Perang Palestina-Israel terus berlanjut. Korban berjatuhan dikedua belah pihak, banyak umat manusia diberbagai bangsa menyerukan perang dan mengecam Israel.
Pegiat kemanusian Indonesia menyatakan Israel selalu melanggar hukum Internasional dan berbagai perjanjian yang telah ditandatangani. Oleh kerena itu perlawanan bersenjata kini menjadi satu-satunya cara menghadapi Israel.
Menanggapi perkembangan situasi di Gaza, pegiat kemanusian asal Indonesia yang tinggal dijalur Gaza, Abdillah Onim, dalam sebuah diskusi secara virtual pada jum'at (13/10) menjelaskan bagaimana Israel melanggar hukum Internasional dan berbagai perjanjian yang telah ditandatangani. Israel bahkan terus memperluas wilayahnya dan sekarang sudah menguasai lebih dari 80 persen wilayah Israel, tambah Onim, terus membangun pemukiman Yahudi ditepi Barat.
Israel, dibantu Mesir, pada 2006 memblokir jalur Gaza setelah HAMAS memenangkan pemilu dan menguasai wilayah itu. Israel mengatakan pemblokiran itu dapat dijastifikasi kerena kebutuhan pokok dapat saja digunakan untuk membeli persenjataan.
Israel terus membangun pemukiman Yahudi ditepi Barat yang sebenarnya melanggar hukum Internasional, namun dunia tampaknya membutakan mata, tambah Onim.
Satu-sarunya cara yang mereka (para pejuang Palestina) memiliki adalah menagangkat senjata untuk melakukan perlawanan dengan diplomasi tidak didengar, dengan penderitaan tidak didengar, dengan perampasan tanah mereka tidak didengar dan mereka sangat yakin ini sebuah kegagalan" kata Onim.
Bahkan sampai saat ini zionis telah membumi hanguskan palestina.
Siaran kementrian kesehatan Palestina
Update Terkini Jumlah Korban Syahid Dan Luka-luka Di Jalur Gaza Palestina
(Data Berdasarkan Jumlah Korban Yang Terdaftar Pada Rumah-Rumah Sakit Di Jalur Gaza)
Kementrian Kesehatan Palestina Update 30/10/2023, per-24.00 waktu Palestina.
- Total jumlah syuhada 8.525 orang
* Syuhada Anak-anak : 3.542
* Syuhada Ibu dan Wanita : 2.187
* Syuhada Laki-laki dan Lansia : 2.796
- Total jumlah korban luka-luka 21.543 orang
* Korban luka anak-anak : 7.234
* Korban luka Ibu dan Wanita : 5.386
* Korban luka laki-laki dan lansia : 8.923
Dilihat dari data tersebut betapa kejamnya penjajah Zionis Israel, begitu banyaknya darah para warga palestina yang kalian tumpahkan, kami sebagai seorang muslim sangat sakit disaat saudara-saudara kami dibantai oleh panjajah Zionis Israel.
Rasulullah saw. Sudah mengingatkan bahwa sesama muslim itu bersaudara bagaikan satu tubuh. Jadi, tidak ada alasan bagi kita hanya diam, mengutuk, atau mengecam kebiadapan Zionis Yahudi yang membumihanguskam palestina.
Namun pemimpin Dunia seolah kembali Bungkam.
Menyaksikan pembantaian keji atas umat muslim untuk kesekian kalinya, para pemimpin dunia bungkam. Hanya sedikit yang bersuara. PBB dan lembaga-lembaga HAM juga lebih banyak diam. Demikian pula para penguasa Muslim seolah buta dan tuli.
Korban Ashabiyah!
Mengapa para penguasa Muslim seolah menutup mata atau tidak bergerak sedikit pun untuk membela warga Palestina, khususnya Gaza? Mengapa mereka tidak mengirimkan ribuan tentaranya untuk menggempur pasukan Zionis Yahudi?
Jawabannya: pertama, inilah dampak buruk sikap 'ashabiyyah dalam wujud nasionalisme. Akibatnya, para penguasa Muslim hanya mementingkan negeri mereka masing-masing mereka tak peduli atas tragedi yang terjadi di Palestina, juga di sejumlah negeri lainnya.
Betapa buruk 'ashabiyyah dalam wujud nasionalisme ini diakui juga sejak dulu oleh Letnan Jendral Sir John Glubb ('Glubb pasha), yang pernah memimpin 'Arab Legion.(1938-1956).
Sebagaimana dinukil dalam Buku The Changing Scenes of life-An Autobiography: Sur john Glubb (Quartet Books, hlm 54), dia tegas mengatakan ,"Nasionalisme adalah satu kecelakaan (bagi Dunia Islam,pen) yang sengaja dibawa masuk dari Eropa."
Palestina secara tidak langsung adalah korban pertama dari buruknya nasionalisme (juga nation- state) ini di dunia Islam.
Kedua, kebanyakan para penguasa Muslim dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS. Wajar jika mereka cenderung membiarkan bahkan mendukung kebijakan tuan-tuan mereka meski jelas-jelas dalam rangka membunuhi kaum Muslim di berbagai negeri Islam, khususnya di palestina.
Sejauh ini mereka hanya pandai mengecam dan mengutuk. Sebagian lagi membisu diam seribu bahasa. Ini karena mereka para penguasa Arab, termasuk turki, telah menjalin hubungan kerja sama bahkan hubungan diplomatik dengan Zionis Yahudi, yang notabene salah satu alat Amerika di Timur tengah.
Padahal jelas Allah SWT telah berfirman:
"Siapa saja yang membunuh satu orang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia (Qs Al maidah (5):32).
Apalagi jika yang terbunuh adalah seorang Muslim, ini jauh lebih dahsyat dengan kehancuran dunia ini.
Demikian sabda Rasulullah saw:
Kehancuran dunia ini lebih ringan disisi Allah dibandingkan pembunuhan seorang Muslim (at Tirmidzi dan an nasa'i).
Wajib membela sesama kaum Muslim
Kaum Muslim itu bersaudara. Mereka dipersaudarakan karena kesamaan akidah. Karena itu persaudaraan mereka itu melampaui batas-batas Negara. Allah swt berfirman dalam Al qur'an surat al Hujarat ayat sepuluh yang artinya:
Sungguh kaum mukmin itu bersaudara (TQS. al Hujarat
(49):10).
Karena bersaudara wajar bila mereka saling mencintai. Inilah yang diperintahkan oleh
Rasulullah saw.
Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai (hadist riwayat Muslim).
Andai saat ini ada pemimpin sebagai perisai bagi umat maka tidak akan ada umat Muslim yang terdzolimi apa lagi terbunuh secara masal.
*Umat Butuh Perisai*
Dalam sabda Rosulullah saw:
Imam (Kholifah) itu laksana perisai; kaum Muslim berperang di belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).
Namun sayang, Karena faktor nasionalisme (juga nationstate) sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, tak mudah bagi kaum Muslim di negeri-negeri Arab sekalipun, untuk berjihad di bumi Palestina.
Karena itu umat butuh perisai agar umat terlindungi. Marilah kembali kepada Islam rahmatan lil alamin yang akan menaungi umat dengan Daulah Islamiyah.
Wallahu a'lam.