering memakai kekerasan sebagai solusi atas suatu masalah. Pelaku pun mau tak mau harus turut berlaku kekerasan agar bisa bertahan dan tak menjadi korban dalam lingkungan yang toksik ini. Selain itu ada juga dorongan dari tontonan-tontonan yang disuguhkan dari berbagai media yang kadang menampilkan memukaunya seseorang yang melakukan kekerasan.
Sekularisme Tak Mampu Memberikan Keamanan
Sayangnya, faktor-faktor tersebut tidak bisa dihindari jika kita tetap berpegang pada sekularisme. Dalam sistem ini, kejahatan memang juga sebuah kejahatan. Namun, kebebasan individu yang begitu diagungkan kerap kali memicu berbagai tindak kejahatan. Lihat saja para remaja bebas berpacaran dan malah didukung dan dibiarkan oleh masyarakat. dalam lingkup negara pun membiarkan banyaknya media menyebarkan konten yang seolah mendukung pacaaran. Padahal, tindakan ini lambat laun merambat pada terjadinya hamil di luar nikah, aborsi hingga banyaknya kasus penganiayaan dan pembunuhan jika si perempuan tidak mengugurukan kandungannya. Di tambah lagi, aturan-aturanya pun sering kali membuat bingung dan tak menjadian pelaku jera. Sebut saja warga kecil yang berlaku kejahatan diberi hukuman berat, sementara pelaku berduit diberi hukuman ringan.
Hanya Islam Solusi Agar Tercipta Kedamaian
Tak heran Islam dikatakan sebagai agama sempurna dan paripurna. Bagaimana tidak, Islam tidak hanya mengatur perkara individu saja, tapi juga mengatur sampai ke ranah negara. Dalam Islam, terdapat tiga aspek yang akan diperhatikan dan tidak boleh diabaikan. Tiga aspek tersebut ialah aspek individu, masyarakat dan negara.
Dalam aspek individu, setiap orang akan diberikan pemahanan tentang aqidah Islam. Hal ini akan diajarkan baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah. Alhasil, mereka akan senantiasa melakukan suatu perbuatan berdasarkan apakah Allah ‘azza wa jalla menginginkannya atau tidak dan bukan atas kehendak pribadinya semisal berlaku kriminal.
Dalam aspek masyarakat, warga dalam naungan Islam ini akan senantiasa beramar makruf nahi munkar. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran:104 yang artinya: Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat yang makruf) dan mencegah dari yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung. Maka pada saat ada hal-hal melanggar syariat, masyarakat tidak akan berlaku abai dan acuh sebagaimana yang biasa terjadi kini.
Selanjutnya dalam aspek negara, aturan-aturan yang diterapkan adalah aturan yang bersumber dari pencipta manusia sehingga tidak akan sesuka hati dirubah oleh manusia dan pelaku mendapat hukuman yang benar-benar menjerakan. Aturan yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas pun tak akan ditemukan dalam sistem Islam ini. Media-media tak senonoh pun akan dihilangkan dan diberi hukuman berat jika ada yang berani memproduksinya kembali. Ditambah lagi, keimanan yang mengakar kuat pada diri pemimpin akan menjadikan mereka benar-benar mengurusi rakyatnya bukan demi kepentingan belaka. Hal ini sebagaimana tugas penguasa/negara sesuai sabda Rasulullah: “Imam yang diangkat untuk memimpin manusia itu laksana penggembala dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Al-Bukhari).
Maka dari pernyataan diatas dapat kita simpulkan bahwa tak akan kita dapatkan keamanan dalam sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Sebaliknya, dengan memakai aturan Islam lah satu-satunya solusi agar keamanan tersebut bisa kita raih. Wallahua’lam bissawab
COMMENTS