Oleh: Kiki Ariyanti
Generasi muda mempunyai peranan penting dalam sebuah negara. Mereka adalah harapan bangsa. Dimana para pemuda dapat membawa perubahan di tengah masyarakat. Namun sayang generasi saat ini terjerat oleh gaya hidup. Melihat realita yang ada, mereka sangatlah memprihatinkan.
Seperti halnya yang dilansir dari Kumparan.com (12/9/2024), kebanyakan generasi sekarang terjerat oleh fenomena gaya hidup Fear of missing out (FOMO). FOMO telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z. Dengan kehadiran teknologi digital, terutama media sosial, kecenderungan untuk merasa tertinggal atau tidak terlibat dalam kegiatan yang dianggap penting menjadi semakin nyata. Dari perspektif komunikasi, FOMO mencerminkan dampak besar interaksi berbasis teknologi terhadap psikologi dan perilaku komunikasi individu, terutama di kalangan remaja dan dewasa muda.
Dalam konteks komunikasi, media sosial tidak hanya menjadi alat untuk berkomunikasi, tetapi juga platform di mana identitas, status sosial, dan pengalaman dibentuk dan ditampilkan. Gen Z, yang tumbuh bersama perkembangan media sosial, sering kali merasa tertekan untuk terus mengikuti tren dan perkembangan terkini yang terlihat di media. Berita, cerita, dan konten dari teman atau selebriti menciptakan tekanan tersendiri untuk selalu berada dalam lingkaran informasi. Jika tidak, mereka merasa tertinggal dan terisolasi, memicu FOMO.
Selain itu dilansir dari Kompas.com (11/10/2024). Tingkat adopsi layanan financial technology (fintech) oleh kalangan muda, milenial (kelahiran 1981 sampai 1996) dan generasi Z (kelahiran 1997 sampai 2012), terus meningkat. Berdasarkan laporan Lokadata.id, sebanyak 78 persen masyarakat generasi milenial dan gen Z telah menggunakan aplikasi fintech setiap harinya, termasuk dompet digital, layanan pinjaman, dan pembayaran digital.
Namun, tingginya adopsi tersebut berpotensi menimbulkan kerugian bagi generasi muda jika tidak dibarengi dengan literasi keuangan yang baik.
Semua ini terjadi dikarenakan gaya hidup anak muda yang cenderung takut merasa tertinggal (FOMO).
Memang zaman sekarang di era digital atau era media sosial, banyak orang yang takut akan hidupnya yang ketinggalan zaman terutama bagi anak muda. Mereka kebanyakan hidup meniru gaya orang lain. Apalagi gaya yang sedang tren atau viral. Mereka tidak hidup apa adanya sesuai apa yang mereka butuhkan. Melainkan mereka hidup mengikuti arus walau tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan.
Itulah yang menyebabkan generasi muda kehilangan arah. Hidup mereka jadi tidak tenang bahkan bisa menjadi kehilangan makna. Hal ini karena fenomena FOMO yang telah menjadi salah satu tren signifikan di kalangan generasi Z.
Dengan melihat kejadiaan ini, akar munculnya gaya hidup FOMO disebabkan karena penerapan sistem liberal kapitalisme demokrasi. Sistem rusak ini mengakibatkan gen Z bergaya hidup bebas, hedonistik dan konsumerisme. Semua kesenangan sesaat mendominasi dan menjadi prioritas utama.
Perilaku dan eksistensi diri mereka, menunjukkan betapa rendahnya pola pikir dan pola sikap pemuda di sistem kapitalisme saat ini. Sistem kehidupan sekuler liberal membuat generasi muda memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya agama sudah tidak lagi dijadikan pedoman dalam berfikir dan bertingkah laku.
Para generasi muda sudah tidak peduli dengan halal haram. Mereka berjalan selalu mengikuti hawa nafsunya. Kehidupannya di sibukkan untuk mengejar popularitas, kesenangan dan nilai-nilai materialistik lainnya.
Akibatnya terjadi pengabaian potensi gen Z untuk berprestasi dan berkarya yang lebih baik, juga menghalangi potensinya sebagai agen perubahan menuju kebaikan. Apalagi Regulasi dalam sistem hari ini tidak memberikan perlindungan bagi gen Z, namun justru menjerumuskan gen Z pada lingkaran materiaslistik melalui sosial media yang menciptakan gaya hidup FOMO.
Berbeda jika dalam Islam. Islam memandang pemuda memiliki potensi luar biasa dan kekuatan yang dibutuhkan umat terlebih sebagai agen perubahan menuju kebangkitan Islam.
Islam memerintahkan kepada semua pihak baik itu dari keluarga, masyarakat dan negara bertanggung jawab untuk mendidik dengan cara mengontrol dan memberikan pendidikan Islam kepada para pemuda agar menjadi pemuda berkualitas, berkepribadian Islam yang bermanfaat untuk umat.
Maka dari itu Islam memiliki sistem terbaik untuk melejitkan potensi gen Z, mengarahkan hidupnya sesuai dengan tujuan penciptaan dan mempersembahkan karya terbaik untuk umat dan Islam. Potensi ini dibutuhkan untuk membangun Kembali peradaban gemilang yang pernah dicapai umat Islam pada masa lalu dalam naungan Khilafah Islamiah. Dan jalan satu-satunya yaitu dengan mewujudkan kembali sistem Islam kaffah dalam kehidupan. Wallahu a’lam bishshawab
COMMENTS