Oleh: Umul Bariyah
(Aktivis Muslimah)
Lagi lagi kasus perundungan makin merebak di kalangan anak muda. Tak jarang kita mendapati berbagai berita menyangkut perundungan di media sosial yang membuat kita miris dan mengelus dada. Terlintas dalam benak, sebegitu tak ada akhlaknya kah anak-anak muda jaman sekarang? Sampai bisa melakukan kekerasan yang tidak pernah orang dewasa bayangkan sebelumnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyatakan berdasarkan hasil Asesmen Nasional pada 2022, terdapat 36,31 persen atau satu dari tiga peserta didik (siswa) di Indonesia berpotensi mengalami bullying atau perundungan.
“Kasus perundungan maupun kekerasan lainnya yang terjadi di sekolah sudah sangat memprihatinkan,” kata Kepala Pusat Penguatan Karakter (Puspeka) Kemendikbudristek, Rusprita Putri Utami dalam keterangan di Jakarta, Jumat (20/10/2023).
Tak bisa kita pungkiri, hari ini kita berada dalam kungkungan sistem sekularisme yang memisahkan agama dalam kehidupan sehari hari. Agama hanya dijadikan sebagai ritual ibadah harian. Agama hanya berada pada ranah pribadi yang tidak boleh dicampuri oleh siapapun. Padahal dalam agama, terutama agama Islam yang mulia, banyak sekali mengajarkan adab pertemanan yang baik. Bahkan Rasulullah memberikan teladan, tentang suatu hubungan persaudaraan yang selayaknya saudara kandung dengan para sahabat.
Namun, di jaman now saat ini melakukakan penghinaan, pelecehan, mengolok ngolok, berkata kasar dan jorok merupakan hal yang biasa di dalam pertemanan. Semua itu bisa berujung pada perundungan dan kekerasan fisik. Mereka tak pernah paham bahwa semua apa yang kita lakukan ada pertanggungjawabannya kelak di yaumil akhir.
Pelaku perundungan terkadang tak begitu memperdulikan perasaan dan mental korban. Mereka malah mencari teman untuk semakin membully korbannya. Semakin tersakiti dan menyedihkan keadaan korban, membuat pelaku merasa puas dan semakin menjadi jadi melakukannya. Dan anehnya itu menjadi tontonan yang mengasyikkan.
Entah apa yang ada di benak pelaku hingga begitu tega dan tak ada rasa bersalah ketika melihat korban semakin terpuruk. Inilah gambaran sebagian anak muda jaman sekarang. Yang kuat dan berharta semakin semena mena. Tak ada rasa takut pada apapun walau itu dengan Tuhannya sendiri. Inilah buah dari sekularisme. Akidah yang lurus hanya isapan jempol belaka.
Liberalisme, yaitu paham yang menganut kebebasan juga memicu terjadinya perundungan. Anak muda jaman sekarang merasa punya kebebasan atas dirinya. Mereka bebas berekspresi dan bebas melakukan sesuatu. Termasuk bebas melakukan perundungan pada jiwa yang berada dibawahnya. Dibawahnya maksudnya adalah keadaan ekonominya, standar sosialnya, bentuk fisiknya dan lain sebagainya. Mereka merasa punya power untuk melakukan apapun.
Jangan lupakan juga tentang tontonan anak muda jaman sekarang. Mereka bebas mengakses di gadget tontonan yang berbau kekerasan, penindasan disertai kata kata yang kasar bahkan jorok. Mulai dari game online sampai film. Tak heran kalau apa yang mereka tonton dan mereka dengar, mereka aplikasikan dalam pergaulan sehari hari. Ditambah tak ada peran orang tua yang mengawasi.
Sistem kapitalis juga membuat peran orang tua sebagai pengawas, pemelihara, pengayom dan pengasuhan tak berfungsi sebagaimana mestinya. Pengasuhan terhadap anak diberikan kepada asisten rumah tangga yang tak jarang berpendidikan rendah dan tak kuasa membantah anak majikannya. Orang tua disibukan dengan pekerjaan di luar. Peran ibu sebagai madarasah pertama buat anak semakin memudar, karena ibupun kadang berganti peran menjadi tulang punggung pencari nafkah.
Di dalam Islam, keluarga adalah pondasi utama untuk membentuk karakter seseorang. Sedari kecil, seorang ibu yang menjadi madarasah pertama buat putra putrinya mengajarkan tentang pola pikir Islam. Diajarkan tentang ketakwaan kepada Allah bahwa manusia hanyalah seorang hamba. Dengan pengawasan ayah sebagai nahkoda rumah tangga berkontribusi mendidik anak anak untuk memahamkan pola pikir Islam hingga anak menjadi berkpribadian Islam sejak dini.
Dalam Sistem Islam Peran masyarakat juga amat dibutuhkan. Setelah keluarga membentuk anak menjadi kepribadian Islam, sesama warga saling mengingatkan untuk amar ma'ruf nahi mungkar.
Yang tak kalah pentingnya dari peran keluarga dan masyarakat, tentu peran dari negara. Negara harus berkontribusi secara masif untuk menciptakan masyarakat Islam yang menyeluruh. Negara berhak menyetop tontonan yang berbau kekerasan. Menutup akses akses game yang memicu terjadinya kekerasan.
Rasulullah bersabda, ”Salah seorang di antara kamu sekalian tidaklah sempurna imannya sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR Bukhari dan Muslim).
Wallahu'alam bi shawab.